Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Berfikir

sinilah bisa diketauhi bagaimana respon masyarakat tentang kepolisian sehingga peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian di Surabaya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui Opini masyarakat. Masyarakat yang dimaksud data penelitian ini adalah kelompok yang berumur 17 - 45 tahun, karena pada usia 17 – 45 tahun memiliki kematangan kognitif, kematangan emosional dan sosial, dan memiliki perilaku konsumtif dalam memenuhi kebutuhan hidup sekaligus menggambarkan begitu sulit untuk menunda desakan kebutuhan emosinya dengan kata lain membeli dan mencoba seakan menjadi bagian hidup tentang berbagai kebutuhan serta besarnya rasa ingin tahu yang berlebihan yang ditawarkan sehingga menjadi usia tersebut sebagai sasaran empuk pihak penyedia berita atau informasi. Penelitian ini akan dilakuakn di Surabaya karena hasil dari penelitian diatas merupakan salah satu kota yang tinggi tingkat pelanggaran yang dilakukan anggota kepolisian. Maka peneliti ingin mengambil judul “Opini Masyarakat Tentang Citra Kepolisian Pasca pemberitaan Briptu Norman”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah Bagaimanakah “Opini Masyarakat Tentang Citra Kepolisian Pasca pemberitaan Briptu Norman?

1.3 Tujuan Penelitian

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Opini Masyarakat Surabaya Tentang Citra Kepolisian Pasca pemberitaan Briptu Norman di media massa?

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis Secara teoritis, hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan referensi atau masukkan bagi perkembangan studi komunikasi yang berkaitan dengan opini masyarakat terhadap peristiwa - peristiwa di media massa serta mampu memperkaya referensi dalam penelitian – penelitian dimasa datang terhadap industri komunikasi dan informasi. 2. Secara Praktis Digunakan sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, hal ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat kepada masyarakat untuk lebih pandai dalam menyikapi sebuah peristiwa, karena tindakan tersebut akan menentukan kuaitas dari masyarakt untuk lebih kritis sehingga dapat membangun bangsa ini. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. BAB II

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi massa

Mulyana menyatakan bahwa, komunikasi massa adalah komunikasi yang menngunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio, televise yang dikelolah suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditunjukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen, 2001:75 Menutut Tan and Wright dalam Liliweri 1991, komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara missal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh terpercaya sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu, 2004:3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Menurut Wright, dalam Severin dan Tankard, bahwa komunikasi massa dapat didefisinikan dalam tiga ciri yaitu : 1. komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonym 2. Pesan – pesan yang disebarkan secara umum sering dijadualkan untuk bias mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifat sementara. 3. komunikasi cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar 2005: 4 Pada dasarnya media massa merupakan suatu alat unruk menyampaikan imformasi kepada khalayak, berikut adalah beberapa ciri komunikasi massa menurut Effendy : 1. sifat komunikatornya yang melembaga dan terorganisasi 2. Sifat media massanya yang serempak cepat, maksudnya pesan yang disampaikan kepada msyarakat dapat dilakukan dalam waktu yang cepat dan bersamaan. 3. Sifat pesannya yang umum public, maksudnya pesan yang disampaikan oleh media massa dapat diakses oleh siapapun. 4. Sifat komunikasinya, ditunjukan kepada khalayak yang jumlahnya relatitif besar, heterogen dan anonym Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 5. Sifat efek dari komunikasi massa yang timbul pada komunikasi. Apakah tujuannya agar komunikan hanya tau saja, atau agar komunikasi berubah sikapnya dan pandangannya 2002:51 Komunikasi memiliki fungsi dan menurut Dominick fungsi Komunikasi Massa adalah : 1. Surveillance Pengawasan Sebagai salah satu media untuk mengawasi bentuk pemberitaan yang diberitakan. 2. Interpretation Penafsiran Penafsiran adalah media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antar persona atau kelompok. Sehingga dapat memberikan komentar atau opini yang ditunjukan kepada khalayak pembaca serta dilengkapi prespektif sudut pandangterhadap berita yang disajikan. 3. Linkage Pertalian Media massa dapat menyatukan masyarakat yang beragam sehingga membentuk literage berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values Penyebaran Nilai – Nilai Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Sosialisai mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. 5. Entertainment Hiburan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Selain itu fungsi dari media massa adalah memberikan hiburan kepada masyarakat, sehingga tidak terlalu jenuh dengan informasi – informasi yang telah diberikan secara berat 2001: 15

2.1.2 Berita

Berita berasal dari bahasa sansekerta yakni “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut Write, artinya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Menurut kamus bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwodarminto, “berita” berati kabar atau warta. Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat yaitu : 1. Fakta tidak boleh diputar sedemikian rupa sehinnga kebenaran tinggal sedikit saja. 2. Berita itu bisa menceritakan segala aspek secara lengkap. Biasanya suatu media lebih menyulai peristiwa besar atau penting terjadi dalam skala waktu yang sesuai denga jadwal produksi normal, serta menyukai peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan dan mudah dikenal serta dipandang relevan. Djuroto, 2002 :48 Ditegaskan bahwa “news must be factual”, maka ditarik kesimpulan bahwa berita atau sesuatu dikatakan berita bila ada fakta, interest, dan komunikan atau khalayak “ MC Quail, 2000: 120. Lebih lanjut MC Quail 2000:189 menjelaskan bahwa berita merupakan sesuatu yang bersifat metafisik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan instuisi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri. Lebih lanjut MC Quail 2000: 190 menjelaskan bahwa berita mempunyai ciri – ciri tertentu yaitu. 1. Berita tepat pada waktunya, tentang suatu peristiwa yang paling akhir atau berulang. 2. Berita tidak sistematis,berita berurusan dengan berbagai peristiwa dan kejadian berlainan dan dunia dipandang melalui berita itu sendiri terdiri atas berbagai kejadian yang tidak bertalian, yang bukan merupakan tugas pokok berita untuk menafsirkan. 3. Berita dapat sirna, artinya berita hanya hidup pada saat terjadinya peristiwa itu serta bagi keperluan dokumentasi dan sumber acuan dikemudian hari dan bentuk informasi lain akan menngantikan berita. 4. Semua peristiwa yang dilakukan sebagai berita seyogyanya bersifatluar biasa atau paling sedikit tidak terduga, sebagai syarat yang lebih penting dari pada sigmifikansi nyata berita itu sendiri. 5. Disamping itu ketidakterdugaan, peristiwa berita dicirikan oleh nilai berita lainya yang relatif dan melibatkan kata putus tentang minat audience. 6. Berita terutama bagiorientasi dan arahan perhatian, bukan pengganti pengetahuan. 7. berita dapat diperkirakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan unsur – unsur penting dalam berita, antara lain : 1. Faktualitas Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya, jujur tanpa prasangka dan tidak didramatisir. 2. Objektifitas Berita dibuat harus selaras dengan kenyataan, tidak memihak, bebas dari prasangka, terdapat sumber berita yang jelas serta tidak ada tujuan dan misi tertentu. Suatu berita yang objektif tidak dicampuri dengan sifat subjektifitas atau opini pribadi dari peliputan beritanya. 3. Balance Wartawan dalam menulis berita haruslah adil, berimbang, harus mengedepankan kebenaran ilmu atau berita itu sendiri dan bukan berdasarkan kenbenaran sumber. Menempatkan setiap fakta atau kumpulan fakta menurut proporsinya yang wajar. 4. Nilai berita Suatu berita yang bernilai harus terdapat keterkaitannya dengan kepentingan umum. 5. Aktualitas Kecepatan penyampaian laporan mengenai suatu berita kepada khalayak merupakan faktor yang amat penting, karena Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan nama baik surat kabar yang bersangkutan. 6. Daya tarik Suatu berita dikatakan menarik apabila informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa lucu atau humor, atau informasi mengenai pilihan hidup. 7. Lengkap Lengkap disini berarti bahwa sebuah berita harus dipaparkan secara lengkap sesuai dengan peristiwa yang terjadi, tidak dikurangi atau ditambahi. Senantiasa berusaha untuk menempatkan setiap fakta atau kumpulan fakta – fakta menurut proporsinya yangwajar, untuk mengaitkannya secara berarti dengan unsur – unsur lain, dan untuk membangun segi pentingnya dengan berita secara keseluruhan. 8. Akurat Berita harus akurat dalam artian, dimulai dari kecermatannya terhadap ejaan nama, angka, tanggal, dan usia serta disiplin diri untuk senantiasa melakukan periksa ulang ayas keterangan dan fakta yang ditemuinya. Akurat juga berarti benar dalam memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pemberitaanya yang dicapai oleh penyajian detail – detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan pada fakta – faktanya. 9. Ringkas dan jelas Berita harus ringkas dan jelas, maksudnya adalah berita yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan cepat. Ini artinya suatu tulisan yang ringkas, jelas dan sederhana. Tidak banyak menngunakan kata – kata harus langsung dan padu, Budyatna, 2005 : 48-57. Dalam sebuah berita, terdapat karakteristik instrinsik yang dikenal sebagai nilai berita news value. Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna , atau yang biasa diterapkan untuk menentukan layak berita news worthy, unsur – unsur tersebut diantaranya : 1. Aktualitas timeliness Merupakan ukuran yang diterapkan pada berita untuk menentukan apakah layak dihimpun atau dimana bisa dijual. Aktualitas sangat erat kaitannya dengan kesegaran freshness, Bagi sebuah surat kabar semakin aktual beritanya, artinya semakin baru peristiwanya terjadi semakin tinggi nilai beritanya. 2. Kedekatan proximity Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan baik secara fisik maupun emosional, akan menarik perhatian. Begitu pila dengan daya tarik sebuah berita. Kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu. 3. Keterkenalan prominence Kejadian yang menyangkut tokoh terkenal prominent names akan banyak menrik minat pembaca, sebuah nama akan membuat berita dan nama besar membuat berita lebih besar. 4. Dampak consequence Suatu peristiwayang mengakibatkan timbulnya rangkaian peristiwa yang mempengeruhi banyak orang adalah jenis layak berita. Konsekuensi ini umumnya diterima sebagai nilai berita dan menjadi ukuran pemtingnya suatu berita. Semua peristiwa yang layak berita mempunyai konsekuensi. 5. Human interest Kata human interest secara harfiah artinya menarik minat orang. Dalam berita huamn interest terkadanga unsur yang menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Sebenarnya cerita human interest berisi nilai cerita story value dan bukan nilai berita. Bukan sebuah peristiwa tetapi latar belakang dari peristiwa the background of events, budyatna, 2005 : 61 – 64. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2.1.3 Humas Sebagai sebuah profesi yang berkembang pesat, kebutuhan akan Humas atau biasa disebut sebagai PR semakin lama semakin dirasakan. Berbagai lembaga baik profit maupun non profit, muilik pemerintahan ataupun swasta memberikan kedudukan yang jelas pada bagiannya akan posisi dan fungsi humas Kusumastuti, 2004 : 10 Humas disini bertigas untuk menghubungkan antara kepentingan organisasi dengan masyarakat karenanya terdapat keterkaitan hubungan masyarakat dengan masalah komunikasi antar manusia baik yang dilaksanakan secara langsung Direct Communication ataupun tidak lansung Indirect Communication Roben T Relley dalam Kusumastuti 2004: 14 menghasilkan sebuah definisi yang menyebutkan bahwa : Praktik hubungan masyarakat adalah seni sekaligus, ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap konsenkuensinya memberi masukan dan saran kepada pemimpin organisasi, serta memprogam – progam tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya. Sedankan Frank Jefkins mengemukakan bahwa Humas adalah semua bnetuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar antara satu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari definisi – definisiyang telah dijabarkan diatas, maka dapat ditarikkesimpulan bahwa Humas adalah semua bentuk komunikasi terencana antara sebuah organisasi dengan khalayaknya, untuk membangung dan mempertahankan hubungan baik guna mendapatkan timbal balik dan rasa saling pengertian yang dapat mempengaruhi kegagalan atau kesuksessan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, serta menerapkan progam dan tindakan terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan khalayaknya.

2.1.3 Kepolisian

Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Inspektur Kelas I Letnan Satu Polisi Mochammad Jassin di Surabaya. Tentang Polri Kemandirian Polri diawali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April 1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah dipandang dan disikapi secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri sebagai abdi negara yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman, tertib, adil dan sejahtera. Kemandirian Polri dimaksud bukanlah untuk menjadikan institusi yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tertutup dan berjalan serta bekerja sendiri, namun tetap dalam kerangkan ketata negaraan dan pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia yang utuh termasuk dalam mengantisipasi otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Pengembangan kemampuan dan kekuatan serta penggunaan kekuatan Polri dikelola sedemikian rupa agar dapat mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Polri sebagai pengemban fungsi keamanan dalam negeri. Tugas dan tanggung jawab tersebut adalah memberikan rasa aman kepada negara, masyarakat, harta benda dari tindakan kriminalitas dan bencana alam. Upaya melaksanakan kemandirian Polri dengan mengadakan perubahan-perubahan melalui tiga aspek yaitu: 1. Aspek Struktural: Mencakup perubahan kelembagaan Kepolisian dalam Ketata negaraan, organisasi, susunan dan kedudukan. 2. Aspek Instrumental: Mencakup filosofi Visi, Misi dan tujuan, Doktrin, kewenangan,kompetensi, kemampuan fungsi dan Iptek. 3. Aspek kultural: Adalah muara dari perubahan aspek struktural dan instrumental, karena semua harus terwujud dalam bentuk kualitas pelayanan Polri kepada masyarakat, perubahan meliputi perubahan manajerial, sistem rekrutmen, sistem pendidikan, sistem material fasilitas dan jasa, sistem anggaran, sistem operasional. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dalam penugasan sebagai pengayom masyarakat Kepolisian mempunyai visi dan misi dalam menjaga keamana Negara Republik Indonesia. Diantara lain visi dan misi tersebut VISI POLRI : Polri yang mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera. MISI POLRI : Berdasarkan uraian Visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian tentang jabaran Misi Polri kedepan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat meliputi aspek security, surety, safety dan peace sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psykis. 2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya premetif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat Law abiding Citizenship. 3. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan. 4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan norma - norma dan nilai - nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 5. Mengelola sumber daya manusia Polri secara profesional dalam mencapai tujuan Polri yaitu terwujudnya keamanan dalam negeri sehingga dapat mendorong meningkatnya gairah kerja guna mencapai kesejahteraan masyarakat 6. Meningkatkan upaya konsolidasi kedalam internal Polri sebagai upaya menyamakan Visi dan Misi Polri kedepan. 7. Memelihara soliditas institusi Polri dari berbagai pengaruh external yang sangat merugikan organisasi. 8. Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa wilayah konflik guna menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari masyarakat yang berbhineka tunggal ika Polri atau instansi kepolisian merupakan salah satu penegak hukum di negara Indonesia. Polri memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan rasa aman kepada negara, masyarakat, harta benda dari tindakan kriminalitas dan bencana alam, upayah melaksanakan kemandirian Polri dengan mengadakan perubahan – perubahan melalui tiga aspek yang disebut TRIBATA yaitu: 1. Aspek Struktural Mencakup perubahan kelembagaan kepolisisan dalam ketatanegaraan, organisasi, susunan, dan kedudukan. 2. Aspek Instrumental Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Mencakup filosofi Visi, Misi, dan tujuan, Doktrin, kewenangan, kopetensi, kemampuan fungsi dan iptek. 3. Aspek cultural Adalah muara dari perubahan aspek structural dan instrumental, karena semua harus terwujud dalam bentuk kualitas pelayanan Polri kepada masyarakat, perubahan meliputi perubahan manajeial, system rekrutmen, sitem pendidikan, sitem materialfasilitas dan jasa, sitem anggaran, system operasional. Dalam sumpah jabatan lembaga kepolisian terikat pada sumpahnya yang ada dalam TRIBRATA yang terkandung sebagai berikut: 1. Berbakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum negara kesatuan Republik Indonesia yang bedasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. 3. Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan keiklasan untuk mewujutkan keamanan dan ketertiban. Dan juga CATUR PRASETYA yaitu : Sebagai insan BHAYANGKARA, kehormatan saya adalah berkorban demi masyarakat, bangsa dan negara, unruk : 1. Meniadakan segala bentuk gangguan keamanan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Menjaga keselamatan jiwa raga, harta benda dan hak asasi manusia. 3. Menjamin kepastian berdasarkan hukum. 4. Memelihara perasaan tentram. Dengan berbekal TRIBATA dan CATUR PRASETYA tersebut, Polri diharuskan menjadi suatu lembaga hukum yang terpecaya oleh masyarakatnya. Namun pada kenyataannya, kepolisian dari dulu sampai sekarang memiliki citra yang buruk dimata masyarakat pengguna hukum. Adapun tugas – tugas instansi kepolisian kepada masyarakat adalah : a Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat meliputi aspek security, surety, safety dan peace sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psykis. b Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat c Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan. d Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan norma - norma dan nilai - nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. e Mengelola sumber daya manusia Polri secara profesional dalam mencapai tujuan Polri yaitu terwujudnya keamanan dalam negeri sehingga dapat mendorong meningkatnya gairah kerja guna mencapai kesejahteraan masyarakat f Melanjutkan operasi pemulihan keamanan di beberapa wilayah konflik guna menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. g Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari masyarakat yang berbhineka tunggal ika.

2.1.4 Opini

Opini adalah salah satu hasil interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitanya dengan proses komunikasi terdapat efek salah satu jenisnya yaitu opini atau pendapat, dan selanjutnya didefinisikan opini sebagai suatu pernyataan atau sikap dalam kata – kata Sastropoetro, 1990:11 opini akan timbul apabila ada suatu yang merangsang stimuli. Komunikasi akan mestransmisikan berbagai isu masalah yang akam menimbulkan respon dari komunikasi. Issue diharapkan pada individu atau ornag banyak yang dipersepsikan. Setelah mengalami proses maka akan menimbulkan sikap yang dipersepsikan menjadi suatu opini Sastropoetro, 1990:42 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Opini juga diartikan sebagai pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu, o[ini bersifat subyektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lainnya selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama maupun ketika orang beropini antara satu dengan yang lainnya memperhatikan adanya perbedaan Abdullah, 2001:14 Ada pendapat lain mengatakan opinin adalah mengekspresikan sikap mengenai suatu persoalan tertentu pengukuran ekspresi sikap tersebut melalui jawaban yang positif untuk responden yang mendukung, jawaban netral untuk jawaban responden yang cenderung tidak mendukung dan jawaban negatif jawaban responden yang tidak mendukung Effendy, 1989 : 112 Setiap opini memiliki tiga unsur yaitu : 1. Kepercayaan berkaitan dengan unsur kognitif Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang dan presepsi yang berkesinambungan. 2. Pengharapan Mengandung citra seseorang tentang apa keadaanya setelah tindakan, pengharapkan ditentukan dari pertimbsngsn terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang dan sesuatu yang kira – kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu 3. Nilai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Melibatkan kesukaan – ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaianya apakah kuat, lemah, netral William Cleve, 1994 : 14 Opini merupakan pernyataan yang diucapkan atau tulisan. Opini dinilai sebagai jawaban yang diucapkan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan namun mempunyai arah seperti dibawah ini : 1. Opini positif, jika responden memberikan pernyataan setuju menerima, mendukung atau berpendapat baik. 2. Opini negative, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju tidak menerima, tidak mendukung, atau berpendapat tidak baik. 3. Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu – ragu atau tidak berpendapat Effendy, 2002 : 85 Pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa opini merupakan ekspresi tentang sikap kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberikan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan pernyataan yang dipermasalahkan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Media adalah saluran pesan dan bukan agen kontruksi, berita yang dimuat media merupakan refleksi dari realitas, ada fakta “riil” yang diatur oleh kaidah – kaidah tertentu yang berlaku universal. Dari realitas yang demikian maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa memiliki banyak hubungan dengan membentuk opini publik, penyajian media tentang sesuatu isu, sangat berpengaruh karena apa yang diperbuat oleh media massa dapat mempengaruhi pendapat apa yang berkembang dalam masyarakat terhadap isu itu, dan media massa dapat membentuk sejumlah orang kecil untuk mengabil kesimpulan tentang isu tersebut. Sebuah opini dapat semakin meluas jika sebuah media massa mem – blowup suatu peristiwa aatu berita secara besar – besaran. Weleh dan Corner 1975 membuat definisi opini publik sebagai suatu opini yang menyangkut isu dan kejadian yang mengandung keprihatinan publik. Tapi publik bukan berati umum. Karena dalam masyarakat modren seperti sekarang ini, terdapat banyak sekali kelompok kepentingan. Publik ditandai adanya suatu isu yang beredar dan dibicangkan oleh kelompok kepentingan tertentu, yang menghasilkan terbentuknya opini tentang isu tersebut. Berdasarkan uraian – uraian diatas dapat disimpulkan bhwa : opini merupakanekpresi tentang sikap kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu masalah situasi tertentu dan dapat berupa pertanyaan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan diberikan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pertanyaan yang dipermasalahkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.5 Masyarakat sebagai

khalayak Setiap proses komunikasi selalu ditunjukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan atau penerima merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar – pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing – masing berbeda dalam berbagai jenis : jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, keinginan, cita – cita dan lain sebagainya Effendy, 1993:25 Seperti pada teori komunikasi massa, komunikasi massa ditujukan pada khalayak yang sangat luas. Herbert Blumer menyatakan empat karakteristik khalayak komunikasi massa : 1. Berasal dari berbagai strata sosial berbeda usia, tingkat pendidikan, jabatan dan gaya hidup 2. Merupakan kelompok anonim yang terdiri dari individu – individu yang tak saling mengenal. 3. Karena secara fisik terpisah hanya ada kemungkinan – kemungkinan untuk interaksi dan bertukar pengalaman sehingga kecil kemungkinan terjadi kontak fisik seperti pada crowd. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Tidak terorganisasi sehingga tidak mungkin digerakkan untuk kepentingan tertentu. Khalayak media media massa tersebut mempunyai kecenderungan untuk memilih pesan nama yang diinginkan menurut Barenson, Steiner dan Klapper dalam buku yang disusun oleh Blake dan Horoldsen, kecenderungan memilih pesan dalam media massa diistilahkan sebagai selective preception.Dalam hal ini meliputi : 1. Selective Exposure : Kecenderungan manusia membuka diri expose pada pesan komunikasi yang sama dan sesuain dengan kenutuhana dan pendapatnya, menghindarkan komunikasi yang tidak sesuai dengan kepentingan dan pendapat. 2. Selective Attention : Kecenderungan manusia memperhatikan pesan yang sesuai dengan kebutuhab serta minatnya. 3. Selective Retentation : Kecenderungan manusia untuk mengingat isi pesan yang menarik serta sesuai dengan kebutuhan serta minatnya Blake dan Haroldsen, 2005: 84 De Fleur dan ball – Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan ketiga kerangka teoritis, antara lain : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Perspektif perbedaan individual Individual Differences Theory. 2. Perspektif Kategori Sosial Sosial Categori Theory. 3. Perspektif Hubungan Sosial. Dalam perspektif perbedaan individual Individual Differences Theory , memandang bahwa sikap dan organisasi personal psikoligis individua akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana individu memberi makna pada stimuli tersebut Rahmat, 2003 : 203 – 204. Atas dasr pengakuan bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya, kepercayaannya maupun nilai – nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap komunikasi massa juga berbeda Liliweri, 1991 : 106, mengacu pada pernyataan tersebut individu memiliki kepribadian masing – masing yang akan mempengeruhi juga pada preferensi mereka dalam menanggapi sesuatu. Khalayak lebih uska dengan suatu kejadian yang dianggap itu menyimpang dari norma – norma yang ada dibandingkan dengan berita – berita yang lain jika dirasa berita tersebut dapat mendukung berbagai kepentingan, kepercayaan, nilai – nilai yang dianut tersebut. Selanjutnya, berdasarkan perspektif kategori sosial Social Category Theory dikatakan bahwa “ Prespektif kategori berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok – kelompok sosial, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Anggota – anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respon kepadanya dengan cara yang hampir sama pula”, Rakhmat, 2003 :203- 204. Penggolongan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kelompok sosial umumnya didasarkan pada ciri – ciri usia, jenis kelamin sex, pendapat, pendidikan , pemukiman atau pertalian yang bersifat religius.Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan dengan suatu gejalah seperti pada media massa pada perilaku yang seragam Effendy, 2003: 267 Masyarakat dalam penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan usia 17 tahun keatas, yang berdomisili di daerah Surabaya. Alasan dipilihnya usia 17 tahun keatas adalah karena pada usia tersebut masyarakat dapat menerima dan memberikan pendapatnya. Usia 17 tahun merupakan awal dari masa kedewasaan dimana perubahan kognitif yang mengarah pada peningkatan potensi diri, pola pikir lebih kongkrit dan pragmatik .Berdasarkan teori tersebut, terdapat golongan – golongan tertentu dalam masyarakat yang memiliki perilaku yang sama dalam menanggapi dan memberikan pendapat terhadap suatu bentuk komunikasi. Dalam hal ini mempengaruhi masyarakat surabaya dalam menanggapi citra kepolisian pasca pembritaan briptu norman di media massa.

2.1.6 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Respon. Yang semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menurut stimulus respon ini, efek Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikannya. Unsur- unsur dalam pesan yaitu : 1 Pesan Stimulus, S 2 Komunikasi Organism, O 3 Efek Respon, R Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan perubahan sikap adalah how bukan what dan why. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Sedangkan dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula. Ma’rat dalam bukunya “Sikap Manusia, perubahan serta pengukurannya”. Menurut pendapat Hovlan, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam penelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, yaitu : 1 Perhatian 2 Pengertian 3 Penerimaan Teori S-O-R digambarkan sebagai berikut : Stimulus Organism : ‐ Perhatian ‐ Pengertian ‐ Penerimaan Response Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 1 : Teori Stimulus – Organism – Response S-O-R Gambar tersebut menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi di individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikasi. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Effendy, 2000: 254-256. Teori S-O-R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat kesesuaian antara unsur- unsur dari teori tersebut dengan topik yang diangkat, yaitu Opini Masyarakat Tentang Polisi Pasca Pemberitaan Briptu Norman Kamaro.

2.2 Kerangka Berfikir

Semakin berkurangnya dan buruknya citra kepolisian dimasyarakat, yang disebabkan oleh individu – individu dari anggotanya yang mengakibatkan kelembagaan kepolisian mendapat ketidak percayaan di masyarakat. Vidio Briptu Norman Kamaro yang beredar di media massa yang mendapat sambutan baik di masyarakat, inilah yang akan dijadikan kelembagaan kepolisisan sebuah titik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. balik dan memperbaiki citranya yang sebelumnya di serang dengan permasalan – permasalahan yang dibuat individu anggotanya sehingga pencitraan buruknya kinerja lembaga ini di masyarakat. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam Sutaryo, 2005 : 289, media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak secara bersama – sama, pada saat memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melaui media tersebut. Media massa inilah yang coba dipakai lembaga kepolisian untuk mendapat simpati masyarakat dengan memunculkan sosok Briptu Norman Kamaro di hampir semua media di setiap harinya . Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Respon. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsure komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Respon diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu Sendjaja, 1999:71. Dan definisi dari efek kognitif tersebut adalah perubahan pengetahuan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dan dalam hal ini, peneliti ingin meneliti sikap masyarakat Surabaya karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut.

2.3 Skema Kerangka Berfikir

Dokumen yang terkait

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

1 28 78

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ACARA ETHNIC RUNAWAY DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Opini Masyarakat Surabaya Tentang Acara Ethnic Runaway di Trans TV).

1 10 91

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN LIGA PRIMER INDONESIA(LPI) DI MEDIA JAWAPOS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Liga Primer Indonesia(LPI) di Media JawaPos).

0 1 93

Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif tentang Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos).

0 0 80

PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA

0 0 127

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

0 0 8

Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif tentang Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos)

0 0 15

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN TENTANG BRIPTU NORMAN KAMARO DI TELEVISI.

0 0 21

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN LIGA PRIMER INDONESIA(LPI) DI MEDIA JAWAPOS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Liga Primer Indonesia(LPI) di Media JawaPos)

0 0 24