Skema Kerangka Berfikir Gambaran Umum Obyek Penelitian Dan Penyajian Data .1 Gambaran Umum Lemabaga Kepolisian

Dan dalam hal ini, peneliti ingin meneliti sikap masyarakat Surabaya karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh khalayak tersebut.

2.3 Skema Kerangka Berfikir

Gambar 2. Kerangka Pemikir Penelitian tentang Opini masyarakat Surabaya tentang polisi pasca pemberitaa Briptu Norman Kamaro BAB III

3.1. Metodologi penelitian

Dalam pemelitian ini peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuatitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah suatu Media Massa sebagai Media Komunikasi Pemberitaan tentang Briptu Norman Kamaro Opini masyarakat Surabaya tentang polisi pasca pemberitaa Briptu Norman Kamaro : 1. Positif 2. Netral 3. Negatif Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tipe penelitian yang brtujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta – fakta , dan sifat – sifat populasi atau obyek tertentu Kriyantono, 2006 :69. Tipe penelitian ini juga merupakan suatu metode yang berupaya untuk menjelaskan, meringakas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian ini berdasarkan apa yang terjadi. Kemudissn mengangkat ke permukaan karakter atau memberikan gambaran mengenai suatu fenomena tertentu secara terperinci, yang akhirnya akan diperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang sedang di teliti Bungin, 2006 :36 Deskriptif adalah sala satu metode yang juga dapat diartikan sebagai metode yang melukiskan variabel satu persatu. Sedangkan metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodegi kuantitatif yaitu metodelogi yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan dengan demikian lebih mementingkan aspek keluasan data dibanding kedalaman data. Sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Hubungan riset dengan subjek jauh, sehingga alat ukur harus dijaga keobjektifitasannya. Periset tidak boleh membuat batasan konsep atau alat ukur sekehendak hatinya sendiri Kriyantono, 2006:57. Dengan menngunakan metodologi kuantitatif maka untuk sebuah penelitian barawal pada data dan berakhir pada kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan adalh metode penelityan survey. Penelitian survey menngunakan alat kuisoner dengan disain close untuk mengukur opini masyarakat Surabaya tentang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pemberitaan tentang kepolisian setelah beredarnya berita Briptu Norman Kamaro di media massa.

3.1.1. Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan definisi operasional disini adalah petuntuk tentang langkah – langkah untuk mengukur variabel dari menetapkan variabel yang hendak diukur, mendefisinikan arti variabel definisi konseptual, menetapkan jenis dan jumlah indikator, menetapkan skala pengukuran, menetapkan jumlah pilihan , jumlah pilihan jawaban dan skor tiap pilihan jawaban, Singa ribun menjelaskan definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur Hamidi, 2007 ;4 Pada penelitian ini hubungan antara variabel satu dengan variabel tidak dibicarakan oleh peneliti, karena dalam penelitian ini yang dibicarakan hanya ada satu variabel yaitu variabel opini. Penelitian ini difokuskan pada individu yang berusia 17- 55 yang dianggap bisa berfikir yang menentukan opini tentang suatu kejadian di masyarakat, juga pernah membaca dan melihat tentang berita tentang Briptu Norman Kamaro yang menjadi icon pencitraan kepolisian dimasyarakat.

3.1.2. Opini

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dalam penelitian ini opini yang dimaksudkan sebagai suatu hal yang kemudian dinyatakan oleh masyarakat setelah membaca atau melihat pemberitaan tentang Briptu Norman Kamaro yang menjadi pencitraan kepolisian di masyarakat di media massa. Opini adalah salah satu interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekpresikan. Dalam kaitanya dengan proses komunikasi terdapat efek salah satunya adalah opini atau pendapat yang beredar dimasyarakat. Dalam penelitian ini opini adalah salah satu interaksi pembaca ynga mengemukakan pendapatnya dalam bentuk respon terhadap pemberitaan tentang Briptu Norman Kamro yang menjadi icon pencitraan kepolisian di media massa. 1. Opini positif Adalah opini responden yang menyatakan respon positif atau jika responden memberikan pernyataan setuju, mendukung, atau terhadap berita atau suatu peristiwa. 2. Opini netral Adalah opini responden yang menyatakan respon netral atau jika responden memberikan pernyataan ragu – ragu termasuk didalamnya pernyataan tidak berpendapat terhadap peristiwa atau pemberitaan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Opini negatif Adalah opini responden yang menyatakan respon negatif atau jika responden memberikan pernyataan tidak setuju, tidak mendukung terhadap berita atau suatu peristiwa.

3.1.3 Masyarakat Surabaya Sebagai Khalayak

Masyarakat Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Surabaya, yang mempunyai umur 17 tahun keatas dan mempunyai KTP laki- laki atau perempuan yang dianggap dewasa. Serta perna melihat pemberitaan tentang Briptu Norman Kamaro di media cetak, media elektronik maupun media online. Pemilihan data responden yang diambil meliputi usia 17 tahun keatas. Penempatan usia ini didasarkan pada pertimbangan bahwa usia tersebut, seseorang memiliki kemampuan intelektual mupun ketrampilan dalam menganalisis sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman Dariyo, 2004 : 66. Dengan demikian peneliti berharap agar msyarakat dapat memberikan opini yang bertanggung jawab terkait dengan pemberitaan Briptu Norman Kamro di media massa

3.1.4. Kepolisian

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kepolisian yang dimaksud adalah penelitian tentang lembaga kepolisian yang disebut sebagai polisi yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat. 3.1.5 Indikator Sebagai Lembaga penegak keadilan di Negara Indonesia Polri harus mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan. Dalam hal ini ada beberapa yang harus di penuhi oleh lembaga kepolisian dalam mewujutkan masyarakat yang sejahtera dan aman harus beberapa aspek yaitu : 1. Keamanan Rasa Tenang yang diperoleh oleh masyarakat dalam berkehidupan sosial untuk menjalani kegiatan sehari. Hal inilah yang harus dimiliki dan dijaga lembaga kepolisian agar tercipta rasa aman di masyarakat. 2. Ketertiban Patuh terhadap peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk itu lembaga kepolisian harus diposisikan sebagai penegak hukum yang mengawasi masyarakat. 3. Pengayom Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Sebagai lembaga yang melindungi dan mengayomi masyarakat dari ancaman kejahatan baik itu kejahatan fisik maupun psikis sehingga terbentuklah pelayanan kepolisian terhadap masyarakat. 4. Keadilan sebagai lembaga kepolisian haruslah tidak berat sebelah dalam menangani sebuah permasalahan, dan tidak memihak untuk berpihak pada kebenaran dan melindungi masyarakat yang lemah. 5. Penegak Hukum Sebagai lembaga peradilan haruslah mampu menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan. 6. Kenyamanan Lembaga kepolisian dalam hal ini harus mampu dalam membentuk kenyamanan di wilayahnya untuk memberikan rasa aman dan nyaman untuk masyarakatnya.

3.1.6. Televisi Sebagai Media Massa

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” vision yang berarti pengelihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan sisi pengelihatannya oleh gambarnya Effendy, 2002 : 147. Perpaduan radio broadcast dan film moving picture ini membuat penononton di rumah tidak mungkin menangkap siaran tv, kalau tidak ada unsur – unsur radio. Dan tidak mungkin melihat gambar – gambar yang bergerak tanpa pada layar pesawat televisi jika tidak ada unsur film. Effendy, 2002 : 148. Televisi adalah satu diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya terus menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta bermunculan. Ini dikarenakan media televisi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan media lain yang lahir saat itu. Kuswandi, 1996 : 8. Keunggulan televisi sebagai media massa diantaranya televisi merupakan gabungan dari media gambar dan dengar. Kekuatan gambar menjadi andalan media televisi, karena gambar yang disajikan bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan pada penonton. Ini jelas menguntungkan televisi untuk digunakan penonton karena sifatnya yang audio visual Kuswandi, 1996 : 23. Kedua, pesan yang disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit Effendy, 1993 : 178. Ketiga, media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena media teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan melalui transmisi. Dengan demikian sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan itu sangat cepat. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan kekuatan gambar dan suara yang bergerak. Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan massa melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodic dalam komunikasi media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang komplek serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory hanya meneruskan maka pesan – pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat dilihat dan didengar secara sekilas. Pesan – pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang dapat bergerak audiovisual. JB.Wahyudi, 1991 : 116. Pada intinya televisi memiliki tiga fungsi utama Effendy, 1993 : 23-30 yaitu : 1. Fungsi Penerangan Masyarakat menaruh perhatian besar kepada televisi karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini dikarenakan dua factor yang terdapat pada media massa audio visual tersebut, yaitu faktor immediacy dan realism. Faktor immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa berlangsung, seolah – olah pemirsa berada di tempat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. peristiwa terjadi. Faktor realism mengandung makna kenyataan ini berarti bahwa televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataannya, jadi pemirsa melihat dan mendengar sendiri. 2. Fungsi pendidikan Sesuai makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara – acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, dan lain – lain. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan, televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implicit mengandung pendidikan. 3. Fungsi hiburan Dikebanyakan Negara terutama masyarakat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara – acara hiburan. Hal ini dapat mengerti, oleh karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suara bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati di rumah oleh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna aksara.

3.1.7. Pengukuran Variabel

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan model skala likert Hasan, 2002:72. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden terhadap objek penelitian yang menggunakan bobot 1 sampai dengan 4. Penjabaran indikator variabel yang dibentuk dan dijadikan titik tolak penyusunan item – iten instrumen yang kemudian dapat dibnetuk pertanyaan – pertanyaan yang di berikan kepada responden dengan penilaian sebagai berikut: 1. SS sangat setuju 2. S setuju 3. TS tidak setuju 4. STS Sangat ntidak setuju Setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan pemberian nilai pada masing – masing jawaban. Pemberian nilainya sebagai berikut :  Sangat Setuju SS : mempunyai skor 4  Setuju S : mempunyai skor 3  Tidak Setuju TS : mempunyai skor 2  Sangat Tidak Setuju STS : mempunyai skor 1 Dalam penelitian ini dilakukan penghilangan untuk nilai tengah atau untuk jawaban netral dan ragu – ragu agar dalam skala pengukran lebih simentrikal, yaitu jenjang kea rah positif sama banyak dengan jenjang kearah negative. Selain itu penghilangan nilai tengah ini juga ditujukan untuk menghindari kategori Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. jawaban netral ragu – ragu yang cenderung akan dipilih oleh responden sehingga data mengenai perbedaan diantara jawaban menjadi kurang informative Azwar, 2002 : 34. Variabel Opini masyarakat surabaya tentang polisi pasca pemberitaan tentang Briptu Norman Kamaro dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, tinggi yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing – masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus : Range R : Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan 17 x 4 – 17 x 1 3 68 - 17 =17 3 Keterangan : Range R : Batasan dari setiap tingkatan Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan Jadi, interval keseluruhan batasan skor terbagi menjadi 3, yaitu negative, netral, dan positif : Skor Negative = 17 – 33 : Artinya bahwa responden tidak mendapat informasi yang benar tentang Briptu Norman Kamaro dalam tayangan di televisi. Mereka tidak mengetahui dan memahami, sehingga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mereka tidak mendukung Briptu Norman Kamro Dalam meningkatkat Kinerja Lembaga Kepolisian Skor Netral = 34 – 50 : Artinya bahwa responden mengetahui tentang pemberitaan Briptu Norman Kamaro di televisi. Tetapi tayangan tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi mereka. Tayangan tersebut hanya dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan informasi. Sikap Positif = 51 – 67 : Artinya bahwa responden melakukan dan mendukung gerakan Lembaga Kepolisian dalam menaikan citranya. Mereka peduli dan ikut berpartisipasi dalam membangun kinerja lembaga Kepolisian.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel.

3.2.1 Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2002 : 55.Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal diSurabaya dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memiliki kartu identitas di surabaya. Lebih jelasnya lagi penelitih memikih responden dengan usia 17 tahun keatas sebagai acuan batasan dari usia penelitian tersebut. Penempatan usia ini didasarkan pada kondisi jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap penilaian pola pikir masyarakat Surabaya dengan fenomena atau kejaidan yang muncul dan berkembang di sekeliling mereka dengan jumlah masyarakat surabaya yang berumur 17 tahun keatas adalah 1.537.775 jiwa BPS ,2010

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel ialah sebagai jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu Untuk teknik penarikan data sampel yaitu dengan menggunakan Twostage Cluster Random Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada persyaratan tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Adapun persyaratan atau criteria yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sampel antara lain : 1. Responden yang telah berumur antara 17 tahun keatas. 2. Responden yang bertempat tinggal di wilayah Surabaya. 3. Memiliki kartu identitas sebagai masyarakat Surabaya. 4. Telah melihat dan menonton atau membaca pemberitaan tentang Briptu Norman Kamaro di media Massa. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dalam perhitungan sampel yang digunakan, mengunakan rumus Yamane Rakhmat, 2001 : 82 seperti dibawah ini n = N Nd 2 + 1 Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d 2 = derajat ketelitian 0,1 : tingkat kepercayaan 90 maka n = N Nd 2 +1 n = 1.537.775 1.537.775 0,1 2 + 1 n = 1.537.775 15.378,75 n = 99,99 dibulatkan menjadi 100 jadi didapat sampel yang diambil sebanyak 100 orang. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Twostage Cluster Random Sampling mengingat responden yang akan dijadikan penelitian tersebar di seluruh wilayah Surabaya, dimana populasi di bagi menjadi berbagai cluster Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berdasarkan wilayah dan domisili tinggal secara sistematis teknik yang dipakai penarikan sampel sebagai berikut: Sistematis penarikan sampel dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu: 1. Wilayah kota Surabaya terdiri dari lima wilayah, yaitu Surabaya Utara, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan dan Surabaya Pusat. Berdasarkan dari hasil random terpilih Surabaya Timur dan Surabaya Selatan. SURABAYA SURABAYA TIMUR SURABAYA UTARA SURABAYA BARAT SURABAYA SELATAN Kecamatan Gunung anyar Kecamatan Rungkut Kecamatan Gayungan Kecamatan Karang Pilang Rungkut menaggal Rungku Tengah Medokan Ayu Rungkut Kidul Dukuh menanggal menaggal Karan g Pilang Kebra on SURABAYA PUSAT Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Berdasarkan pada hasil random selanjutnya, Surabaya Timur dan Surabaya Selatan Terpilihlah dua kecamatan dari masing – masing wilayah tersebut. Dari wilayah Surabaya Selatan terpilih kecamatan Gayungan dan kecamatan Karang Pilang sedabgkan dari Wilayah Surabaya Timur terpilih kecamatan Rungkut dan kecamatan Gunung Anyar 3. Pada hasil random ke tiga, Surabaya Timur dari kecamatan Gunung Anyar terpilih Kelurahan Rungkut Tengah dan Rungkut Menanggal, dari Kecamatan Rungkut terpilih Kelurahan Rungkut Kidul dan Kelurahan Medokan Ayu . Surabaya Selatan dari Kecamatan Gayungan terpilih Kelurahan Dukuh Menanggal dan Kelurahan Menanggal, dari Kecamatan Karang Pilang terpilih Kelurahan karang Pilang dan Kelurahan Kebraon. TABEL 1 TABEL JUMLAH POPULASI NO KELURAHAN JUMLAH 1 RUNGKUT MENANGGAL 4.522 2 RUNGKUT TENGAH 39.599 3 MEDOKAN AYU 15.028 4 RUNGKUT KIDUL 13.122 5 DUKUH MENANGGAL 9.204 6 MENANGGAL 9.349 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7 KARANG PILANG 10.383 8 KEBRAON 27.639 JUMLAH 128.846 Dengan demikian, responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Kemudian secara proporsional jumlah responden dialokasikan pada setiap wilayah Nazir, 1988 : 361 ditentukan dengan rumus : n = N1 x n N Keterangan : n1 = Jumlah penduduk di suatu kelurahan N1 = Ukuran stratan ke 1 N = Jumlah seluruh penduduk dari delapan kelurahan N = Jumlah sampel yang ditetapkan Maka jumlah responden disetiap kelurahan adalah : 1. Kelurahan Rungkut menaggal penduduk dengan usia 17 tahun – keatas sebanyak 4.522 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 4.522 x 100 = 3,5= 4 128.846 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Kelurahan Rungkut tengah penduduk dengan usia usia 17 tahun – keatas sebanyak 39.599 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 39.599 x 100 = 30,1= 31 128.846 3. Kelurahan Medokan Ayu penduduk dengan usia 17 tahun – keatas sebanyak 15.028 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 15.028 x 100 = 11,6= 12 128.846 4. Kelurahan Rungkut Kidul penduduk dengan usia 17 tahun – keatas sebanyak 13.122 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 13.122 x 100 = 10,1= 10 128.846 5. Kelurahan Dukuh Menaggal penduduk dengan usia 17 tahun – keatas sebanyak 9.204 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 9.204 x 100 = 7,1= 7 128.846 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 6. Kelurahan Menaggal penduduk dengan usia 17 tahun – keatas sebanyak 9.349 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 9.349 x 100 = 7,2= 7 128.846 7. Kelurahan Karang Pilang penduduk dengan usia 17 tahun – keatas sebanyak 10.383 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 10.383 x 100 = 8,0= 8 128.846 8. Kelurahan Kebraon penduduk dengan usia 17 tahun – keatas sebanyak 27.639 jiwa, maka perhitungannya adalah : n = 27.639 x 100 = 21,4= 21 128.846. 3.2.3. Teknik Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, dimana responden memberikan jawaban atau keterangan atas pertanyaan – pertanyaan yang diberikan melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan – bahan pustaka yang terkait dengan masalah – masalah yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. akan diteliti. Bahan – bahan pustaka tersebut didapat dari buku – buku, literatur, atau informasi tertulis lainnya. Kemudian data yang berupa jawaban – jawaban dari responden tersebut dikumpulkan, dimasukkan kedalam tabulasi data dan di analisis, sehingga didapat suatu kesimpulan yang nantinya menjadi hasil dari penelitian ini.

3.2.4. Metode Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan kedalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan kedalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam mengkode, menganalisis dan menginterpretasikan data yaitu memberi uraian – uraian yang jelas dari kuisioner dengan menghubungkan hasil temuan yang ada di lapangan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : P = F X100 N Keterangan : P = Prosentase responden F = Frekuensi responden Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. N = Jumlah Populasi Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase yang digunakan dengan kategori tertentu, hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Lemabaga Kepolisian LAHIR, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai opersai militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu- satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap. Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I Letnan Satu Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan- satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Jepang. Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu perang antara sekutu dengan pasukan Indonesiapun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945, yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia Pertempuran 10 Nopember 1945.di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar.alam menciptakan keamanan dan ketertiban didalam negeri, Polri juga sudan banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI TII, PRRI, PKI RMS RAM dan G 30 SPKI serta berbagai penumpasan GPK. Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah- masalah keamanan dan ketertiban regional maupun internasional, sebagaimana yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia Afrika Selatan dan di Kamboja Asia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kemandirian Polri diawali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April 1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah dipandang dan disikapi secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri sebagai abdi negara yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman, tertib, adil dan sejahtera. Kemandirian Polri dimaksud bukanlah untuk menjadikan institusi yang tertutup dan berjalan serta bekerja sendiri, namun tetap dalam kerangkan ketata negaraan dan pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia yang utuh termasuk dalam mengantisipasi otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Pengembangan kemampuan dan kekuatan serta penggunaan kekuatan Polri dikelola sedemikian rupa agar dapat mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Polri sebagai pengemban fungsi keamanan dalam negeri. Tugas dan tanggung jawab tersebut adalah memberikan rasa aman kepada negara, masyarakat, harta.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Dokumen yang terkait

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

1 28 78

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ACARA ETHNIC RUNAWAY DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Opini Masyarakat Surabaya Tentang Acara Ethnic Runaway di Trans TV).

1 10 91

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN LIGA PRIMER INDONESIA(LPI) DI MEDIA JAWAPOS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Liga Primer Indonesia(LPI) di Media JawaPos).

0 1 93

Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif tentang Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos).

0 0 80

PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA

0 0 127

Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Media Massa dalam Pembentukan Opini Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Pemberitaan Kebijakan Pemerintah Tentang BBM di Televisi)

0 0 8

Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos (Studi Deskriptif tentang Opini Masyarakat Pasca Pemberitaan Berlakunya Perda Antirokok Di Surabaya Pada Harian Jawa Pos)

0 0 15

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG KEPOLISIAN PASCA PEMBERITAAN TENTANG BRIPTU NORMAN KAMARO DI TELEVISI.

0 0 21

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN LIGA PRIMER INDONESIA(LPI) DI MEDIA JAWAPOS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Liga Primer Indonesia(LPI) di Media JawaPos)

0 0 24