penelitian ini adalah tokoh dan penokohan. Dari analisis tokoh dan penokohan tersebut dapat dilihat tokoh-tokoh yang mendukung paham feminisme dan yang
tidak mendukung paham feminisme. Setelah menganalisis tokoh yang mendukung paham feminisme dan tokoh yang tidak mendukung paham feminisme,
permasalahan ketiga yang dibahas adalah menemukan prasangka gender dan emansipasi perempuan dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana tokoh dan penokohan dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica?
2. Bagaimanakah konstruksi tokoh profeminis dan kontrafeminis dalam
novel Sang Maharani karya Agnes Jessica? 3.
Bagaimanakah prasangka gender dan emansipasi perempuan dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica.
2. Mendeskripsikan tokoh profeminis dan kontrafeminis dalam novel
Sang Maharani karya Agnes Jessica.
3. Mendeskripsikan prasangka gender dan emansipasi perempuan
dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini adalah deskripsi prasangka gender dan emansipasi perempuan dalam novel Sang Maharani karya Agnes Jessica. Hasil penelitian
tersebut, diharapkan bermanfaat bagi pengembangan keilmuan sastra Indonesia terutama dalam kajian feminisme dalam sastra. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat membantu pembaca memahami novel Sang Maharani karya Agnes Jesicca secara lebih mendalam. Dengan demikian, diharapkan pengetahuan
pembaca mengenai feminisme dapat bertambah sehingga pembaca dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.5 Tinjauan Pustaka
Topik tentang feminisme dalam dunia sastra pernah dibahas oleh Sugihastuti 2002, Sofia 2009, dan Wiyatmi 2012.
Sugihastuti dalam bukunya yang berjudul Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya 2002: vii menyatakan bahwa feminisme itu memperjuangkan dua
hal yang selama ini tidak dimiliki kaum perempuan pada umumnya, yaitu persamaan derajat mereka dengan laki-laki dan otonomi untuk menentukan apa
yang baik bagi dirinya. Dalam banyak hal itu, perempuan tersubordinasi. Kedudukannya di dalam masyarakat lebih rendah daripada laki-laki. Mereka
dianggap sebagai the second sex, warga kelas dua. Dalam pengambilan keputusan
di banyak bidang, yang mendapat perhatian hanyalah masyarakat laki-laki. Perempuan dipaksa tunduk, mengikuti mereka.
Sementara itu, menurut Sofia dalam bukunya berjudul Aplikasi Kritik Sastra Feminis 2009: 13 memaparkan bahwa feminisme berarti kesadaran akan
adanya ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Kesadaran itu harus diwujudkan dalam tindakan
yang dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
Dengan kajian yang sama, Wiyatmi dalam bukunya berjudul Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia 2012: xv, menyatakan
bahwa feminisme adalah aliran pemikiran dan gerakan sosial yang menginginkan adanya penghargaan terhadap kaum feminin perempuan dan kesetaraan gender.
Novel Sang Maharani karya Agnes Jessica pun ketika diterbitkan oleh Penerbit Grasindo pada tahun 2004 pernah dibahas dalam skripsi Eko Harjono
2006 berjudul Tragedi Kehidupan Maharani sebagai Jugun Ianfu dalam Novel Maharani Karya Agnes Jessica: Tinjauan Sosiologi Sastra. Dalam skripsi ini,
peneliti mengkaji bentuk-bentuk tragedi yang dialami tokoh Rani sebagai jugun ianfu dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Berdasarkan kajian sosiologi sastra, Harjono dapat mengklasifikasi secara kronologis peristiwa tragis yang dialami Rani dalam tiga fase, yaitu 1 masa
sebelum menjadi jugun ianfu, 2 masa menjadi jugun ianfu, dan 3 masa setelah menjadi jugun ianfu 2006: vii. Sementara itu, dalam skripsi ini, novel Sang
Maharani dikaji dengan menggunakan kritik sastra feminis untuk menemukan
prasangka gender dan emansipasi perempuan yang terkandung di dalam novel tersebut.
1.6 Landasan Teori