Dalam beberapa hari saja Rani sudah mendapatkan hasilnya. Ujang memang tinggal di Serang, tapi ia sudah pindah rumah beberapa kali.
Agak sulit Hasan mencari pria itu, tapi akhirnya jerih-payahnya tidak sia- sia. Pada saat Ujang dibawa menemui Rani, Ujang menceritakan hal yang
sama persis seperti yang diceritakan Nyonya Sophia padanya, yaitu bahwa Sari meracuni rolade daging yang dimasaknya untuk jenderal...... hlm.
173.
Ujang berpikir keras, lalu ia menjawab, “sebenarnya banyak yang tahu, Neng, tapi para pembantu lalu dipecat Ibu Sari, jadi saya tidak tahu di
mana mereka berada sekarang.” “Siapa saja? Sebutkan namanya, saya akan mencoba mencarinya.” Ujang
lalu menyebutkan beberapa nama, ternyata salah satunya dikenal Hasan. “Atik? Itu mah istrinya Pak Bajuri. Ia tinggal di Mester. Biar saya
samperin,” kata Hasan. Rani tertawa gembira. “Baiklah, saya senang sekali atas bantuan Pak Hasan dan Pak Ujang. Ketahuilah, saya akan
menjebloskan ibu tiri saya ke penjara.” “Bagus, Neng. Saya setuju. Ibu tiri Neng memang kejam. Ia patut
mendap atkan ganjarannya,” kata Ujang. hlm. 174.
3.3.2 Perempuan Terjun di Bidang Publik
Menurut Fakih 2003: 21, adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala
rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.
Dari anggapan tersebut, muncullah pembagian kerja secara seksual. Teori- teori Freudian secara tidak langsung mengatakan bahwa pembagian kerja secara
seksual merupakan akibat wajar dari kodrat perempuan itu sendiri yang membuat perempuan kurang aktif dibandingkan laki-laki dan kurang memiliki keinginan
untuk berkuasa. Perempuan harus tinggal di lingkungan rumah tangga karena ini merupakan pengaturan yang paling baik dan berguna bagi keuntungan masyarakat
secara keseluruhan Budiman, 1981: 17.
Dengan demikian, laki-laki diberi tugas di luar rumah untuk mencari penghasilan. Terjadilah pembagian tugas “di dalam” keluarga domestic dan “di
luar” keluarga public. Perempuan mendapatkan peran domestik sedangkan laki- laki mendapatkan peran publik. Pembagian peran ini sangat besar pengaruhnya
terhadap keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan, khususnya keputusan-keputusan dalam kehidupan bermasyarakat Murniati, 1992: 23.
Pemikiran di atas, ditentang oleh tokoh Rani. Sebagai perempuan, Rani berani terjun ke dunia publik dengan membuka usaha toko roti. Usaha yang
dilakukan Rani pun sempat berhasil. Bahkan, dari hasil pendapatan usaha toko rotinya, Rani dapat membantu salah satu pelayannya, Hasan, yang hidup
berkekurangan. Setelah dibantu secara finansial oleh Rani, keluarga Hasan pun semakin membaik, seperti dalam kutipan berikut.
Ia kemudian menghubungi Hasan untuk mencari keterangan. Tempo hari, setelah ia mendapatkan harta dengan bantuan pria tua itu, ia memberikan
upah untuk Hasan. Oleh Hasan, rupanya upah yang cukup besar itu dipakainya untuk memperbaiki taraf hidup keluarganya. Rumahnya
kinisudah diperbaiki dan pakaian keluarganya pun tidak lagi compang- camping. Rani sangat senang melihat hal tersebut hlm. 172.
Dengan demikian, sebagai seorang perempuan Rani berani terlibat dalam
kegiatan luar rumah yang selama ini dianggap tidak mampu dilakukan oleh perempuan. Akan tetapi, bidang yang ditekuni oleh Rani masih identik dengan
bidang perempuan, yaitu memasak membuat roti.
3.3.3 Pemaknaan Ulang terhadap Virginitas