Ia tidak pernah merasakan penderitaan dan ketidakadilan. Semua adil baginya. Dari ibunya yang keturunan Jawa priyayi, ia mewarisi tingkah
laku yang lemah-lembut dan perasa hlm. 9.
2.3.4 Klasifikasi Tokoh
Dari analisis karakter semua tokoh di atas, tokoh-tokoh dalam novel Sang Maharani dapat diklasifikasikan berdasarkan peran, fungsi dan keberpihakannya
terhadap feminism. Berdasarkan perannya, tokoh dalam sebuah novel dibedakan menjadi tiga, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh
protagonis dalan novel Sang Maharani adalah Rani dan Arik karena mereka tokoh yang pertama kali mengalami masalah. Mereka berperan sebagai penggerak alur.
Tokoh yang menyebabkan konflik tersebut adalah Sari, Moetiara, Lastri, dan Janoear. Mereka berfungsi sebagai penghalang dan masalah bagi Rani dan
Arik sebagai tokoh protagonis. Dengan demikian, Sari, Moetiara, Lastri, dan Janoear dapat dikategorikan sebagai tokoh antagonis. Sementara itu, tokoh
Hartono merupakan tokoh tritagonis. Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam sebuah novel dibagi menjadi tiga,
yaitu tokoh utama, tokoh sentral, dan tokoh pembantu. Dalam novel Sang Maharani tokoh utamanya adalah Rani. Ia merupakan tokoh yang diutamakan
dalam cerita. Buktinya, Rani paling banyak muncul dan dibicarakan dalam novel ini.
Tokoh sentral dalam novel Sang Maharani terdiri atas Rani, Arik, Sari, Moetiara, Lastri, dan Janoear. Mereka merupakan tokoh-tokoh yang paling
berperan dalam menentukan seluruh alur cerita. Sementara itu, tokoh yang memegang peran pelengkap adalah Hartono.
Tokoh profeminis yang terdapat dalam novel Sang Maharani adalah Rani dan Arik karena mereka merupakan tokoh yang mendukung emansipasi
perempuan. Mereka mencoba untuk menyuarakan hak-hak kaum perempuan. Hal yang mereka bela adalah masalah pendidikan. Bagi mereka, pendidikan
merupakan hak setiap orang baik perempuan ataupun laki-laki. Karena itulah, mereka berani menyuarakan keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke tingkat
yang lebih tinggi. Selain itu, tokoh Rani juga telah menunjukkan kegigihan seorang
perempuan yang selalu dipandang sebelah mata oleh kaum pria. Rani membuktikan diri sebagai perempuan yang berani dan mampu bangkit dari
keterpurukan. Emansipasi perempuan yang didukung oleh tokoh profeminis ternyata
ditentang oleh tokoh kontrafeminis. Tokoh kontrafeminis dalam novel Sang Maharani, antara lain Sari, Tiar, Janoear, dan Lastri. Mereka digolongkan sebagai
kontrafeminis karena mereka menentang ide-ide emansipasi perempuan yang diusung Rani dan Arik. Misalnya tokoh Sari yang menentang Rani untuk
bersekolah tinggi. Baginya, perempuan tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi karena perempuan pada akhirnya hanya ditugaskan di dapur dan mengurus rumah tangga.
2.3.5 Penokohan