Kritik Sastra Feminis Landasan Teori

kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi Nurgiyantoro, 2007: 198.

1.6.2 Kritik Sastra Feminis

Menurut Ratna 2004: 184, secara etimologis feminisme berasal dari kata femme woman yang berarti „perempuan tunggal yang berjuang untuk memperjuangkan hak- hak kaum perempuan jamak sebagai kelas sosial‟. Tujuan dari feminisme adalah keseimbangan dan interelasi gender. Menurut Humm dalam Wiyatmi, 2012: 10 feminisme adalah menggabungkan doktrin persamaan hak bagi perempuan yang menjadi gerakan yang terorganisasi untuk mencapai hak asasi perempuan dengan tujuan untuk menciptakan dunia bagi perempuan. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Berkaitan dengan itu, maka muncullah istilah gerakan persamaan hak. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga Djajanegara, 2000: 4. Gerakan feminisme tersebut pada perkembangannya masuk ke dunia sastra. Feminisme dalam karya sastra merupakan sebuah upaya untuk mengusung gerakan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam bentuk karya sastra Ratna, 2004: 186. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa feminisme dalam karya sastra merupakan upaya untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dalam bentuk karya sastra yang bertujuan untuk menyetarakan hak- hak kaum perempuan dan laki-laki interelasi gender sehingga tercipta sebuah dunia bagi perempuan. Menurut Yoder dalam Sugihastuti, 2002: 5, kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang pengarang perempuan; arti sederhana kritik sastra feminis adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Jenis kelamin inilah yang juga membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang-mengarang. Adapun penerapan kritik sastra feminis menurut Djajanegara 2000: 51 — 54, mencakup dua langkah. Pertama, mengidentifikasi satu atau beberapa tokoh wanita di dalam sebuah karya dengan mencari kedudukan tokoh-tokoh itu di dalam masyarakat. Dari situ, dapat diketahui perilaku serta watak tokoh perempuan dari gambaran yang langsung diberikan oleh pengarang. Kedua, meneliti tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati. Kedua langkah di atas dilengkapi oleh Sugihastuti 2002: 75. Kritik sastra feminis dimulai dengan mengkaji struktur karya sastra yang diteliti. Setelah meneliti strukturnya, karya sastra tersebut dianalisis dengan kritik sastra feminis untuk mengungkapkan eksistensi dan peran tokoh perempuan sebagai pribadi, anggota keluarga, dan anggota masyarakat; tanggapan dan perlakuan dunia di sekitar tokoh perempuan terhadap tokoh perempuan; serta korelasinya dengan ide- ide yang dikemukakan oleh feminisme. Hal tersebut dapat terlihat dengan cara menemukan tokoh profeminis dan kontrafeminis yang menggambarkan prasangka gender dan emansipasi perempuan.

1.6.3 Tokoh Profeminis dan Kontrafeminis serta Prasangka Gender dan Emansipasi Perempuan