3.5. Uji penyimpangan Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana variabel-variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel g
angguan pada periode lain. Keadaan tersebut menyebabkan nilai dan
cenderung berlebihan. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi lainnya.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah utokorelasi, antara uji d Durbin – Watson Durbin – watson d Test, uji Breusch Godfrey Lagrange
Multiplier . Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi
digunakan uji-uji Breusch – Godfrey Lagrange Multiplier Test. Pedoman dari penggunaan uji Breusch – Godfrey Lagrange Multiplier adalah
Hipotesis nol menyatakan bahwa tidak ada masalah autokorelasi sedangkan
hipotesis alternatif menyatakan bahwa ada masalah autokorelasi. Dasar
pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan dan
atau dengan melihat nilai probabilitas P – Value. Dalam penelitian ini didasar pengambilan
keputusan yang digunakan adalah dengan melihat nilai probabilitas P – Value.
3.6. Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan situasi tidak konstannya varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Konsekwensi terjadinya
Heteroskedastisitas adalah uji signifikansi terhadap model menjadi invalid. Ada beberapa cara mendektaksi masalah heteroskedastisitas dalam model empiris. Para ahli
ekonometrika menyarankan beberapa metode untuk dapat mendeteksi ada tidaknya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
masalah heteroskedastisitas dalam model empiris, seperti dengan menggunakan uji Park, uji Glejser, uji White. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi atau melacak ada
tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empiris yang sedang diestimasi digunakan uji White White’s Heteroscedasticity Test .
Pedoman dari penggunaan model White adalah Hipotesis menyatakan
bahwa kondisi Homoskedastisitas terpenuhi tidak terdapat masalah Heteroskedastisitas, sedangkan hipotesis alternatif menyatakan kondisi
Homoskedastisitas tidak terpenuhi terdapat masalah Heteroskedastisitas. Uji White dapat dilakukan secara langsung dalam program Eviews, dimana menyediakan dua versi
Uji White yaitu Uji White Heteroscedasticity no cross term dan Uji White Heteroscedasticity cross term.
Dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan
dan atau dengan melihat nilai probabilitas P –
Value.
3.7. Uji Penyimpangan Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan hubungan linier korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya masalah Multikolinearitas dapat digunakan Eviews dengan
uji Pairwise Correlation Matrix. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dari hasil analisis untuk melihat adanya masalah Multikolinearitas yang meliputi 1 Besarnya Codition
Index dari proses Collinearity Index, dimana akan dipergunakan pedoman bahwa Codition Index 30 mengidikasikan bahwa adanya masalah Multikolinearitas dan 2
Matriks koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka Multikolinearitas terjadi
antara masing-masing variabel tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik berada di antara 7 derajat dan 8 derajat Lintang Selatan dan di antara 112 derajat dan 113 derajat Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya merupakan
dataran rendah dengan ketinggian antara 0-12 meter di atas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian utara kecamatan Panceng mempunyai ketinggian sampai 25
meter di atas permukaan laut. Bagian utara Kabupaten Gresik dibatasi oleh Laut Jawa, bagian timur dibatasi oleh Selat Madura dan Kota Surabaya, bagian selatan berbatasan
dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto, sementara bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.
Kabupaten Gresik mempunyai kawasan kepulauan yaitu Pulau Bawean dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Luas wilayah daratan Gresik seluruhnya 1.192,25
Km² terdiri dari 998, 14 Km² luas daratan ditambah sekitar 196, 11 Km² Luas Pulau Bawean, sedangkan luas wilayah perairan adalah 5.773, 80 Km² yang sangat potensial
dari sub sektor perikanan laut. Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumosal, Mediteran Merah dan Litosol. Curah huajn di Kabupaten
Gresik adalah relatif rendah, yaitu rata-rata 2.000 mm per tahun sehingga hampir setiap tahun mengalami musim kering yang panjang.
Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Gresik dapat di bagi menjadi 4 empat bagian yaitu :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.