Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah Derajat Desentralisasi Fiskal

2.2.3. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah, secara bertahap dan berencana, khususnya di bidang keuangan dan pendapatan daerah diarahkan untuk lebih mendekati hakikat otonomi yang diberikan, sebab permasalahan fiskal suatu pemerintah daerah tidak akan dapat berhasil jika tidak didukung oleh kemampuan organisasinya. Apabila segi fiskal dari pemerintah daerah ditingkatkan dengan jalan menggali potensi Pendapatan Asli Daerah, maka kemampuan organisasi ditingkatkan dengan jalan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM sebagai pelaku kegiatan ekonomi daerah. Sistem hubungan keuangan antara pusat dan daerah hendaknya mampu memberikan kejelasan tentang seberapa luas kewenangan yang dipunyai pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatannya serta memanfaatkannya, serta berapa luas kebebasan pemerintah daerah untuk mengadakan pungutan-pungutan, menetapkan tarif dan ketentuan-ketentuan penerapan sanksinya, dan seberapa luas kebebasan pemerintah daerah dalam menentukan besar dan arah pengeluarannya. Dalam hubungannya dengan hubungan keuangan antara pusat dan daerah, maka faktor perimbangan keuangan menjadi penting. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, sebagaimana dikemukakan Soetrisno P.H 1982: 21 yaitu: 1. Latar belakang sosial politik 2. Alasan luasnya pemasaran barang-barang dan jasa 3. Alasan manfaat barang-barang kolektif 4. Alasan administratif, pembiayaan dan kestabilan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4. Derajat Desentralisasi Fiskal

Keterbatasan dana pembangunan dari pemerintah pusat bagi pembangunan di daerah memerlukan strategi pengelolaan dan pengembangan sumber-sumber keuangan bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD di tiap daerah Usman, 1996: 11. Sejalan dengan hal tersebut bahwa otonomi daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai dengan desetralisasi finansial yang efektif dengan lebih menekankan optimalisasi penerimaan PAD Radianto, 1997. Terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah dalam kerangka pelaksanaan pembangunan, maka desentralisasi fiskal merupakan salah satu aspek penting. Hal tersebut disebabkan karena pengertian desetralisasi fiskal menunjukkan pada kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan peranan PAD, meliputi pajak daerah, retribusi daerah, bagi laba Badan Usaha Milik Negara BUMD serta penerimaan lainnya, dengan tingkat pertumbuhan yang lebih besar daripada tingkat pertumbuhan penerimaan APBD. Desentralisasi fiskal dilaksakan dengan beberapa alasan: pertama, untuk mengalokasikan barang-barang dan jasa publik yang bermaanfaat dan eksternalitasnya berskala regional serta lokal. Kedua, pemerintah daerah akan lebih cepat dalam menginterpretasikan kebutuhan masyarakat di daerahnya. Pandangan tentang desentralisasi fiskal dalam kaitannya dengan otonomi daerah, Maxwel dalam Radianto, 1997 mengemukakan bahwa kemampuan pemerintah daerah untuk menjalankan fungsinya tergantung pada kemampuan dalam menggali sumber-sumber penerimaan yang independen. Pemerintah daerah yang memiliki pendapatan yang lebih besar dan independen akan mempunyai posisi yang lebih baik daripada pemerintah daerah yang tergantung pada dana pemerintah pusat dengan disertai kontrol yang ketat. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hal penting bagi otonomi daerah adalah bahwa daerah mempunyai keleluasaan terutama dalam menggunakan dan abgi kepentingan masyarakat daerah Davey, 1988: 40. Dalam demikian alokasi dana yang berasal dari pemerintah pusat yang disertai kontrol yang ketat dalam penggunaannya tidak akan mendorong daerah dalam menggali dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan daerah yang ada, tetapi justru dapat mematikan inisiatif-inisiatif daerah yang bersangkutan serta membuat daerah semakin tergantung pada alokasi dana dari pemerintah pusat Radianto, 1997 : 68. Realitas hubungan keuangan antara pusat dan daerah selama ini ditandai dengan tingginya tingkat ketergantungan fiskal daerah terhadap pemerintah pusat. Hal ini berarti bahwa PAD masing-masing Kabupaten Kota di Indonesia belum mampu membiayai pengeluaran rutin dan kotribusi PAD terhadap total penerimaan APBD relatif lebih kecil. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dengan asas desentralisasi bagib KabupatenKota, maka secara finansial pemerintah daerah harus bersifat independen di dalam perencanaan dan penggunaan keuangan. Dalam kaitan ini maka penerimaan PAD harus dapat di optimalkan seimbang dengan penerimaan APBD. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan upaya optomalisasi penerimaan PAD terhadap total penerimaan APBD dengan tingkat pertumbuhan PAD yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penerimaan APBD, sehingga derajat desentralisasi fiskal akan meningkat dan derajat ketergantungan fiskal akan semakin menurun. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Derajat Desentralisasi Fiskal adalah perkembangan ekonomi daerah, serta bantuan pemerintah pusat Nanga, 1991. Faktor lain yang mempengaruhi Derajat Desentralisasi Fiskal adalah bagi hasil pajak pemerintah pusat Devas, dkk., 1989: 118 sedangkan menurut Rencana Strategis Dinas Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pendapatan Kabupaten Gresik Tahun 2005-2008, faktor-faktor internal yang mempengaruhi Derajat Desentralisasi Fiskal adalah: 1. Upaya intensifikasi dan ekstensifikasi PAD 2. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

2.2.5. Hubungan antara Perkembangan Ekonomi Daerah dengan Derajat Desentralisasi Fiskal