e. Nyeri pinggang
Nyeri pinggang bawah dialami oleh semua wanita hamil dalam masa-masa kehamilannya. Nyeri disebabkan oleh tegangan pada atau pergeseran ringan pada
sendi sakroiliaka, yang memungkinkan tubuh menyangga bagian atas tubuh dan perkembangan kehamilan.
f. Kejang betis
Kejang otot-otot betis dapat disebabkan oleh kelebihan fosfor atau defisiensi kalsium relatif.
g. Nyeri dada
Dengan bertambahnya usia kehamilan, maka tulang-tulang dan rawan iga akan beradaptasi dengan perkembangan janin. Adaptasi ini terjadi mendahului
adaptasi mekanis dan menimbulkan nyeri pada perbatasan iga di bagian depan dan setinggi ujung bawah dari skapula pada bagian belakang.
Tabel I. Gejala-gejala yang Lazim selama Kehamilan
Gejala-gejala Trimester
wanita yang mencari nasihat
medis Insiden
keseluruhan Nyeri ulu hati
3 38
60 Mual dan muntah 1
20 52
Frekuensi sering berkemih
1 3
2 2
42 58
Kelelahan 1 14
42 Sakit pinggang
3 16
42 Kejang betis
3 16
40 Sakit perut
2 20
28 Saraf terjepit
3 14
20 gatal-gatal 3
4 16
Nyeri dada 2
2 4
Walsh, 1997
C. Pengaruh Obat Pada Janin
Penggunaan obat pada masa kehamilan penting sekali diperhatikan karena kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian malformasi anatomi cacat bawaan,
perkembangan intelektual, sosial dan fungsional. Sesuai dengan berbagai tahap perkembangan janin, kerusakan dapat terjadi selama :
a. Blastogenesis
Kerusakan-kerusakan parah selama blastogenesis menyebabkan kematian janin. Sebaliknya kerusakan yang lebih ringan dapat sembuh sama sekali sebagian
tanpa cacat karena sel-sel yang pada saat ini masih sedikit berdiferensiasi mampu beregenerasi dalam jumlah besar. Walaupun demikian jika terjadi pembentukan cacat,
maka ini sering tampak dalam bentuk cacat ganda, yang terjadi akibat pemisahan parsial dari sel anak pertama dari zigot atau dari kelompok sel dalam tahap
perkembangan awal. Contoh obatnya : cortisone. b.
Embriogenesis Kerusakan bergantung kepada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu ini
organ-organ yang dibentuk dan blastula mengalami diferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdiferensiasi dan
kerusakan tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang berada dalam
fase diferensiasi, maka terjadi cacat pembentukan salah. Jika diferensiasi organ selesai, kerusakan tidak lagi menimbulkan cacat. Dengan demikian cacat tertentu
hanya dapat ditimbulkan dalam suatu periode waktu khusus. Jenis cacat lebih banyak bergantung kepada fase perkembangan embrio daripada kepada obat. Bahaya