WANITA JANDA DEWASA MADYA

dan melakukan hal yang berguna bagi masyarakat. Usia dewasa madya juga menekankan hubungan yang dekat secara emosional dengan orang lain dengan melakukan kontak sosial.

C. WANITA JANDA DEWASA MADYA

Menurut KBBI, wanita adalah perempuan dewasa, kaum putri dewasa. Sedangkan janda adalah wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun ditinggal mati suaminya. Ketika wanita dewasa madya kehilangan pasangannya, ia akan mengalami duka cita yang mendalam. Menurut Lemme 1995 bereavement adalah pengalaman kehilangan seseorang yang dicintai karena kematian. Sesuatu hal yang penting di lepaskan atau di rampas oleh kematian. Grief adalah derita emosional yang disebabkan oleh kehilangan, menyebabkan stress secara fisik dan psikologis. Hal ini adalah respon yang normal dan natural. Pengalaman yang dapat menyebabkan kesusahan yang mendalam. Menurut Brubaker dalam Lemme, 1995 janda membawa dua tantangan : pulih dari kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai dan membangun hidup yang baru sebagai orang yang akan hidup sendiri. Bankoff dalam Lemme, 1995 menjelaskan tentang tiga fase dalam proses grieving. Fase pertama disebut fase crisis-loss, periode dari disorganisasi dan kacau balau dalam beberapa hari terakhir, minggu bahkan bulan setelah kematian pasangan. Karakteristik dari fase ini adalah marah, tidak percaya, dan bingung tentang masa yang akan datang seperti apa. Fase yang kedua adalah fase transition. Terjadi saat individu mengurangi intensitas dukacita dan kemungkinan hidup baru muncul. Pengembangan identitas baru sebagai orang yang hidup sendiri dan membangun kembali sistem sosial. Fase ketiga adalah fase reorganization, melibatkan pembentukan hidup yang baru kemungkinan menikah kembali dan kembali ke kehidupan normal setelah merasa kehilangan. Tiap orang mengalami dukacita atau kesedihan yang berbeda, beberapa studi mengatakan bahwa setelah enam bulan intensitas emosi akan berkurang secara signifikan dan mulai mengorganisasi kembali hidup mereka. Hal ini bukan berarti bahwa rasa kehilangan terhadap orang yang dicintai telah selesai Lemme, 1995. Dalam Medical Journal yang ditulis oleh Sh Khosravan, dkk 2010 yang melakukan penelitian terhadap 24 janda dewasa madya di Iran menyebutkan bahwa mayoritas janda mengalami keputusasaan setelah kehilangan pasangan, tidak berguna dan kebingungan akan masa depan karena harus membesarkan anak-anak sendirian. Mereka juga mengalami kesulitan ekonomi, maka dari itu para janda bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anak. Mereka rela berkoban demi anak-anak dan akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Banyak dari janda mengalami penurunan kesehatan mental maupun fisik karena mereka sudah tidak lagi memikirkan dirinya karena semua hal berpusat pada anak-anak mereka. Mereka juga kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungan karena muncul stigma sosial di masyarakat yang menyudutkan para janda. Dalam Journal of Marriage and The Family yang ditulis oleh Morgan 1981 mengatakan bahwa janda pada usia dewasa tengah yang ditinggal mati pasangan akan mengalami penurunan pendapatan. Sumber pendapatan utama berasal dari suami sehingga ketika suami meninggal akan menganggu ekonomi keluarga. Terlebih ketika mempunyai anak yang harus di biayai. Hal ini akan menyebabkan janda mengalami kesulitan penyesuaian diri. Penelitian yang dilakukan oleh Afriyanti 2010 terhadap 85 janda menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan kesepian pada janda yang ditinggal mati pasangannya dengan nilai korelasi rxy -0.643 dan p=0.000 yang artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah kesepian pada janda yang ditinggal mati pasangannya. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi kesepian pada janda yang ditinggal mati pasangannya. Kontribusi dukungan sosial terhadap kesepian pada janda yang ditinggal mati pasangannya adalah sebesar 41.3.

D. DINAMIKA PSIKOLOGIS PENGALAMAN HIDUP WANITA USIA