C. Tujuan Penelitan
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai materialisme dan kepuasan perkawinan pada individu
suami-istri.
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan ilmu Psikologi khususnya Psikologi Perkembangan terkait hubungan nilai materialisme
dan kepuasan perkawinan pada suami-istri, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya dengan topik kepuasan perkawinan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadikan evaluasi bagi individu suami-istri tentang nilai materialisme dan kepuasan perkawinan.
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Nilai Materialisme 1. Definisi Nilai Materialisme
Nilai Materialisme merupakan gaya hidup dengan tujuan untuk mendapatkan dan mengumpulkan banyak harta. Seseorang yang
materialistis mengalami ketergantungan pada harta benda karena memiliki banyak harta menunjukkan kesuksesan seseorang simbol kesuksesan
dan menimbulkan kesenangan serta kenikmatan. Kesuksesan dan kebahagian seseorang diukur dari pendapatannya. Boven, 2005; Chan
Gerrard, 2007; Kasser, 2002 dalam Froh dkk., 2011; dan Richins, 1999 dalam Kinnear, 2011.
Nilai materialisme menurut Belk 1985 adalah nilai yang menempatkan kepemilikan duniawi untuk mencapai kebahagiaan dan
tujuan hidup. Belk 1985 mendefinisikan nilai materialisme sebagai bagian ciri kepribadian setiap individu. Richins dan Dawson 1992 dalam
Ahuvia Wong, 1995 mendefinisikan nilai materialisme sebagai pencapaian kesejahteraan dan kesempurnaan hidup berdasarkan pada
kepemilikan materi. Dari uraian tersebut dipilih definisi nilai materialisme menurut
Richins dan Dawson 1992 sebagai pencapaian kesejahteraan dan kesempurnaan hidup yang berdasarkan kepemilikan materi.
2. Dimensi Nilai materialisme
Nilai materialisme ini dibagi dalam 3 dimensi oleh Richins Dawson 1992 dalam Ahuvia dan Wong, 1995. Pertama, dimensi
pentingnya harta dalam hidup seseorang acquisition centrality. Dimensi ini mengukur derajat keyakinan seseorang akan arti penting materi dalam
kehidupan seseorang. Kedua, dimensi kepemilikian merupakan ukuran kesuksesan hidup
possession defined success. Dimensi ini mengukur keyakinan seseorang akan arti kesuksesan berdasarkan pada jumlah dan kualitas materi.
Ketiga, dimensi kepemilikan dan harta benda merupakan sumber kebahagian acquisition as the pursuit of happiness. Dimensi ini
mengukur kesejahteraan dan kebahagian hidup individu berdasarkan pada materi.
3. Dampak Nilai materialisme a. Dampak Umum
Richins dan Dawson 1992 menyatakan individu yang materialistis lebih memiliki subjective well-being yang rendah, stress
yang tinggi, dan tidak memiliki kebahagiaan serta kepuasan hidup. Menurut Kasser, Ryan, Couchman, Sheldon 2004 nilai
materialisme pada individu merusak hubungan interpersonal dan relasi dalam komunitas. Kerusakan disebabkan oleh hubungan interpersonal
individu yang materialistis ditandai dengan reaksi emosi yang ekstrim, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bukan dengan kepercayaan dan kebahagiaan. Individu yang materialistis sering membandingkan dirinya dengan orang lain
sehingga menimbulkan perasaan yang buruk terhadap diri sendiri dan membuat individu semakin materialistis.
b. Dampak dalam Perkawinan
Dalam perkawinan nilai materialisme memiliki dampak yang kurang baik.
Menurut Kasser 2002 materi dan menjalin sebuah relasi yang baik dengan pasangan merupakan hal yang berlawanan karena
nilai materialisme “telah menggeser” kegiatan lain dalam kehidupan seseorang, seperti waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk
memperoleh hal-hal material sementara sebuah hubungan dengan pasangan diabaikan. Vohs, Mead, dan Goode 2008 menemukan
bahwa individu yang materialistis memiliki keintiman rendah dengan pasangannya dan lebih suka dengan kegiatan soliter. Dia juga
menunjukkan bahwa individu materialistis lebih mandiri karena mereka cenderung melihat sebuah hubungan dari sudut pandang
ekonomi. Individu materilistis kurang memiliki kepekaan dalam suatu hubungan, sehingga membuat perkawinan kurang harmonis.