E. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman rho, materialisme dan kepuasan perkawinan memiliki koefisien
sebesar -0,646 dengan p = 0,000 0,05 . Hal tersebut menunjukkan hipotesis diterima bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dan
kepuasan perkawinan. Nilai negatif koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan negatif antara materialisme dan kepuasan perkawinan.
Individu dengan nilai materialisme tinggi memusatkan tujuan hidupnya pada materi dan mengabaikan hal lain, termasuk kepuasan
perkawinan Seneca, 2006. Dalam sebuah relasi perkawinan individu materialistis memiliki afeksi yang rendah terhadap pasangannya. Hal tersebut
memicu konflik antara pasangan suami-istri Carroll et al., 2011. Vohs,
Mead, dan Goode 2008 menemukan bahwa individu materialistis memiliki kepekaan rendah dalam hubungan suami-istri. Sehingga hubungan kurang
harmonis. Pasangan suami-istri dengan nilai materialisme tinggi memiliki keharmonisan dan keintiman yang rendah. Data penelitian ini memperlihatkan
bahwa individu dengan nilai materialisme rendah mencapai kepuasan perkawinan yang tinggi, dan individu dengan nilai
materialisme tinggi memperoleh kepuasan perkawinan rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Kasser 2002. Analisis tambahan menggunakan uji beda
tidak menemukan
perbedaan yang signifikan pada nilai materialisme dan kepuasan perkawinan berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian ini berbeda dengan Cohen dkk
2009 yang menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan
subjek dalam penelitan Cohen dkk 2009 dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kebanyakan individu suami-
istri dengan nilai materialisme tinggi dan kepuasan perkawinan rendah adalah mereka yang berusia 28-38 tahun dengan usia perkawinan 2-10 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa generasi keluarga muda saat ini memiliki orientasi nilai materialism yang tinggi. Rata-rata keluarga muda saat ini berfokus mengejar
keinginan memiliki materi yang lebih daripada memenuhi aspek-aspek yang memperkuat kepuasan perkawinannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Dey,
Astin, dan Korn dalam Myers, 2008 terhadap hampir seperempat juta
mahasiswa baru tahun 1965-2005 di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa nilai materialisme meningkat, sementara spiritualitas menurun.
Generasi muda masa kini memandang kesuksesan finansial sebagai hal yang sangat penting dan esensial, melampaui nilai penting membangun filosofi
hidup, menjadi ahli di bidang yang digeluti, membantu orang lain yang kesusahan, dan membangun keluarga.
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil analisis penelitian dengan menggunakan korelasi Spearman rho menunjukkan r = -0,646 dengan nilai signifikansi p = 0,000 p 0,05.
Korelasi tersebut menegaskan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara materialisme dan kepuasan perkawinan pada seorang pasangan suami-
istri. Semakin tinggi materialisme seorang pasangan suami-istri maka semakin rendah kepuasan perkawinannya. Semakin rendah materialisme seorang
pasangan suami-istri, semakin tinggi kepuasan perkawinannya.
B. SARAN
1. Bagi Individu Suami-Istri Nilai materialisme yang tinggi memiliki hubungan negatif dengan
kepuasan perkawinan. Individu yang sudah menikah disarankan untuk tidak terlalu terfokus pada kepemilikan materi yang membuat kepuasan
perkawinan semakin rendah. Kepuasan perkawinan diperoleh dari sejauh mana pasangan saling memperoleh keintimin satu dengan lainnya.
2. Bagi individu yang akan menikah Hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai materialisme tinggi
ditemukan pada individu dengan usia perkawinan muda. Pasangan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan menikah sebaiknya menyadari bahwa memiliki orientasi kepemilikan materi yang lebih berdampak pada kurangnya kepuasan perakawinan
mereka.
3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai materialisme tinggi
ditemukan pada individu dengan usia perkawinan muda. P eneliti
selanjutnya disarankan menemukan penyebabnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
DAFTAR PUSTAKA
Ahuvia, Aaron and Nancy Wong 1995, “Materialism: Origins and Implications for Personal Well-Being,” European Advances in Consumer Research,
Vol. 2, ed. Flemming Hansen, Provo, UT: Association for Consumer Research, 172–78
Andhianita, I., Andayani, B. 2005. Kepuasan Perkawinan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi 32 2, 101-111.
Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2011. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. 2013. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Belk, R.W. 1985. Materialism: Trait aspects of living in the material world.
Journal of Consumer Research, 12, 265-280. Benson, Purnell 1955. Familism and Marital Success. Social Forces 33 3, 277-
280. Boven, L. V. 2005. Experientalism, Materialism and the Pursuit of Happiness.
Review of General Psychology. Vol. 9. Pp: 132-134. DOI:10.10371089- 2650.9.2.132.
Burpee, L. C. Langer, E. J. 2005. Mindfulness and Marital Satisfaction. Journal of Adult development 2 1, 43-51.
Carroll, J. S., Dean, L. R., Call, L. L., Busby, D. M. 2011. Materialism and Marriage: Couple Profiles of Congruent and Incongruent Spouses. Journal
of Couple
Relationship Therapy,
104, 287-308.
DOI: 10.108015332691.2011.613306.
Chan, K., Gerrad, P. 2007. Materialism and Social Comparison among Adolescent. Journal Social Behavior Personality and Personality. 213-
228.
Cohen, O., Geron, Y., Farchi, A. 2009. Marital Quality and Global Well- being among Older Adult Israeli Couples in Enduring Marriages. The
American Journal
of Family
Therapy, 37,
299-317. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI