Dampak dalam Perkawinan Dampak Nilai materialisme a. Dampak Umum

a. Komunikasi dengan indikator: 1 Keterbukaan dalam komunikasi 2 Kejujuran dalam menyampaikan komunikasi b. Afeksi dengan indikator: 1 Memberikan perhatian pada pasangan 2 Mengenal karakter pasangan c. Kesetiaan dengan indikator: 1 Berkomitmen untuk hidup bersama dengan pasangan selamanya 2 Kesediaan berkorban menerima perilaku pasangan d. Kepuasan ekonomi dengan indikator: 1 Terpenuhinya sandang, pangan, dan papan 2 Kesepakatan dalam mengatur kondisi keuangan dengan pasangan e. Kepuasan seksual dengan indikator: 1 Mampu mengungkapkan hasrat seksual terhadap pasangan 2 Mengenali kebutuhan seksual pasangan f. Pembagian peran dengan indikator: 1 Kesepakatan dalam berbagi pekerjaan rumah tangga 2 Kesepakatan dalam mendidik anak g. Manajemen konflik dengan indikator: 1 Kemampuan menyeleseikan masalah dalam keluarga 2 Pengambilan keputusan bersama

C. Pasangan Suami-Istri

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008 suami diartikan sebagai pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita istri atau menikah dengan seorang perempuan istri. Istri adalah wanita perempuan yang menikah atau bersuami. Pasangan suami istri adalah laki-laki dan perempuan yang telah menikah. Rubin 1984 menyatakan suami lebih cenderung tidak peduli pada kehidupan emosional mereka dan tidak mengekspresikan perasaan serta pikiran mereka sendiri. Istri biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga lebih banyak daripada sumi sedangkan suami lebih banyak bertanggung jawab dalam menafkahi keluarga mereka Warner, 1986; Szinovacz, 1984. Peplau dan Gordon 1985 menyatakan istri secara konsisten lebih terbuka pada pasangan mereka daripada suami. Istri lebih cenderung mengekspresikan kelembutan, ketakutan, dan kesedihan daripada pasangan mereka Cancian dan Gordon, 1988.

D. Dinamika Hubungan antara Nilai Materialisme dan Kepuasan Perkawinan Pada Individu Sumi-Istri

Individu materialistis memusatkan tujuan hidupnya pada materi dan mengabaikan hal lain, termasuk kepuasan hubungan dengan pasangannya. Hal ini memicu terjadinya konflik karena individu dengan nilai materialisme yang tinggi menganggap materi lebih penting sehingga