Hubungan antara materialisme dan kepuasan perkawinan pada individu suami istri

(1)

HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA INDIVIDU SUAMI-ISTRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Alexander Widyawan Saktya Nugraha 119114110

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA INDIVIDU SUAMI-ISTRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Alexander Widyawan Saktya Nugraha 119114110

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Hayu gancang boy, ameh geur nikah


(6)

TJ-v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ilmiah ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, perlindungan serta kesempatan yang

senantiasa diberikan kepada saya.

Untuk Bapak dan Ibu yang dengan sabar dan semangat membimbing dan

mendampingi anakmu selama ini


(7)

(8)

vii

HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA INDIVIDU SUAMI-ISTRI

Alexander Widyawan Saktya Nugraha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara materialisme dan kepuasan perkawinan pada pasangan suami-istri. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara nilai materialisme dan kepuasan perkawinan pada pasangan suami-istri. Subjek penelitian ini berjumlah 186 orang yang berstatus sudah menikah. Alat pengumpulan data adalah skala kepuasan perkawinan dan skala nilai materialisme (MVS) yang diadaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Skala kepuasan perkawinan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,963 dan skala nilai materilisme memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,865. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman s rho disebabkan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Penelitian ini menghasilkan r sebesar -0,646 dan nilai p sebesar 0,000 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan hubungan negatif antara materialisme dan kepuasan perkawinan.Hal ini berarti semakin tinggi nilai materialisme individu maka kepuasan perkawinan yang dimiliki semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai materialisme individu maka kepuasan perkawinan yang dimiliki semakin tinggi.


(9)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN MATERIALISM AND MARRIAGE SATISFACTION IN MARRIED COUPLES

Alexander Widyawan Saktya Nugraha ABSTRACT

This research aimed to investigate the correlation between materialism and marriage satisfaction in married couples. The hypothesis was that there was negative relationship between materialism and marriage satisfaction in married couples. The subjects in research were 186 people were married. Data instrument be used were the materialism values scale (MVS) are adapted in Indonesian by researcher and marriage satisfaction scale. The alpha reliability coefficient of materialism value scale was 0.963 and coefficient of Materialism value scale was 0.865. The technique of data analysis being used was Spearman's rho correlation test because data on both variables are not normal. The research showed that value of r was -0.646 with p 0.000 < 0.05. The results indicated a negative correlation between materialism and marriage satisfaction. It was means that the higher the materialistic value by married couples, the marriage satisfaction will be lower. On the contrary, the lower materialism value by married couples, the marriage satisfaction will be higher.


(10)

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak C.Siswa Widyatmoko, M.Psi dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas semua bantuan, bimbingan, waktu, saran, serta kesabarannya.

2. Ibu Debri Pristenella, M. Si., dosen pembimbing akademik 2011 yang selalu memberikan saran, dukungan dan bantuannya.

3. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan mendoakan keberhasilan saya.

4. Bapak, Ibu, dan Mbah Uti yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dan menunggu dengan sabar sampai skripsi ini selesai. Terima kasih atas pikiran, tenaga dan biaya yang sudah banyak dicurahkan untuk saya. Saya selalu bersyukur bisa berada ditengah-tengah kalian.

5. Terimakasih kepada Aloysia Rimpi Karuniasti selaku calon istri saya, yang telah banyak memberikan masukan, saran dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi.

6. Terimakasih kepada Bonivasios Dwi yang telah memberikan tumpangan tempat tinggal selama penulis mengerjakan skripsi di


(12)

xi

Yogyakarta. Terima kasih sudah sharing tempat tidur dan tidur bersama.

7. Sedulurku Scooterist 9114. Yuda, Bayu, Boni, Aji, Anoy, Thole, Daniel, Haha, Bendot, Vander, Vico, Boncel, Grego, Gencet, Gempol, Konde, Gunam, Pandu, Awang, Pak Pid. Terimakasih untuk kebersamaan dan mabuk-mabukannya. Terimakasih atas persaudaraan yang sangat luar biasa ini. Terimakasih untuk canda tawa yang kalian ciptakan. Terimakasih juga untuk dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kalian. Selalu sukses dan tetap bersahabat. Tuhan memberkati kalian lur!!.

8. Terimakasih kepada kendaraan kesayanganku VESPA yang selalu aku sayangi, selalu menemaniku dalam suka duka, memberikan kedamaian disaat stress. Thanks mbah joe dan kimcilnya mbah joe. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik yang dapat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Yogyakarta, Penulis,


(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ASBTRAK... vii

ABSTRACT...viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI... 6

A. Nilai Materialisme... 6

1. Definisi Nilai Materialisme... 6


(14)

xiii

3. Dampak Nilai Materialisme ... 7

B. Kepuasan Perkawinan...9

1. Pengertian Kepuasan Perkawinan...9

2. Aspek Kepuasan Perkawinan... 10

C. Pasangan Suami-Istri... 12

D. Dinamika Hubungan Materialisme dan Kepuasan Perkawinan pada Individu Sumi-Istri... 13

E. Skema Penelitian... 15

F. Hipotesis Penelitian... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 17

A. Jenis Penelitian... 17

B. Variabel Penelitian... 17

C. Definisi Operasional... 17

1. Nilai Materialisme... 17

2. Kepuasan Perkawinan... 18

D. Subjek Penelitian... 18

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 19

1. Skala Nilai Materialisme... 19

2. Skala Kepuasan Perkawinan... 21

F. Pertanggungjawaban Alat Ukur... 24

1. Validitas ... 24

2. Seleksi Item... 24

3. Reliabilitas ... 26

G. Metode Analisis Data... 27

1. Uji Asumsi ... 27

2. Uji Hipotesis ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 29

A. Pelaksanaan Penelitian... 29


(15)

xiv

C. Deskripsi Data Penelitian... 29

D. Hasil Penelitian ... 31

E. PEMBAHASAN ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Blue Print Materialistic Value Scale... 20

Tabel 3.2 Pemberian skor Skala Materialisme... 21

Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Kepuasan Perkawinan SebelumTry-Out22 Tabel 3.4Blue-PrintSkala Kepuasan Perkawinan SebelumTry-Out... 23

Tabel 3.5 Pemberian Skor Skala Kepuasan Perkawinan ... 23

Tabel 3.6Blue-PrintSkala Kepuasan Perkawinan SetelahTry-Out ...25

Tabel 4.1 Demografi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

Table 4.2 Demografi Subjek Berdasarkan Usia Perkawinan... 30

Tabel 4.3 Data Empirik dan Data Teoritik... 30

Tabel 4.4 Uji Normalitas... 31

Tabel 4.5 Uji Linearitas... 32


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Dinamika Hubungan Antara Nilai Materialisme dan Kepuasan Perkawinan pada Individu Suami-Istri... 20


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Uji Coba... 44 Lampiran 2. Skala Penelitian ... 62 Lampiran 3. Analisis Tambahan ... 80


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap pasangan yang sudah menikah pasti mempunyai harapan untuk

menjalani kehidupan perkawinan yang langgeng. Perkawinan yang langgeng

diperoleh dengan terpenuhinya kepuasan perkawinan (Schoen et al. 2002).

Glenn dan Weaver (dalam Rahmah, 1997) mengatakan bahwa kepuasan

kehidupan perkawinan lebih berperan menciptakan kebahagiaan hidup secara

keseluruhan daripada kepuasan dalam aspek kehidupan yang lain termasuk

kepuasan kesuksesan dalam dunia kerja. Setelah menikah sumber

kebahagiaan adalah perkawinan yang langgeng dan tidak penuh konflik.

Fowers (1998) menunjukkan bahwa penduduk Amerika Serikat merasa

kepuasan perkawinan lebih penting daripada bidang lainnya, seperti

kesuksesan pekerjaan, agama, rumah, dan keuangan.

Penelitian Lavenson dkk (1993) menegaskan bahwa kepuasan

perkawinan mempengaruhi kesehatan baik mental maupun fisik. Pasangan

dalam perkawinan yang memuaskan memiliki tingkat kesehatan mental dan

fisik yang lebih baik daripada pasangan yang merasa tidak puas. Hal ini

didukung oleh penelitian Gottman (1989, 1992) yang menemukan bahwa

dalam interaksi perkawinan yang memuaskan emosi positif seperti afeksi,

humor, minat, kesenangan, lebih sering muncul dibandingkan dengan


(20)

Banyak pasangan yang menghadapi kesulitan dan merasa tidak puas

dengan perkawinannya. Fischer (dalam Lailatushifah, 2003) menyatakan

bahwa perasaan tidak puas dalam perkawinan merupakan awal kegagalan

perkawinan. Seseorang yang merasa tidak puas dengan perkawinannya akan

memilih perceraian sebagai titik akhir. Ahli-ahli perkawinan seperti Fowers

(1998) dan Kurdek (2005) menyatakan salah satu konsekuensi dari

perkawinan yang tidak memuaskan adalah perceraian.

Saxton (1986) menyatakan bahwa kepuasan perkawinan terdiri dari

pemenuhan tiga kebutuhan dalam perkawinan. Tiga kebutuhan tersebut

adalah kebutuhan materiil, seksual, dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan

materiil memberikan kepuasan fisik dan biologis serta psikologis. Kepuasan

fisik dan biologis diwujudkan dalam bentuk sandang, pangan, papan,

perawatan kehidupan rumah tangga, dan uang. Pemenuhankebutuhan seksual

ditandai dengan kondisi hubungan seksual yang baik dan keharmonisan pasangan dalam rumah tangga. Kebutuhan psikologis untuk mencapai kepuasan perkawinan adalah rasa aman, kerjasama, saling pengertian, saling menerima pasangan, saling menghormati, saling menghargai, dan saling berkomitmen. Ketiga aspek kebutuhan dasar ini saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah satu aspek tidak terpenuhi maka berpengaruh pada aspek yang lain dan berdampak pada perceraian.

Di Indonesia terjadi banyak perceraian dengan alasan kebutuhan ekonomi yang tidak tercukupi. Data Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama 2010 menyatakan perceraian dengan alasan tersebut mencapai angka 70


(21)

persen (Panjaitan, 2011). Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa

mengatakan bahwa angka perceraian di Indonesia termasuk tinggi dengan

kisaran 60-70 persen. Makassar mencapai prosentase tertinggi yaitu 75 persen dan DKI Jakarta 70 persen. Penyebab perceraian adalah perbedaan pendapatan (income) (Suri, 2016).

Fenomena perceraian dengan alasan ekonomi menunjukkan bahwa era global ini sebagian besar orang Indonesia menganggap materi sebagai hal penting dan menimbulkan kecenderungan materialisme. Survey perusahaan

biro jodoh professional Lunch Actually asal Singapura pada tahun 2015

menunjukkan bahwa wanita Indonesia cenderung menilai pria dari sisi materi.

Penelitian menyebutkan kebanyakan wanita Indonesia lebih memilih pria

yang memiliki karier dan penghasilan tinggi. Seorang wanita yang

diwawancarai oleh pihak biro jodoh tersebut menyatakan bahwa menjalin

hubungan yang menuju perkawinan harus bertujuan pada kehidupan yang

lebih baik atau mapan. Ia berpendapat bahwa jika situasi keuangan yang

dimiliki stabil maka kecil kemungkinan muncul masalah dalam perkawinan

(Hadriani, 2015).

Data dari Dirjen Bimas dan biro jodoh Lunch Actually (Panjaitan, 2011; Hadriani, 2015) menyimpulkan bahwa materi merupakan salah satu aspek penting di Indonesia yang harus terpenuhi dalam menjaga perkawinan untuk tetap utuh. Fenomena perceraian di Indonesia sesuai dengan penelitian Saxton (1986) bahwa materi merupakan aspek yang harus terpenuhi selain seksual dan psikologis. Kasser (2002) sebaliknya menegaskan bahwa materi


(22)

dan menjalin sebuah relasi yang baik dengan pasangan tidak dapat berdampingan. Materialisme “telah menggeser” kegiatan lain dalam

kehidupan seseorang, seperti waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk memperoleh hal-hal materi sementara hubungan dengan pasangan diabaikan. Nilai materialisme menurut Belk (1985) adalah nilai yang menempatkan

kepemilikan duniawi untuk mencapai kebahagiaan dan tujuan hidup. Vohs,

Mead, dan Goode (2008) menyatakan bahwa individu materialistik memiliki keintiman rendah pada pasangan. Mereka menunjukkan bahwa individu materialistik lebih mandiri karena mereka cenderung melihat sebuah hubungan dari sudut pandang ekonomi dan sangat kurang peka terhadap hubungan dengan pasangan sehingga perkawinannya kurang harmonis.

Berdasarkan paragraf tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah ada

hubungan antara nilai materialisme dan kepuasan perkawinan pada individu

suami-istri. Hal ini perlu diteliti melihat data perceraian di Indonesia yang

tinggi mencapai prosentase 60-70 persen karena sebuah alasan materi (Nilam

Suri, Liputan6.com, 2016).

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara nilai materialisme dan kepuasan perkawinan


(23)

C. Tujuan Penelitan

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan antara nilai materialisme dan kepuasan perkawinan pada individu

suami-istri.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan ilmu Psikologi

khususnya Psikologi Perkembangan terkait hubungan nilai materialisme

dan kepuasan perkawinan pada suami-istri, serta dapat menjadi acuan

bagi penelitian selanjutnya dengan topik kepuasan perkawinan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadikan evaluasi bagi individu suami-istri tentang


(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nilai Materialisme

1. Definisi Nilai Materialisme

Nilai Materialisme merupakan gaya hidup dengan tujuan untuk

mendapatkan dan mengumpulkan banyak harta. Seseorang yang

materialistis mengalami ketergantungan pada harta benda karena memiliki

banyak harta menunjukkan kesuksesan seseorang (simbol kesuksesan)

dan menimbulkan kesenangan serta kenikmatan. Kesuksesan dan

kebahagian seseorang diukur dari pendapatannya. (Boven, 2005; Chan &

Gerrard, 2007; Kasser, 2002 dalam Froh dkk., 2011; dan Richins, 1999

dalam Kinnear, 2011).

Nilai materialisme menurut Belk (1985) adalah nilai yang

menempatkan kepemilikan duniawi untuk mencapai kebahagiaan dan

tujuan hidup. Belk (1985) mendefinisikan nilai materialisme sebagai

bagian ciri kepribadian setiap individu. Richins dan Dawson (1992 dalam

Ahuvia & Wong, 1995) mendefinisikan nilai materialisme sebagai

pencapaian kesejahteraan dan kesempurnaan hidup berdasarkan pada

kepemilikan materi.

Dari uraian tersebut dipilih definisi nilai materialisme menurut

Richins dan Dawson (1992) sebagai pencapaian kesejahteraan dan


(25)

2. Dimensi Nilai materialisme

Nilai materialisme ini dibagi dalam 3 dimensi oleh Richins &

Dawson (1992 dalam Ahuvia dan Wong, 1995). Pertama, dimensi

pentingnya harta dalam hidup seseorang (acquisition centrality). Dimensi

ini mengukur derajat keyakinan seseorang akan arti penting materi dalam

kehidupan seseorang.

Kedua, dimensi kepemilikian merupakan ukuran kesuksesan hidup

(possession defined success). Dimensi ini mengukur keyakinan seseorang

akan arti kesuksesan berdasarkan pada jumlah dan kualitas materi.

Ketiga, dimensi kepemilikan dan harta benda merupakan sumber

kebahagian (acquisition as the pursuit of happiness). Dimensi ini

mengukur kesejahteraan dan kebahagian hidup individu berdasarkan pada

materi.

3. Dampak Nilai materialisme a. Dampak Umum

Richins dan Dawson (1992) menyatakan individu yang

materialistis lebih memiliki subjective well-being yang rendah, stress

yang tinggi, dan tidak memiliki kebahagiaan serta kepuasan hidup.

Menurut Kasser, Ryan, Couchman, & Sheldon (2004) nilai

materialisme pada individu merusak hubungan interpersonal dan relasi

dalam komunitas. Kerusakan disebabkan oleh hubungan interpersonal


(26)

bukan dengan kepercayaan dan kebahagiaan. Individu yang

materialistis sering membandingkan dirinya dengan orang lain

sehingga menimbulkan perasaan yang buruk terhadap diri sendiri dan

membuat individu semakin materialistis.

b. Dampak dalam Perkawinan

Dalam perkawinan nilai materialisme memiliki dampak yang

kurang baik.Menurut Kasser (2002) materi dan menjalin sebuah relasi

yang baik dengan pasangan merupakan hal yang berlawanan karena nilai materialisme “telah menggeser” kegiatan lain dalam kehidupan

seseorang, seperti waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk memperoleh hal-hal material sementara sebuah hubungan dengan pasangan diabaikan. Vohs, Mead, dan Goode (2008) menemukan bahwa individu yang materialistis memiliki keintiman rendah dengan pasangannya dan lebih suka dengan kegiatan soliter. Dia juga menunjukkan bahwa individu materialistis lebih mandiri karena mereka cenderung melihat sebuah hubungan dari sudut pandang ekonomi. Individu materilistis kurang memiliki kepekaan dalam suatu hubungan, sehingga membuat perkawinan kurang harmonis.


(27)

B. Kepuasan Perkawinan

1. Pengertian Kepuasan Perkawinan

Menurut Snyder (1979), kepuasan perkawinan adalah gambaran

suami dan istri dalam menilai aspek-aspek hubungan perkawinannya.

Hawkins (dalam Olson dan Hamilton, 1983) menjelaskan bahwa

kepuasan perkawinan adalah perasaan bahagia, puas, dan senang yang

dialami oleh pasangan suami istri sehubungan dengan aspek-aspek dalam

perkawinan. Wood dan Rhodes (1989) berpendapat bahwa kepuasan

perkawinan merupakan evaluasi subjektif dari individu terhadap

pengalaman dari hubungan perkawinan. Fowers dan Olson (1993)

menambahkan kepuasan perkawinan adalah evaluasi terhadap area-area

dalam perkawinan yang mencakup isu kepribadian, kesetaraan peran,

komunikasi, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan, waktu luang,

hubungan seksual, pengasuhan anak, keluarga dan teman serta orientasi

keagamaan.

Dari beberapa definisi tersebut yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah definisi kepuasan perkawinan menurut Fower dan

Olson (1993). Definisi kepuasan perkawinan yang disampaikan oleh

Fower dan Olson (1993) lebih komprehensif karena melihat kepuasan

perkawinan secara keseluruhan dibandingkan dengan definisi kepuasan


(28)

2. Aspek-aspek Kepuasan Perkawinan

Fowers & Olson (1993) menjabarkan 10 aspek kepuasan

perkawinan sebagai berikut:

a. Komunikasi

Aspek ini meliputi keterbukaan di antara pasangan, kejujuran

terhadap pasangan, kemampuan untuk mempercayai satu sama lain,

sikap empati terhadap pasangan, dan kemampuan pendengar yang

baik (listening skill).

b. Waktu luang

Aspek ini meliputi harapan-harapan dalam mengisi waktu luang

bersama pasangan dan menentukan suatu kegiatan yang dilakukan

sebagai pilihan individu atau pilihan bersama.

c. Orientasi keagamaan

Aspek ini meliputi sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan

pada sesuatu agama termasuk cara mendidik anak sesuai aturan

keagamaan.

d. Strategi menangani konflik

Aspek ini meliputi sikap saling mendukung dan percaya pada

pasangan serta berdiskusi dalam mencapai penyelesaian masalah.

e. Kepuasan ekonomi

Aspek ini meliputi cara pasangan mengatur keuangan, pemenuhan

kebutuhan materi, bentuk-bentuk pengeluaran dan pembuatan


(29)

f. Orientasi seksual

Aspek ini meliputi kemampuan mengungkapkan hasrat dan cinta, dan

mengenali tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat

tercipta kepuasan seksual serta memahami kebutuhan seksual

pasangan.

g. Pengasuhan anak

Aspek ini meliputi cara pasangan membuat kesepakatan dalam hal

jumlah anak, peran suami-istri dalam mengasuh dan mendidik anak,

serta bagaimana pola asuh yang diterapkan.

h. Personality issue

Aspek ini meliputi cara pasangan menanggapi perilaku dan kebiasaan

pasangannya, menerima dan memahami perilaku pasangan yang

berubah setelah menikah.

i. Egalitarian role

Aspek ini meliputi sikap pengertian suami maupun istri dalam

menanggapi perannya masing-masing. Dalam hal ini suami maupun

istri saling mengerti dan mendukung pasangannya, misalnya suami

yang tidak melarang istri bekerja dan tidak keberatan dengan

pendapatan istri yang lebih besar darinya.

Uraian di atas diringkas menjadi 7 aspek kepuasan perkawinan. Hal

ini dikarenakan ada aspek serupa yang dapat dijadikan satu aspek afeksi.


(30)

a. Komunikasi dengan indikator:

1) Keterbukaan dalam komunikasi

2) Kejujuran dalam menyampaikan komunikasi

b. Afeksi dengan indikator:

1) Memberikan perhatian pada pasangan

2) Mengenal karakter pasangan

c. Kesetiaan dengan indikator:

1) Berkomitmen untuk hidup bersama dengan pasangan selamanya

2) Kesediaan berkorban menerima perilaku pasangan

d. Kepuasan ekonomi dengan indikator:

1) Terpenuhinya sandang, pangan, dan papan

2) Kesepakatan dalam mengatur kondisi keuangan dengan pasangan

e. Kepuasan seksual dengan indikator:

1) Mampu mengungkapkan hasrat seksual terhadap pasangan

2) Mengenali kebutuhan seksual pasangan

f. Pembagian peran dengan indikator:

1) Kesepakatan dalam berbagi pekerjaan rumah tangga

2) Kesepakatan dalam mendidik anak

g. Manajemen konflik dengan indikator:

1) Kemampuan menyeleseikan masalah dalam keluarga


(31)

C. Pasangan Suami-Istri

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008 suami diartikan sebagai pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) atau menikah dengan seorang perempuan (istri). Istri adalah wanita

(perempuan) yang menikah atau bersuami. Pasangan suami istri adalah

laki-laki dan perempuan yang telah menikah.

Rubin (1984) menyatakan suami lebih cenderung tidak peduli pada

kehidupan emosional mereka dan tidak mengekspresikan perasaan serta

pikiran mereka sendiri. Istri biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga

lebih banyak daripada sumi sedangkan suami lebih banyak bertanggung

jawab dalam menafkahi keluarga mereka (Warner, 1986; Szinovacz,

1984). Peplau dan Gordon (1985) menyatakan istri secara konsisten lebih

terbuka pada pasangan mereka daripada suami. Istri lebih cenderung

mengekspresikan kelembutan, ketakutan, dan kesedihan daripada

pasangan mereka (Cancian dan Gordon, 1988).

D. Dinamika Hubungan antara Nilai Materialisme dan Kepuasan Perkawinan Pada Individu Sumi-Istri

Individu materialistis memusatkan tujuan hidupnya pada materi

dan mengabaikan hal lain, termasuk kepuasan hubungan dengan

pasangannya. Hal ini memicu terjadinya konflik karena individu dengan


(32)

ia tidak mempedulikan kondisi hubungan yang ia miliki dengan

pasangannya (Carroll et al., 2011; Seneca, 2006).

Fower dan Olson (1993) menyebutkan kepuasan ekonomi

merupakan salah satu aspek yang membentuk kepuasan perkawinan.

Kepuasan ekonomi berkaitan dengan pasangan memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, dan papan dalam keluarga. Nilai materialisme dalam

kepuasan perkawinan memiliki hubungan dengan kepuasan ekonomi. Nilai materialisme yang tinggi membuat aspek-aspek selain kepuasan ekonomi diabaikan dalam membentuk kepuasan perkawinan. Individu materialistis

memiliki pencapaian kesejahteraan dan kesempurnaan hidup berdasarkan

pada kepemilikan materi (Richins dan Dawson, 1992). Hal ini

menyebabkan kepuasan perkawinan pada individu suami istri rendah dan berpotensi terjadi percaraian.

Dalam perkawinan nilai materialisme memiliki dampak yang

kurang baik. Kasser (2002) menyatakan bahwa materi dan menjalin

sebuah relasi yang baik dengan pasangan merupakan dua hal yang berlawanan karena nilai materialisme “telah menggeser” kegiatan lain

dalam kehidupan seseorang, seperti waktu dan berbagai sumber daya. Uraian di atas menyatakan bahwa nilai materialisme menyebabkan perkawinan kurang harmonis dan berujung pada perceraian. Nilai materialisme memiliki hubungan sebab akibat pada kepuasan perkawinan dan menyebabkan perceraian.


(33)

E. Skema Penelitian

Nilai Materialisme

Kepuasan Perkawinan

Possession defined sucess

Acquisition as the pursuit of happiness Acqusition

Centrality


(34)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut: Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara nilai

materialisme dan kepuasan perkawinan pada individu suami-istri. Semakin

tinggi nilai materialisme individu suami-istri maka semakin rendah


(35)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional (correlational

studies). Penelitian korelasional bertujuan untuk melihat hubungan antara satu

variabel dan variabel lainnya (Azwar, 2003).

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel X : Nilai Materialisme

2. Variabel Y : Kepuasan Perkawinan

C. Definisi Operasional 1. Nilai Materialisme

Nilai materialisme adalah pencapaian kesejahteraan dan

kesempurnaan hidup yang berdasarkan kepemilikan materi. Nilai

materialisme pada individu suami-istri diukur menggunakan skala yang

disusun berdasarkan dimensi materialisme yaitu acquisition centrality,

possession defined success, acquisition as the pursuit of happiness.

Tingkat nilai materialisme pada subjek penelitian ditunjukkan dengan

skor total dari skala nilai materialisme. Semakin tinggi skor total maka


(36)

2. Kepuasan Perkawinan

Kepuasan perkawinan adalah evaluasi terhadap area-area dalam

perkawinan yang mencakup isu kepribadian, kesetaraan peran,

komunikasi, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan, waktu luang,

hubungan seksual, pengasuhan anak, keluarga dan teman serta orientasi

keagamaan. Kepuasan perkawinan diukur dengan menggunakan skala

kepuasan perkawinan. Skala perkawinan ini disusun berdasarkan 7 aspek

dan indikaktor kepuasan perkawinan.

Tingkat kepuasan perkawinan digolongkan tinggi atau rendah

berdasarkan jumlah skor total dari skala. Semakin tinggi skor subjek, maka

semakin tinggi tingkat kepuasan perkawinan subjek. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah skor subjek, maka semakin rendah tingkat

kepuasan perkawinan subjek.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah individu suami-istri yang memiliki

kriteria sebagai berikut:

1. Minimal usia perkawinan adalah 2 tahun, karena durasi perkawinan di

bawah dua tahun dianggap sebagai masa penyesuaian dan kurang

dapat memprediksi kepuasan perkawinan (Fischer, 1998)

2. Tinggal bersama pasangannya atau satu rumah. Pasangan yang tinggal

dengan jarak jauh merepresentasikan kepuasan perkawinan yang


(37)

3. Memiliki anak, karena individu yang sudah menikah serta memiliki

anak cenderung lebih puas dan merasakan perannya sebagai orang tua

terpenuhi dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki anak

(Santrock, 2002).

Peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel

didasarkan pada pertimbangan tertentu berdasarkan ciri dan sifat populasi yang

ditentukan peneliti (Sugiyono, 2010).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran skala. Skala adalah

pertanyaan atau pernyataan yang disusun untuk mengungkap atribut-atribut

tertentu melalui respon terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan

(Azwar, 2012).

1. Skala Materialisme

Untuk mengetahui kecenderungan materialisme pada pasangan

suami-istri, peneliti mengadaptasi skala dari Richins dan Dawsons 1992

(dalam Richins 2004), yaitu Materialism Values Scale. Skala tersebut

diadaptasi bersama-sama dengan Dosen Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma C. Siswa Widyatmoko, M.Si. Proses adaptasi skala

pertama kali dengan menerjemahkan ke Bahasa Indonesia. Penerjemah

adalah seorang ahli dalam ilmu Psikologi dan ahli dalam Bahasa Inggris

yaitu bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Si. Kemudian skala bahasa


(38)

Haryotomo Wiryasono dan G. Prabowo Aji yang berprofesi sebagai

pengajar Bahasa Inggris di ELTI dan Real English.

Setelah proses penerjemahan selesai, peneliti mengujikan skala

tersebut pada beberapa individu suami-istri dari berbagai latar belakang.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kalimat terjemahan pada

item-item MVS dapat dipahami dengan baik oleh subjek. Beberapa

item dalam skala yang sulit dipahami didiskusikan ulang dengan

beberapa ahli tersebut. Item-item yang dipahami dengan baik oleh

subjek digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berikut

merupakan blue-print skala MVS milik Richins & Dawsons:

Tabel 3.1

Blue-Print Materialism Value Scale

Dimensi Item Total

Favorable Unfavorable Acquisition

Centrality

1, 2, 4, 5 3, 6, 7 7

Acquisition as the Pursuit of

Happiness

10,11,12 8,9 5

Possession-defined Succes

14,15,17,18 13, 16 6

Total 11 7 18

Pada skala materialisme pemberian skor memiliki rentang 1-7

untuk setiap item dari setiap dimensi. Untuk masing-masing item dapat

direspon dengan alternative jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju),

AS (Agak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), dan


(39)

Tabel 3.2

Pemberian Skor Skala Materialisme

Respon Jawaban Bobot Pernyataan Favorable Unfavorable

SS (Sangat Setuju) 1 7

S (Setuju) 2 6

AS (Agak Setuju) 3 5

N (Netral) 4 4

ATS (Agak Tidak Setuju)

5 3

TS (Tidak Setuju) 6 2

STS (Sangat Tidak Setuju)

7 1

2. Skala Kepuasan Perkawinan

Skala kepuasan perkawinan disusun berdasarkan aspek-aspek

kepuasan perkawinan yang dikemukakan oleh Fower dan Olson (1993)

yang diringkas menjadi 7 aspek sebagai berikut:

a. Komunikasi

b. Afeksi

c. Kesetiaan

d. Kepuasan Ekonomi

e. Kepuasan Seksual

f. Pembagian Peran


(40)

Ketujuh aspek tersebut menjadi dasar dalam penuyusunan

skala kepuasan perkawinan yang disusun peneliti dengan jumlah

56 item pernyataan.

Tabel 3.3

Distribusi Item Skala Kepuasan Perkawinan Sebelum Try-Out

Aspek Kepuasan Perkawinan Item Total Item Presentase Favorable Unfavorable

Komunikasi 4 4 8 14.28571%

Afeksi 4 4 8 14.28571%

Kesetiaan 4 4 8 14.28571%

Kepuasan Ekonomi 4 4 8 14.28571%

Kepuasan Seksual 4 4 8 14.28571%

Pembagian Peran 4 4 8 14.28571%

Manajemen Konflik 4 4 8 14.28571%

Total Item 28 28 56 100%

Sebelum menuliskan item dari skala kepuasan perkawinan,

peneliti melakukan survei terhadap 20 pasangan suami-istri dari

beberapa latar belakang. Survei dilakukan untuk mengetahui

prespektif dari subjek mengenai kepuasan perkawinan. Survei

berisi 8 pertanyaan yang disusun dari 7 aspek kepuasan

perkawinan. Jawaban-jawaban dari pertanyaan survei dirangkum

dan jadikan indikator dalam skala kepuasan perkawinan.

Selanjutnya, dari indikator-indikator disusun item-item skala

kepuasan perkawinan.

Selanjutnya peneliti melakukan Profesional Judgement dari

dosen Psikologi Universitas Sanata Dharma C. Siswa Widyatmoko,

M.Psi. Proses ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh item


(41)

Selanjutnya skala tersebut diujikan kepada beberapa subjek

penelitan. Hal ini dilakukan untuk memastikan subjek dapat

memahami dengan baik kalimat setiap item dalam skala kepuasan

perkawinan. Item yang diupahami dengan baik digunakan untuk

proses pengambilan data penelitian.

Tabel 3.4

Blue-Print Skala Kepuasan Perkawinan Sebelum Try-Out

Aspek Item Total

Favorable Unfavorable

Kmunikasi 1, 15, 29, 43 8, 22, 36, 50 8

Afeksi 9, 23, 37, 51 2, 16, 30, 44 8

Kesetiaan 3, 17, 31, 45 10, 24, 38, 52 8

Kepuasan Ekonomi 11, 25, 39, 53 4, 18, 32, 46 8 Kepuasan Seksual 5, 19, 33, 47 12, 26, 40, 54 8 Pembagian Peran 13, 27, 41, 55 6, 20, 34, 48 8 Manajemen Konflik 7, 21, 35, 49 14, 28, 42, 56 8

Total Item 28 28 56

Dalam skala kepuasan perkawinan ini terdapat empat

alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh subjek yaitu, SS (Sangat

Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Tabel 3.5

Pemberian Skor Skala Kepuasan Perkawinan

Jawaban Bobot Pernyataan Favorable Unfavorable

SS (Sangat Setuju) 1 4

S (Setuju) 2 3

TS (Tidak Setuju) 3 2


(42)

F. Pertanggungjawaban Alat Ukur 1. Validitas

Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi dan pengukuran tersebut. Setiap alat ukur

memiliki tujuan pengukuran yang berbeda-beda. Sebuah alat ukur hanya

dikatakan valid untuk mengukur satu ubahan yang spesifik. Suatu alat

ukur dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut dapat

memberikan hasil sesuai dengan tujuan pengukuran tersebut (Azwar,

2011).

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala

tersebut memiliki data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya

(Azwar, 2013). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi. Validitas isi adalah relevansi item dengan indikator perilaku

dan dengan tujuan ukur dapat dievaluasi lewat nalar dan akal sehat serta

mampu menilai isi skala tersebut benar-benar mendukung konstrak teoritik

yang diukur (Azwar, 2013).

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan parameter daya diskriminasi item.

Diskriminasi item adalah kemampuan item dalam membedakan antara

individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki

atribut yang diukur (Azwar, 2009). Seleksi item dilakukan dengan uji coba


(43)

skor item dengan distribusi skor skala dengan program SPSS yang

menghasilkan koefisien korelasi item total (rix) (Azwar, 2009). Kriteria

pemilihan item berdasarkan korelasi item total yang menggunakan batasan

rix ≥ 0,30. Apabila jumlah item yang lolos masih tidak mencukupi jumlah

yang diinginkan, maka batasan tersebut dapat dipertimbangkan untuk

diturunkan menjadi rix≥ 0,25 (Azwar, 2009).

Uji coba (try out) dilakukan pada tanggal 7 Januari 2017 sampai

dengan 20 Januari 2017. Peneliti menggunakan 60 Subjek yang terbagi

dari 30 laki-laki dan 30 perempuan. Berikut merupakan hasil seleksi item

kedua variabel.

a. Skala Kepuasan Perkawinan

Pada skala kepuasan perkawinan terdapat 1 item yang

gugur dengan koefisien korelasi≥0,30 sehingga diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 3.6

Distribusi Item Skala Kepuasan Perkawinan Setelah Try Out Blue-Print Skala Kepuasan Perkawinan Setelah Try-Out

Aspek Item Total

Favorable Unfavorable

Komunikasi 1, 15, 29, 43* 8, 22, 36, 50 8

Afeksi 9, 23, 37, 51 2, 16, 30, 44 8

Kesetiaan 3, 17, 31, 45 10, 24, 38, 52 8

Kepuasan Ekonomi 11, 25, 39, 53 4, 18, 32, 46 8

Kepuasan Seksual 5, 19, 33, 47 12, 26, 40, 54 8

Pembagian Peran 13, 27, 41, 55 6, 20, 34, 48 8

Manajemen Konflik 7, 21, 35, 49 14, 28, 42, 56 8

Total Item 27 28 55


(44)

Berdasarkan hasil seleksi item dari 56 item skala kepuasan

perkawinan terdapat 55 item valid dan 1 item gugur. 55 item

valid tersebut memiliki nilai koefisien korelasi ≥ 0,30 dan

digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.

b. Skala Nilai Materialisme

Skala materilisme Richins dan Dawson (dalam Richins,

2004) yang diadaptasi setelah dilakukan try out tidak ada item

yang gugur. Item-item dalam skala tersebut memiliki nilai

koefisien korelasi≥ 0.30. Berdasarkan hasil seleksi item dari 18

item maka 18 item skala nilai materialisme yang diadaptasi

dapat digunakan untuk mengambil data.

3. Reliabilitas

Reliabilitas berarti tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran

(Azwar, 2011). Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis Alpha Cronbach. Teknik ini memiliki nilai praktis dan efisiensi

yang tinggi, karena hanya satu kali percobaan pada satu kelompok subjek

(Azwar,2013). Koefisien Alpha Cronbach dibawah 0,6 menunjukkan

reliabilitas kurang baik. Koefisien Alpha Cronbach 0,6-0,8 dapat diterima.

Koefisien Alpha Cronbach diatas 0,8 dianggap paling baik.

Skala kepuasan perkawinan mencapai nilai reliabilitas sebesar 0,963.


(45)

sangat mendekati nilai 1,00. Reliabilitis skala nilai materialisme juga

memuaskan karena memperoleh nilai koefisien alpha 0.865.

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas data atau

sebaran data penelitian yang dilakukan. Uji normalitas dilakukan

dengan teknik Kolmogorov-Smirnov SPSS for Windows ver. 23.0.

Normalitas dipenuhi apabila hasil uji signifikansi untuk suatu taraf

signifikan 0,05. Jika signifikan (p) yang diperoleh lebih besar dari

0,05, maka data tersebut dikatakan terdistribusi secara normal dan jika

signifikan (p) kurang dari 0,05 maka data tidak terdistribusi secara

normal (Santoso, 2010).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu veriabel

terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear. Uji

linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang

terdapat dalam SPSS for Windows ver. 23.0. Data dikatakan linear

apabila kedua variabel yang diteliti memiliki signifikan kurang dari


(46)

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat hubungan antara nilai

materialisme dan kepuasan perkawinan pada individu suami-istri.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis

korelasi Pearson Product Moment apabila data berdistribusi normal dan

menggunakan uji hipotesis korelasi Spearman apabila data tidak

berdistribusi normal (Santoso, 2010). Apabila koefisien korelasi memiliki


(47)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Januari 2017 sampai dengan 10

Febuari 2017. Skala penelitian dibagikan kepada individu suami-istri. Subjek

dalam penelitian ini memiliki karakteristik dengan minimal usia perkawinan 2

tahun dan sudah mempunyai anak dari perkawinan mereka.

Penelitian dilakasanakan dengan cara meminta subjek untuk memberi

respon jawaban terhadap pernyataan pada kuesioner yang terdiri dari skala

kepuasan perkawinan dan skala nilai materialisme. Secara keseluruhan peneliti

membagikan 230 lembar skala penelitian. Dari jumlah tersebut, skala yang

kembali berjumlah 186 lembar skala. Tidak kembalinya skala penelitian yang

berjumlah 44 lembar disebabkan beberapa alasan, antara lain; lupa mengisi,

hilang, rusak, dan subjek membutuhkan waktu lama unutk mengisi.

B. Diskripsi Subjek Penelitian

Berdasarkan sebaran skala penelitian, diskripsi subjek sebagai berikut:

Tabel 4.1

Demografi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki

93 50%

Perempuan 93 50%


(48)

Tabel 4.2

Demografi Subjek Berdasarkan Usia Perkawinan Usia Perkawinan Jumlah Presentase

≤ 5 th 34 18,27%

6-10 th 55 29,56%

11-19 th 43 23,18%

≥ 20 th 54 29,03%

Total 186 100%

C. Diskripsi Data Penelitian

Berikut adalah tabel deskripssi data penelitian:

Tabel 4.3

Data Empirik dan Data Teoritik

Variabel Data Teoritik Data Empirik SD P Min Max Mean Min Max Mean

Materialisme 18 126 72 24 118 53,85 19,934 0,000

Kepuasan Perkawinan 55 220 137,5 100 206 170,16 23,415 0,000

Uji coba mean dilakukan untuk melihat perbedaan antara mean

teoritik dengan mean empiris. Uji beda mean menggunakan One Sample

t-test. Dari tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa variabel materialisme

memiliki mean teoritik sebesar 72 dan mean empirik sebesar 53,85. Mean

empirik lebih kecil dari mean teoritik. Hal ini menunjukkan nilai

materialisme pada subjek penelitian cenderung rendah. Hasil uji t variabel

tersebut memiliki signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,000 (Tabel 4.3). Hal

tersebut menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kedua mean


(49)

Variabel kepuasan perkawinan memiliki mean teoritik (137,5) lebih

kecil dari mean empirik (170,16). Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan

perkawinan pada subjek penelitian cenderung tinggi. Hasil uji t variabel

tersebut memiliki koefisien signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,000 (Tabel

4.3). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua

mean variabel tersebut.

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang

diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis

korelasi. Hasil uji asumsi dapat dilihat sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Tabel 4.4 Uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Materialisme .157 186 .000 .885 186 .000

Kepuasan_Perkawinan .285 186 .000 .753 186 .000

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan bahwa nilai

probabilitas (p) pada variabel materialisme dan kepuasan perkawinan

sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan sebaran data pada kedua variabel


(50)

0,05). Hal tersebut berarti pengujian hipotesis dalam penelitian ini

akan menggunakan teknik korelasi Spearman rho.

b. Uji Linearitas

Tabel 4.5 Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares Df Mean

Square F Sig.

Materialisme * Kepuasan_Perkaw inan Between Groups (Combined)

64052.311 48 1334.42

3 19.318 .000

Linearity

55554.693 1 55554.6

93 804.249 .000

Deviation from

Linearity 8497.618 47 180.800 2.617 .000

Within Groups 9463.474 137 69.076

Total 73515.785 185

Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa variabel

materialisme dan kepuasan perkawinan pada pasangan suami-istri

memiliki signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak

terdistribusi dengan normal maka pengujian hipotesis menggunkan teknik

korelasi Spearman rho pada taraf signifikansi 0,05. Berikut ini adalah hasil


(51)

Tabel 4.6

Hasil Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien korelasi antara nilai

materialisme dan kepuasan perkawinan adalah -0,646 dengan probabilitas

0,000. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang bersifat negatif,

cukup kuat, dan signifikan antara variabel materialisme dan kepuasan

perkawinan.

3. Analisis tambahan

Peneliti melakukan analisis tambahan dengan menggunakan uji beda

untuk melihat perbandingan nilai materialisme dan kepuasan perkawinan

berdasarkan jenis kelamin. Peneliti juga melihat perbandingan nilai

materialisme dan kepuasan perkawinan berdasarkan golongan usia

perkawinan yang sudah ditentukan (Gol I≤ 5th; Gol II 6-10th; Gol III

11-19th; Gol IV 20≥). Berdasarkan hasil uji normalitas (Tabel 4.4) dan

Correlations

Materialisme

Kepuasan_P erkawinan

Spearman's rho Materialisme Correlation Coefficient 1.000 -.646**

Sig. (1-tailed) . .000

N 186 186

Kepuasan_Per kawinan

Correlation Coefficient -.646** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 186 186


(52)

homogenitas (terlampir) maka teknik uji beda yang digunakan adalah

teknik Mann Whitney dan Kruskal Wallis.

Dari hasil uji beda nilai materialisme dan kepuasan perkawinan

berdasarkan jenis kelamin yang menggunakan teknik Mann Whitney

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai

materialisme pada kelompok individu suami dengan kelompok individu

istri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,074 ≥ 0,05. Uji beda

antara kepuasan perkawinan pada kelompok individu suami dengan

kelompok individu istri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,074≥ 0,05.

Hasil uji beda nilai materialisme dan kepuasan perkawinan

berdasarkan golongan usia perkawinan yang menggunakan teknik Kruskal

Wallis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada nilai materialisme antara golongan usia perkawinan I, II, III, dan IV. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,00 ≤ 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa usia perkawinan lebih lama, maka nilai materialisme rendah. Uji

beda antara kepuasan perkawinan pada golongan usia perkawinan

menggunakan teknik Kruskal Wallis menunjukkan ada perbedaan yang

signifikan pada kepuasan perkawinan antara golongan usia perkawinan I,

II, III, dan IV ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,00 ≤ 0,05. Hal ini

menunjukkan semakin lama usia perkawinan, semakin tinggi kepuasan


(53)

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan teknik korelasi

Spearman rho, materialisme dan kepuasan perkawinan memiliki koefisien

sebesar -0,646 dengan p = 0,000 < 0,05 . Hal tersebut menunjukkan hipotesis

diterima bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dan

kepuasan perkawinan. Nilai negatif koefisien korelasi menunjukkan adanya

hubungan negatif antara materialisme dan kepuasan perkawinan.

Individu dengan nilai materialisme tinggi memusatkan tujuan

hidupnya pada materi dan mengabaikan hal lain, termasuk kepuasan

perkawinan (Seneca, 2006). Dalam sebuah relasi perkawinan individu

materialistis memiliki afeksi yang rendah terhadap pasangannya. Hal tersebut

memicu konflik antara pasangan suami-istri (Carroll et al., 2011). Vohs,

Mead, dan Goode (2008) menemukan bahwa individu materialistis memiliki kepekaan rendah dalam hubungan suami-istri. Sehingga hubungan kurang harmonis. Pasangan suami-istri dengan nilai materialisme tinggi memiliki keharmonisan dan keintiman yang rendah. Data penelitian ini memperlihatkan bahwa individu dengan nilai materialisme rendah mencapai kepuasan perkawinan yang tinggi, dan individu dengan nilai materialisme tinggi memperoleh kepuasan perkawinan rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kasser (2002).

Analisis tambahan menggunakan uji beda tidak menemukan

perbedaan yang signifikan pada nilai materialisme dan kepuasan perkawinan


(54)

(2009) yang menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang

mempengaruhi kepuasan perkawinan. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan

subjek dalam penelitan Cohen dkk (2009) dengan penelitian ini.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kebanyakan individu

suami-istri dengan nilai materialisme tinggi dan kepuasan perkawinan rendah adalah

mereka yang berusia 28-38 tahun dengan usia perkawinan 2-10 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa generasi keluarga muda saat ini memiliki orientasi nilai

materialism yang tinggi. Rata-rata keluarga muda saat ini berfokus mengejar

keinginan memiliki materi yang lebih daripada memenuhi aspek-aspek yang

memperkuat kepuasan perkawinannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Dey,

Astin, dan Korn (dalam Myers, 2008) terhadap hampir seperempat juta

mahasiswa baru tahun 1965-2005 di Amerika Serikat yang menunjukkan

bahwa nilai materialisme meningkat, sementara spiritualitas menurun.

Generasi muda masa kini memandang kesuksesan finansial sebagai hal yang

sangat penting dan esensial, melampaui nilai penting membangun filosofi

hidup, menjadi ahli di bidang yang digeluti, membantu orang lain yang


(55)

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil analisis penelitian dengan menggunakan korelasi Spearman rho

menunjukkan r = -0,646 dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05).

Korelasi tersebut menegaskan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan

antara materialisme dan kepuasan perkawinan pada seorang pasangan

suami-istri. Semakin tinggi materialisme seorang pasangan suami-istri maka semakin

rendah kepuasan perkawinannya. Semakin rendah materialisme seorang

pasangan suami-istri, semakin tinggi kepuasan perkawinannya.

B. SARAN

1. Bagi Individu Suami-Istri

Nilai materialisme yang tinggi memiliki hubungan negatif dengan

kepuasan perkawinan. Individu yang sudah menikah disarankan untuk

tidak terlalu terfokus pada kepemilikan materi yang membuat kepuasan

perkawinan semakin rendah. Kepuasan perkawinan diperoleh dari sejauh

mana pasangan saling memperoleh keintimin satu dengan lainnya.

2. Bagi individu yang akan menikah

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai materialisme tinggi ditemukan pada individu dengan usia perkawinan muda. Pasangan yang


(56)

akan menikah sebaiknya menyadari bahwa memiliki orientasi kepemilikan materi yang lebih berdampak pada kurangnya kepuasan perakawinan mereka.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai materialisme tinggi ditemukan pada individu dengan usia perkawinan muda. Peneliti selanjutnya disarankan menemukan penyebabnya.


(57)

40

DAFTAR PUSTAKA

Ahuvia, Aaron and Nancy Wong (1995), “Materialism: Origins and Implications for Personal Well-Being,” European Advances in Consumer Research,

Vol. 2, ed. Flemming Hansen, Provo, UT: Association for Consumer Research, 172–78

Andhianita, I., & Andayani, B. (2005). Kepuasan Perkawinan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi 32 (2), 101-111.

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Belk, R.W. (1985). Materialism: Trait aspects of living in the material world.

Journal of Consumer Research, 12, 265-280.

Benson, Purnell (1955). Familism and Marital Success. Social Forces 33 (3), 277-280.

Boven, L. V. (2005). Experientalism, Materialism and the Pursuit of Happiness.

Review of General Psychology. Vol. 9. Pp: 132-134.

DOI:10.1037/1089-2650.9.2.132.

Burpee, L. C. & Langer, E. J. (2005). Mindfulness and Marital Satisfaction.

Journal of Adult development 2 (1), 43-51.

Carroll, J. S., Dean, L. R., Call, L. L., & Busby, D. M. (2011). Materialism and Marriage: Couple Profiles of Congruent and Incongruent Spouses. Journal

of Couple & Relationship Therapy, 10(4), 287-308. DOI: 10.1080/15332691.2011.613306.

Chan, K., & Gerrad, P. (2007). Materialism and Social Comparison among Adolescent. Journal Social Behavior Personality and Personality. 213-228.

Cohen, O., Geron, Y., & Farchi, A. (2009). Marital Quality and Global Well-being among Older Adult Israeli Couples in Enduring Marriages. The


(58)

Collins, R. & Coltrane, S. (1991). Sociology of Marriage and The Family:

Gender, Love and Property. Chicago: Nelson-Hall.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dew, Jeffery & Wilcox, W. B. (2011). If Momma Ain’t Happy: Explaining

Declines in Marital Satisfaction Among New Mothers. Journal of

Marriage and Family 73, 1-12.

Dollhite, David C & Lambert, Nathaniel M. (2007). Forsaking All Others: How Religious Involvement Promotes Marital Fidelity in Christian, Jewish, and Muslim Couples Review of Religious Research 48 (3), 290-307.

Fischer, H. K., dan Thomas, N. H. (1998). Dua Tahun Pertama Hidup

Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Fowers. (1998). Marital Satisfaction Early in Marriage: A growth curve approach.

Journal of Marriage and Family, 68-84.

Fowers, Blaine J. & Olson, David H. (1993). ENRICH Marital Satisfaction Scale: A Brief Research and Clinical Tool. Journal of Familiy Psychology 7 (2),

176-185.

Froh, J. J., Emmons, R. A., Card, N. A., Bono, G., and Wilson, J. A. (2011). Gratitude and The Reduce Costs of Materialism in Adolescents. Journal

Happiness Study. Pp: 289-302. DOI:10.1007//S10902-010-9195-9.

Gillford, R. & Bengston, V. (1979). Measuring Marital Satisfaction in Three Generation: Positive and Negative Dimensions. Journal of Marriage and

Family 41 (2), 387-398.

Gorchoff, Sara M., John, Oliver P., Helson, Revena, Contextualizing Change in Marital Satisfaction during Middle Age: An 18-Year Longitudinal Study.

Journal of Psychological Science 19 (11). 1194-1200.

Gottman, J.M, Buehlman, K.T. & Katz, L.F. (1992). How Couple View Their Future, Predicting Divorce from Oral History Interview. Journal Of Family Psychology, 5 (Maret-Juni, 295-318)

Gottman, J,M & Krokoff, L.J. (1989). Marital Interaction and Satisfaction: A Longitudinal View. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 57 (1), 47-52

Hadriani. (2015) Terungkap Wanita Indonesia Materialisme dalam Memilih

Pasangan https://m.tempo.co/read/news/2015/02/25/174645148/terungkap


(59)

Hurlock, E.B., (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, (2008). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kasser, T. (2002). The High Price of Materialism. London: MIT Press.

Kasser, Tim, Richard M. Ryan, Charles E. Couchman, and Kennon M. Sheldon. (2004). “Materialistic values: Their causes and consequences.” In Psychology and Consumer Culture. Eds. Tim Kasser and Allen D. Kanner.

Washington, DC: American Psychology Association

Kinnear, T. C. (2011). Journal of Public Policy and Marketing. American Marketing Association.

Kurdek, L.A. (2005). Gender and marital satisfaction early in marriage: A growth curve approach. Journal of Marriage and Family, 67, 68-84

Lailatushifah, S.N.F. (2003). Kesadaran akan Kesetaraan Gender dan Kepuasan

Perkawinan pada Suami Istri dalam Rumah Tangga Pekerja Ganda.

Jurnal Harmoni Sosial, Agustus, No 2; 52-61.

Larson, J. H., & Holman, T. B. (1994). Premarital Predictors of Marital Quality and Stability. Journal of Family Relation 43 (2), 228-237.

Levenson, R.W. , Cartensen, L.L & Gottman, J.M. (1993). Long-Term Marriage: Age, Gender, and Satisfaction. Journal of Psychology and Aging. ,8 (2), 301-313

Olson, D.H. & Hamilton, L.M. (1983). Families: What Make Them Work. Baverly Hills: Sage Publication.

Panjaitan, D. (2011) Inilah Penyebab Perceraian Tertinggi di Indonesia. Kompas [on-line]. dari http://edukasi.kompasiana.com/2011/09.01/inilah-penyebabperceraian-tertinggi-di-indonesia/ Diakses pada tanggal 30 September 2016

Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2010) Human Development Psikologi

Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2014) Human Development Psikologi


(60)

Rahmah, L. (1997). Kepuasan Pernikahan dalam Kaitannya dengan Management Konflik. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Richins, M. L. (2004). The Material Values Scale: Measurement Prorties and

Development of a Short Form. Journal of Consumer Research. Vol. 31

Richins, M. L. & Dawson, S. (1992). A consumer values orientation for materialism and its measurement: scale development and validation.

Journal of Consumer Research, 19(3), 303-316.

Robinson, L. C. & Blanton, P. W. (1993). Marital Strengths in Enduring

Marriage, Family Relation 42, 38-45.

Rosen-Grandon, Jane R.; Myers, Jane E.; Hattie, John A. (2004). The Relationship between Marital Characteristic, Marital Interaction Processes, and Marital Satisfaction. Journal of Counseling and Development 82 (1), 58-64.

Sadarjoen, S. (2005). Konflik Marital: pemahaman konseptual, actual, dan

alternative solusinya. Bandung: Refika Aditama.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup jilid 2

ed. 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Saxton, L. (1986). The Individual, Marriage and The Family. California: Wadsworth Publishing Company.

Schoen, R., Astone, N. M., Rothert, K., Standish, N. J., & Kim, Y. J. (2002). Women employment, marital happiness and divorce. Social Forces, 81(2), 643662

Seneca, P. J. (2006). A Validation Study of the Ger and Belk (1996) Materialism

Scale and Richins (2004) Shortened Material Values Scale. Carbondale:

Southern Illinois University.

Snyder, D.K. (1979). Multidimensional assessment of marital satisfaction.

Journal of Marriage and Family: 41 (4), 813-823.

Stone, E.A., & Shackelford, T. K. (2007). Marital Satisfaction. Encyclopedia of


(61)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

Suri, N. (2014) Ini Alasan Perceraian Tertinggi di Indonesia. Dari

http://health.liputan6.com/ read/2456092/ini-alasan-perceraian-tertinggi-di-indonesia. Diakses pada tanggal 28 September 2016.

Trokan, John (1998). Stage of the MArirtal and Family Life Cycle: Marital Miracles. Pastoral Psychology 46 (4), 281-295.

Vohs, K., Mead, N., & Goode, M. (2008). Merely activating the concept of money changes personal and interpersonal behavior. Current Directions in

Psychological Science, 17, 208-212.

Wismanto, Y. B. (2004). Kepuasan Perkawinan: Ditinjau dari Komitmen Perkawinan, Kesediaan Berkurban, Penyesuain Diadik, Kesetaraan Pertukaran dan Presepsi terhadap Perilaku Pasangan. Disertasi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

Wood, W., Rhodes, N., & Whelan, M. (1989). Sex differences in positive well-being: A consideration of emotional style and marital status. Psychological


(62)

LAMPIRAN

1


(63)

SKALA

TRY OUT

Alexander Widyawan SN 119114110

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(64)

Perkenalkan saya:

Nama : Alexander Widyawan SN Fakultas : Psikologi

NIM : 119114110

Saya adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saat ini saya sedang melakukan penelitian pada pasangan suami-istri. Saya memohon kesedian Bapak/Ibu untuk membantu saya dengan menjawab beberapa pernyataan, yang nantinya akan saya gunakan sebagai sumber data bagi penelitian saya.

Sebelum menjawab pertanyaan, Bapak/ibu diminta untuk mengisi beberapa data diri yang terkait dengan kepentingan penelitian. Selanjutnya, anda diharapkan menjawab secara reflektif

sesuai dengan apa yang anda alami, rasakan, maupun pikirkan. anda tidak perlu ragu-ragu dalam menjawabnya karena tidak ada jawaban yang benar atau salah. Selain itu, jawaban anda akan dirahasiakan sehingga saya maupun orang lain tidak akan mengetahui indetitas asli anda. Saya sangat menghargai dan berterimakasih apabila anda bersedia untuk menjawab pernyataan berikut dengan sejujur-jujurnya.

Apabila anda bersedia untuk menjawab pertanyaan ini, silahkan memberikan paraf pada kolom pernyataan selanjutnya.

Hormat Saya,


(65)

penelitian ini tanpa pakasaan dari pihak manapun. Untuk menjaga kerahasiaan identitas asli saya, saya tidak mencantumkan nama. Seluruh jawaban yang saya berikan sungguh-sungguh sesuai dengan apa yang saya alami, rasakan, dan pikirkan.

………., November 2016


(66)

Inisial : Jenis Kelamin* : P/L

Umur : ……….. Tahun

Usia Perkawinan* : ≤ 5 thn / 6-10 thn / 11-20 thn / ≥ 20 thn Jumlah Anak :

Jumlah Pendapatan : Rp ……… /bln


(67)

Di bawah ini terdapat berbagai macam perilaku. Perilaku ini adalah perilaku yang biasanya dilakukan atau dialami dengan pasangan dalam kehidupan berumah tangga. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dimohon Anda mengisi sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenar-benarnya. Jangan merasa ragu-ragu dalam menjawabnya karena semua jawaban yang anda jawab adalah BENAR dan tidak ada jawaban yang SALAH.

Pilihan jawaban adalah:

1. SS : Bila pernyataan “Sangat Sesuai” dengan Anda.

2. S : Bila pernyataan “Sesuai” dengan Anda.

3. TS : Bila pernyataan “Tidak Sesuai” dengan Anda.

4. STS : Bila pernyataan “Sangat Tidak Sesuai” dengan Anda.

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (X) pada kolom jawaban yang menurut anda paling sesuai.

Contoh menjawab pernyataan:

No Pernyataan STS TS S SS

1 Kami suka menyempatkan diri untuk bersama

disela-sela kesibukan kami. X

Jika Anda merasa kurang yakin dengan jawaban anda dan ingin merubahnya silahkan beri tanda ( ) pada tanda (X) jawaban anda sebelumnya, kemudian beri tanda (X) kembali pada jawaban yang anda inginkan

Contoh mengubah jawaban:

No Pernyataan STS TS S SS

1 Kami suka menyempatkan diri untuk bersama

disela-sela kesibukan kami. X X


(68)

No Pernyataan STS TS S SS 1. Kami saling mendengarkan pendapat dan keluh

kesah masing-masing.

2. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing hingga lupa menyempatkan untuk bersama.

3. Kami saling percaya dapat hidup bersama-sama hingga maut menjemput.

4. Ada beberapa kebutuhan sehari-hari kami yang terkendala untuk dicukupi

5. Aku merasa puas saat berhubungan seksual dengan pasanganku.

6. Pekerjaan rumah tangga kami terbengkalai karena tidak ada pembagaian tugas diantara kami.

7. Kami bersama-sama mencari jalan keluar atas masalah keluarga kami dengan baik.

8. Pasanganku tidak mau mendengarkan pendapat dan keluh kesahku

9. Kami suka menyempatkan diri untuk bersama disela-sela kesibukan kami.

10. Ketika terjadi pertengkaran diantara kami, ada keinginan kami untuk berpisah.

11. Semua kebutuhan sehari-hari kami tercukupi dengan baik.

12. Aku tidak mendapatkan kepuasan seksual dari pasanganku seperti yang aku harapkan

13. Kami membagi tugas dalam mengurus pekerjaan rumah tangga secara merata.

14. Perselisihan kecil diantara kami umumnya berubah menjadi perdebatan yang kontroversial.

15. Kami saling menceritakan semua hal atau hampir semua hal.

16. Pasanganku tidak mengkhawatirkan keberadaanku ketika aku tidak bersama dengannya.

17. Kami percaya dapat menjaga janji dan sumpah perkawinan yang telah kami ucapkan bersama.

18. Hutang-hutang yang kami miliki terasa menganggu dan membuat cemas.

19. Hubungan seksual yang kami lakukan penuh dengan kasih, kerelaan, dan optimal.


(69)

pekerjaan rumah tangga.

21. Saat terjadi konflik diantara kami, kami menyelesaikannya saat itu juga.

22. Ada banyak hal diantara kami yang saling tidak kami ketahui.

23. Pasanganku suka menanyakan kabarku ketika aku tidak bersama dengannya.

24. Pasanganku banyak melakukan hal yang mengingkari janji dan sumpah perkawinan kami.

25. Kami memiliki alokasi dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.

26. Aku merasa terpaksa melayani pasanganku untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.

27. Kami saling bekerjasama dalam mengurus pekerjaan rumah tangga kami.

28. Pertengkaran diantara kami umumnya dipicu oleh konflik masa lalu yang belum terselesaikan

29. Semua hal atau hampir semua hal aku katakan dengan apa adanya terhadap pasanganku.

30. Aku merasa kami seperti dua orang yang asing di rumah.

31. Pasanganku menerima segala kelebihan dan kekurangan yang aku miliki.

32. Pertengkaran diantara kami umumnya perihal penggunaan uang.

33. Kami berbicara secara terbuka mengenai permasalahan seksual yang kami alami.

34. Kami terlalu sibuk dengan urusan kami masing-masing sehingga jarang memperhatikan anak kami

35. Hal-hal yang kami lakukan umumnya berdasarkan kesepakatan bersama.

36. Pasanganku sering mengada-ada saat bercerita kepadaku.

37. Pasanganku mengerti dan memahami apa yang aku inginkan.

38. Pasanganku merasa kurang nyaman dengan kekurangan yang aku miliki.

39. Kami dapat memilah prioritas yang utama dalam menggunakan uang.


(70)

seksual dengan pasanganku.

41. Kami membagi peran masing-masing dalam mendidik anak.

42. Dalam hal berumah tangga umumnya pasanganku mengambil keputusan sendiri tanpa berdiskusi denganku.

43. Kami saling menceritakan rahasia pribadi masing-masing.

44. Pertengkaran diantara kami umumnya berakhir dengan membuat salah satu diantara kami tersinggung atau menangis.

45. Walaupun aku banyak melakukan kesalahan, pasanganku tetap mencintainya dengan tulus.

46. Keuangan keluarga kami, diatur oleh masing-masing pribadi.

47. Kami selalu mencari cara baru untuk meningkatkan gairah seksual kami.

48. Aku merasa pasanganku terlalu memanjakan anak kami.

49. Ketika kami tidak setuju pada suatu hal dengan pasanganku, kami membahasnya secara bersama-sama.

50. Ada banyak rahasia pribadi yang aku simpan dari pasanganku supaya tidak menyakiti perasaannya.

51. Pasanganku mengerti dan memahami yang harus dilakukan ketika aku marah.

52. Pasanganku marah ketika aku mengulang kembali kesalahanku.

53. Kami saling bekerjasama dengan baik untuk mengatur keuangan keluarga

54. Aku merasa hubungan seksual yang kami lakukan hanya sekedar rutinitas saja.

55. Kami bersepakat untuk memberi perhatian pada anak kami sesuai dengan porsinya

56. Ketika kami tidak setuju pada suatu hal, pasanganku menentukan pilihannya sendiri.


(71)

Di bawah ini terdapat berbagai macam perilaku. Perilaku ini adalah perilaku yang berkaitan dengan nilai materialisme. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dimohon Anda mengisi sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenar-benarnya. Jangan merasa ragu-ragu dalam menjawabnya karena semua jawaban yang anda jawab adalah BENAR dan tidak ada jawaban yang SALAH.

Pilihan jawaban pada skala ke-II ini berupa range angka dari 1 – 7. Jika jawaban anda mendekati angka 7, maka jawaban anda semakin mendekati pilihan “Sangat Setuju” (SS). Begitu pula sebaliknya. Jika jawaban anda mendekati angka 1, maka jawaban anda semakin

mendekati pilihan “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (X) pada kolom jawaban yang menurut anda paling sesuai.

Contoh menjawab pernyataan:

No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengagumi orang yang memiliki rumah, mobil, dan baju yang mahal

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

Jika Anda merasa kurang yakin dengan jawaban anda dan ingin merubahnya silahkan beri tanda ( ) pada tanda (X) jawaban anda sebelumnya, kemudian beri tanda (X) kembali pada jawaban yang anda inginkan

Contoh mengubah jawaban:

No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengagumi orang yang memiliki rumah, mobil, dan baju yang mahal

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

S E L A M A T M E N G E R J A K A N

X

X


(72)

rumah, mobil, dan baju yang mahal 2. Salah satu pencapaian terpenting dalam

hidup saya adalah memiliki harta benda. STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 3. Saya tidak menganggap banyaknya harta

benda yang dimiliki seseorang sebagai ukuran kesuksesannya.

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

4. Harta benda yang saya miliki

menunjukkan seberapa sukses hidup saya STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 5. Saya suka memiliki barang-barang yang

membuat orang lain kagum STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 6. Saya tidak banyak memperhatikan barang

atau harta yang orang lain miliki STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 7. Biasanya saya hanya membeli

barang-barang yang saya butuhkan STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 8. Saya berusaha menjalani hidup yang

sederhana dengan menggunakan harta yang saya miliki.

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

9. Tidak semua harta benda yang saya miliki

penting untuk saya. STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 10. Saya menikmati menghabiskan uang

untuk barang-barang yang tidak berguna. STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 11. Membeli barang-barang memberi

kenikmatan tersendiri bagi saya STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 12. Sepanjang hidup saya, saya senang

dengan kemewahan STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 13. Dibandingkan dengan kebanyakan orang,

bagi saya hal-hal yang material atau kebendaan kurang penting

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

14. Saya memiliki semua hal yang saya

perlukan untuk menikmati hidup STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 15. Hidupku akan lebih baik jika saya

mempunyai barang-barang yang belum saya miliki

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

16. Memiliki barang-barang yang lebih bagus, tidak akan membuat saya lebih bahagia

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

17. Saya akan lebih bahagia jika saya mampu

membeli lebih banyak barang-barang STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 18. Terkadang saya agak merasa jengkel

ketika saya tidak bisa membeli semua barang yang saya inginkan

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS


(73)

LAMPIRAN

2


(74)

SKALA PENELITIAN

Alexander Widyawan SN 119114110

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(75)

Perkenalkan saya:

Nama : Alexander Widyawan SN Fakultas : Psikologi

NIM : 119114110

Saya adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saat ini saya sedang melakukan penelitian pada pasangan suami-istri. Saya memohon kesedian Bapak/Ibu untuk membantu saya dengan menjawab beberapa pernyataan, yang nantinya akan saya gunakan sebagai sumber data bagi penelitian saya.

Sebelum menjawab pertanyaan, Bapak/ibu diminta untuk mengisi beberapa data diri yang terkait dengan kepentingan penelitian. Selanjutnya, anda diharapkan menjawab secara reflektif

sesuai dengan apa yang anda alami, rasakan, maupun pikirkan. anda tidak perlu ragu-ragu dalam menjawabnya karena tidak ada jawaban yang benar atau salah. Selain itu, jawaban anda akan dirahasiakan sehingga saya maupun orang lain tidak akan mengetahui indetitas asli anda. Saya sangat menghargai dan berterimakasih apabila anda bersedia untuk menjawab pernyataan berikut dengan sejujur-jujurnya.

Apabila anda bersedia untuk menjawab pertanyaan ini, silahkan memberikan paraf pada kolom pernyataan selanjutnya.

Hormat Saya,


(76)

penelitian ini tanpa pakasaan dari pihak manapun. Untuk menjaga kerahasiaan identitas asli saya, saya tidak mencantumkan nama. Seluruh jawaban yang saya berikan sungguh-sungguh sesuai dengan apa yang saya alami, rasakan, dan pikirkan.

………., November 2016


(77)

Inisial : Jenis Kelamin* : P/L

Umur : ……….. Tahun

Usia Perkawinan* : ≤ 5 thn / 6-10 thn / 11-20 thn / ≥ 20 thn Jumlah Anak :

Jumlah Pendapatan : Rp ……… /bln


(1)

BAGIAN II

PETUNJUK PENGISIAN

Di bawah ini terdapat berbagai macam perilaku. Perilaku ini adalah perilaku yang berkaitan dengan nilai materialisme. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya. Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dimohon Anda mengisi sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenar-benarnya. Jangan merasa ragu-ragu dalam menjawabnya karena semua jawaban yang anda jawab adalah BENAR dan tidak ada jawaban yang SALAH.

Pilihan jawaban pada skala ke-II ini berupa range angka dari 1 – 7. Jika jawaban anda mendekati angka 7, maka jawaban anda semakin mendekati pilihan “Sangat Setuju” (SS). Begitu pula sebaliknya. Jika jawaban anda mendekati angka 1, maka jawaban anda semakin

mendekati pilihan “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kemudian pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (X) pada kolom jawaban yang menurut anda paling sesuai.

Contoh menjawab pernyataan:

No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengagumi orang yang memiliki rumah, mobil, dan baju yang mahal

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

Jika Anda merasa kurang yakin dengan jawaban anda dan ingin merubahnya silahkan beri tanda ( ) pada tanda (X) jawaban anda sebelumnya, kemudian beri tanda (X) kembali pada jawaban yang anda inginkan

Contoh mengubah jawaban:

No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengagumi orang yang memiliki rumah, mobil, dan baju yang mahal

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

S E L A M A T M E N G E R J A K A N

X

X


(2)

SKALA BAGIAN II

No Pernyataan Jawaban

1. Saya mengagumi orang yang memiliki

rumah, mobil, dan baju yang mahal STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 2. Salah satu pencapaian terpenting dalam

hidup saya adalah memiliki harta benda. STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 3. Saya tidak menganggap banyaknya harta

benda yang dimiliki seseorang sebagai ukuran kesuksesannya.

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

4. Harta benda yang saya miliki

menunjukkan seberapa sukses hidup saya STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 5. Saya suka memiliki barang-barang yang

membuat orang lain kagum STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 6. Saya tidak banyak memperhatikan barang

atau harta yang orang lain miliki STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 7. Biasanya saya hanya membeli

barang-barang yang saya butuhkan STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 8. Saya berusaha menjalani hidup yang

sederhana dengan menggunakan harta yang saya miliki.

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

9. Tidak semua harta benda yang saya miliki

penting untuk saya. STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 10. Saya menikmati menghabiskan uang

untuk barang-barang yang tidak berguna. STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 11. Membeli barang-barang memberi

kenikmatan tersendiri bagi saya STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 12. Sepanjang hidup saya, saya senang

dengan kemewahan STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 13. Dibandingkan dengan kebanyakan orang,

bagi saya hal-hal yang material atau kebendaan kurang penting

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

14. Saya memiliki semua hal yang saya

perlukan untuk menikmati hidup STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 15. Hidupku akan lebih baik jika saya

mempunyai barang-barang yang belum saya miliki

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

16. Memiliki barang-barang yang lebih bagus, tidak akan membuat saya lebih bahagia

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS

17. Saya akan lebih bahagia jika saya mampu

membeli lebih banyak barang-barang STS 1 2 3 4 5 6 7 SS 18. Terkadang saya agak merasa jengkel

ketika saya tidak bisa membeli semua barang yang saya inginkan

STS 1 2 3 4 5 6 7 SS


(3)

LAMPIRAN

3


(4)

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Materialisme

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.389 32 137 .000

Analisis Tambahan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

MTR 186 53.85 19.934 24 118

usia_perkawinan 186 2.62 1.095 1 4

Kruskal-Wallis Test

Ranks

usia_per

kawinan N Mean Rank

MTR 1 35 167.50

2 54 125.43

3 43 75.74

4 54 27.75

Total 186

Test Statisticsa,b

MTR

Chi-Square 170.492

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: usia_perkawinan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

KP 186 170.16 23.415 100 206

usia_perkawinan 186 2.62 1.095 1 4

Kruskal-Wallis Test


(5)

usia_per

kawinan N Mean Rank

KP 1 35 28.66

2 54 90.92

3 43 103.50

4 54 130.15

Total 186

Test Statisticsa,b

KP

Chi-Square 77.554

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: usia_perkawinan

Uji Beda berdasarkan jenis kelamin

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

KP 186 170.16 23.415 100 206

JK 186 1.50 .501 1 2

Mann-Whitney Test

Ranks

JK N Mean Rank Sum of Ranks

KP 1 93 100.54 9350.00

2 93 86.46 8041.00

Total 186

Test Statisticsa

KP

Mann-Whitney U 3.670E3

Wilcoxon W 8.041E3

Z -1.785

Asymp. Sig. (2-tailed) .074


(6)

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

MTR 186 53.85 19.934 24 118

JK 186 1.50 .501 1 2

Mann-Whitney Test

Ranks

JK N Mean Rank Sum of Ranks

MTR 1 93 86.45 8039.50

2 93 100.55 9351.50

Total 186

Test Statisticsa

MTR

Mann-Whitney U 3.668E3

Wilcoxon W 8.040E3

Z -1.788

Asymp. Sig. (2-tailed) .074