Berdasarkan Riskesdas 2010, didapati bahwa persentase perilaku ibu di Indonesia yang membuang kolostrum baik sebagian maupun seluruhnya adalah sebesar 25,3. Untuk
wilayah Sumatera Utara didapati angka yang lebih tinggi yaitu sebesar 28,2. Jumlah ibu yang membuang kolostrum berdasarkan data tersebut cukup tinggi, padahal
manfaat yang sangat banyak yang terdapat dalam kolostrum. Ditambah lagi promosi gencar yang dilakukan lembaga kesehatan mengenai pentingnya ASI menjadi alasan saya untuk
meneliti tingkatan pengetahuan dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Kabupaten Samosir Kecamatan Mogang menjadi pilihan saya mengambil sampel adalah karena menurut
data dinas kesehatan setempat, pemberian ASI eksklusif di kecamatan tersebut hanya 25 Dinkes, 2010.
1.2 . Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut ” Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian kolostrum pada bayi baru
lahir di Kecamatan Palipi, Samosir?”
1.3 . Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian sebagai berikut :
1.3.Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum penelitian adalah mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam kolostrum pada bayi baru lahir di Kecamatan Palipi, Samosir.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka disusun manfaat penelitian sebagai berikut : 1.
Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir untuk meningkatkan promosi kesehatan mengenai pentingnya
kolostrum ibu 2.
Hasil penelitian ini sebagai masukan kepada puskesmas dan petugas kesehatan yang ada di Kecamatan Palipi Samosir untuk mengadakan konseling kepada ibu
Universitas Sumatera Utara
hamil, pasangan usia subur dan semua wanita untuk memberikan kolostrum pada bayi mereka
3. Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada kaum ibu tentang pentingnya
kolostrum pada bayi mereka 4.
Hasil penelitian ini menambah wawasan saya mengenai pentingnya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ASI
ASI atau Air Susu Ibu merupakan minuman ideal yang sangat diperlukan seorang bayi pada tahun pertama kehidupannya. ASI merupakan makanan dasar pada bayi dalam 6 bulan
pertama, oleh sebab itu ASI sangat dianjurkan diberi sesegera mungkin pada bayi ketika ia dilahirkan ke dunia Soetjiningsih,1997.
Air Susu Ibu bukan sekedar makanan bagi bayi, tapi lebih dari itu ASI merupakan cairan yang berisi sel-sel yang hidup seperti darah. Hal itu karena selain mengandung nutrisi
yang tinggi, ASI ternyata mengandung sel darah putih dan antibodi. Karena adanya bahan ini di dalam ASI memberikan pertahanan yang luar biasa pada awal kehidupan bayi Roesli,
2005 dalam Gultom, 2009.
2.2 Pembentukan air susu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks let down Lawrence
RA, 1995 dalam Kari, 1997.
a. Refleks prolaktin
Menjelang akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone sangat berkurang,
ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis dan mesensefalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin Despopoulos, 2003. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada
Universitas Sumatera Utara
isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu
yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, obat-obatan
tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin, fenotiazid. Sedangkan keadaan- keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang jelek, obat-obatan
seperti ergot, l-dopa Vander, 2001. .
b. Refleks let down milk ejection reflex