Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kolostrum Di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2011

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP

KOLOSTRUM DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

TAHUN 2011

Oleh :

FEBRINE MARIA GLORIETTY SINAGA

080100264

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP

KOLOSTRUM DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

FEBRINE MARIA GLORIETTY SINAGA

080100264

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah

melahirkan. Air susu ini sangat kaya protein dan antibodi, serta sangat kental. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri. Akan tetapi, jumlah ibu yang membuang kolostrum berdasarkan data selama ini cukup tinggi, padahal terdapat manfaat yang sangat banyak dalam kolostrum.

Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam

pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Kecamatan Palipi, Samosir.

Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah non-randomized sampling (pengambilan sampel tidak acak) berupa quota sampling. Sampel yang diikutkan dalam penelitian ini yaitu setiap ibu yang berkunjung ke Puskesmas dan memiliki anak berusia 0-12 bulan.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan 100 responden dengan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 99 orang (99%), sedang sebanyak 1 orang (1%), dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya kurang.

Kesimpulan: Mayoritas ibu-ibu di Kecamatan Palipi berpengetahuan baik terhadap

kolostrum dan diperlukan penyuluhan secara berkala untuk mempertahankan pengetahuan tersebut.


(4)

ABSTRACT

Background: Colostrum is produced for the first few days after the birth. This breastmilk contains high protein and antibody, and viscous. colostrum protects the baby’s gut from the bacteria. However, mothers reject to give their babies the colostrum based on the data shows pretty high, but there are a lot of benefits in colostrum.

Aim: The purpose of this study was to determine the level of knowledge of mothers in giving colostrum to the newborn at the sub-district Palipi, Samosir.

Methods: This research was conducted with descriptive research method. Sampling technique used non-randomized sampling such as quota sampling. Sample that were included in this research was every mother who visited the clinic and have children aged 0-12 months

Results: The results showed from 100 respondents. 99 people (99%) had good knowledge level, while only 1 person (1%) with average knowledge.

Conclusion: Most of mothers in the sub-district Palipi had good knowledge of colostrum and periodic counseling must had been conducted to maintain the knowledge.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP KOLOSTRUM DI

KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2011”. Penulisan skripsi ini

ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persayaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan hasil penelitian ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidak-sempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat memberi manfaat di kemudian hari.

Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam merampungkan karya tulis ini, maka semua itu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Muhammad Ali, Sp.A(K), selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak

arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) selaku dosen penguji I dan dr. Iman

Helmi Effendi, Sp.OG selaku dosen penguji II pada seminar hasil yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan serta saran kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

5. Rasa hormat, kasih sayang dan terima kasih yang tiada terhingga penulis


(6)

ibunda Megawaty Simbolon, Bsc. atas doa, perhatian dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis.

6. Adikku tersayang William Sinaga, Kak Hetty Sumita Sinaga, Alexander Sinaga,

terima kasih untuk segala semangat dan doa nya selama ini.

7. Muhammad Ikhsan, Muhammad Rizal Munaf, Cut Meirisha Putri, Karmila Sari,

Muara Limbong, Ance Sitohang, Alfred Sinaga, Hijriah, Novi, Veronika, Dhika atas segala dukungan dan dorongan moril kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Ketua IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Kabupaten Samosir Ibu Catharina yang telah

membantu dalam mengarahkan dan menghimpun responden.

9. Ibu Camat Palipi Ibu M. Situmorang yang ikut turut serta dalam mengkoordinasi para

responden.

10.Kepala Puskesmas Palipi-Mogang Bapak dr. Erwin Hakim Lubis, M.Kes beserta Ibu

Sorta dan kawan-kawan atas dukungan dan kerja sama sehingga penulis dapat mengumpulkan data tepat pada waktunya.

11.Seluruh ibu-ibu di Kecamatan Palipi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

menjawab kuesioner pada penelitian ini.

12.Kepada BUMN Peduli Pendidikan atas bantuan kepada penulis sehingga karya tulis

ilmiah ini dapat terselesaikan.

13.Kepada seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang menbangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 9 Desember 2011 Penulis,

Febrine M. G. S NIM 080100264


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.………... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT ………... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Pengertian ASI ... 4

2.2. Pembentukan Air Susu ... 4

2.3. Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi ... 5

2.3.1. Kolostrum... ... 5

2.3.2. Air Susu Masa Peralihan ... 6

2.3.3. Air Susu Matur ... 6

2.4. Komposisi ASI ... 6

2.4.1. Protein ... 6

2.4.2. Karbohidrat ... 7

2.4.3. Lemak ... 8

2.4.4. Mineral ... 8

2.4.5. Air ... 9

2.4.6. Vitamin ... 9

2.4.7. Kalori ... 9

2.4.8. Unsur-Unsur Lain dalam ASI ... 9

2.5. Pengertian Kolostrum ... 9

2.6. Komposisi Kolostrum ... 10

2.6.1. Protein ... 10

2.6.2. Karbohidrat ... 10

2.6.3. Lemak ... 10

2.6.4. Mineral dan Vitamin... 11

2.6.5. Zat Antibodi ... 11

2.7. Keuntungan Pemberian ASI ... 11

2.8. Konsep Perilaku ... 12

2.8.1. Domain Perilaku Kesehatan: Pengetahuan (Knowledge) . 14 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 16


(8)

3.2. Definisi Operasional... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 21

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kolostrum... 23

5.2. Pembahasan ... 25

5.2.1. Karakteristik Responden ... 25

5.2.2. Pengetahuan... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan... 28

6.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 5.1 5.2

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Karakteristik demografik responden

Distribusi jawaban responden

21 22 24


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

PENELITIAN

LAMPIRAN 3 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(Informed Consent)

LAMPIRAN 4 KUESIONER

LAMPIRAN 5 SURAT IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 6 ETHICAL CLEARANCE


(12)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah

melahirkan. Air susu ini sangat kaya protein dan antibodi, serta sangat kental. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri. Akan tetapi, jumlah ibu yang membuang kolostrum berdasarkan data selama ini cukup tinggi, padahal terdapat manfaat yang sangat banyak dalam kolostrum.

Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam

pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Kecamatan Palipi, Samosir.

Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah non-randomized sampling (pengambilan sampel tidak acak) berupa quota sampling. Sampel yang diikutkan dalam penelitian ini yaitu setiap ibu yang berkunjung ke Puskesmas dan memiliki anak berusia 0-12 bulan.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan 100 responden dengan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 99 orang (99%), sedang sebanyak 1 orang (1%), dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya kurang.

Kesimpulan: Mayoritas ibu-ibu di Kecamatan Palipi berpengetahuan baik terhadap

kolostrum dan diperlukan penyuluhan secara berkala untuk mempertahankan pengetahuan tersebut.


(13)

ABSTRACT

Background: Colostrum is produced for the first few days after the birth. This breastmilk contains high protein and antibody, and viscous. colostrum protects the baby’s gut from the bacteria. However, mothers reject to give their babies the colostrum based on the data shows pretty high, but there are a lot of benefits in colostrum.

Aim: The purpose of this study was to determine the level of knowledge of mothers in giving colostrum to the newborn at the sub-district Palipi, Samosir.

Methods: This research was conducted with descriptive research method. Sampling technique used non-randomized sampling such as quota sampling. Sample that were included in this research was every mother who visited the clinic and have children aged 0-12 months

Results: The results showed from 100 respondents. 99 people (99%) had good knowledge level, while only 1 person (1%) with average knowledge.

Conclusion: Most of mothers in the sub-district Palipi had good knowledge of colostrum and periodic counseling must had been conducted to maintain the knowledge.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia bulan-bulan pertama. Oleh karena hal tersebut, maka sangat penting bagi ibu yang baru melahirkan memberikan Air Susu Ibu (ASI) pertama kepada bayi sesaat setelah melahirkan (Roesli, 2005). Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama. Air susu ini sangat kaya protein dan antibody, serta sangat kental. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh saja. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri. Produksinya berkurang perlahan saat air susu keluar pada hari ke-3 sampai ke-5. (Chumbley, 2003)

ASI, terutama kolostrum mengandung Immunoglobulin (Ig), yaitu; IgA, IgE, IgM, dan IgG. Immunoglobulin yang utama terdapat didalam ASI adalah IgA, yang berperan sebagai antiseptic intestinal paint yang melindungi permukaan usus bayi terhadap invasi atau masuknya mikroorganisme pathogen (penyebab penyakit) dan protein asing. (Arif, 2009 dalam Pitri, 2010).

Tetapi keseriusan pemerintah tersebut tidak sebanding dengan kenyataan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan penurunan penggunaan kolostrum (ASI stadium 1) di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia pada tahun 1997 bayi yang mendapatkan kolostrum hanya 8% sedangkan pada tahun 2002 terjadi penurunan menjadi 3,7% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Sedangkan pemberian ASI pada satu jam pertama di tahun 2007 sebesar 44% (SDKI, 2007). Hal ini sungguh sangat jauh dari harapan yang ingin dicapai dan menjadi pertanyaan serius terhadap program pemerintah yang telah membuat program penyuksesan pemberian ASI. Di Sumatera Utara sendiri, penggunaan ASI eksklusif masih kurang. Dari penelitian yang dilakukan Dinas Kesehatan, diperoleh hasil 69,2% yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan penelitian di kabupaten Samosir tahun 2009, pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 32% (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2010).


(15)

Berdasarkan Riskesdas (2010), didapati bahwa persentase perilaku ibu di Indonesia yang membuang kolostrum baik sebagian maupun seluruhnya adalah sebesar 25,3%. Untuk wilayah Sumatera Utara didapati angka yang lebih tinggi yaitu sebesar 28,2%.

Jumlah ibu yang membuang kolostrum berdasarkan data tersebut cukup tinggi, padahal manfaat yang sangat banyak yang terdapat dalam kolostrum. Ditambah lagi promosi gencar yang dilakukan lembaga kesehatan mengenai pentingnya ASI menjadi alasan saya untuk meneliti tingkatan pengetahuan dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Kabupaten Samosir Kecamatan Mogang menjadi pilihan saya mengambil sampel adalah karena menurut data dinas kesehatan setempat, pemberian ASI eksklusif di kecamatan tersebut hanya 25% (Dinkes, 2010).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut ” Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Kecamatan Palipi, Samosir?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian sebagai berikut :

1.3.Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan umum penelitian adalah mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam kolostrum pada bayi baru lahir di Kecamatan Palipi, Samosir.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka disusun manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Samosir untuk meningkatkan promosi kesehatan mengenai pentingnya kolostrum ibu

2. Hasil penelitian ini sebagai masukan kepada puskesmas dan petugas kesehatan


(16)

hamil, pasangan usia subur dan semua wanita untuk memberikan kolostrum pada bayi mereka

3. Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada kaum ibu tentang pentingnya

kolostrum pada bayi mereka

4. Hasil penelitian ini menambah wawasan saya mengenai pentingnya pemberian


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ASI

ASI atau Air Susu Ibu merupakan minuman ideal yang sangat diperlukan seorang bayi pada tahun pertama kehidupannya. ASI merupakan makanan dasar pada bayi dalam 6 bulan pertama, oleh sebab itu ASI sangat dianjurkan diberi sesegera mungkin pada bayi ketika ia dilahirkan ke dunia (Soetjiningsih,1997).

Air Susu Ibu bukan sekedar makanan bagi bayi, tapi lebih dari itu ASI merupakan cairan yang berisi sel-sel yang hidup seperti darah. Hal itu karena selain mengandung nutrisi yang tinggi, ASI ternyata mengandung sel darah putih dan antibodi. Karena adanya bahan ini di dalam ASI memberikan pertahanan yang luar biasa pada awal kehidupan bayi (Roesli, 2005 dalam Gultom, 2009).

2.2 Pembentukan air susu

Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks let down (Lawrence RA, 1995 dalam Kari, 1997).

a. Refleks prolaktin

Menjelang akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis dan mesensefalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin (Despopoulos, 2003).

Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada


(18)

isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin, fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi ibu yang jelek, obat-obatan seperti ergot, l-dopa (Vander, 2001).

.

b. Refleks let down (milk ejection reflex)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stress seperti keadaan bingung, pikiran kacau, takut, cemas (Kari, 1997)

2.3 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi

Menurut Kari, dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

2.3.1 Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung

tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar

payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat.

2.3.2 Air Susu Masa Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.


(19)

Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi disertai volume yang makin meningkat.

2.3.3 Air Susu Matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5). Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk byi sampai umur 6 bulan. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat di dalamnya.

2.4 Komposisi ASI

ASI mengandung berbagai komposisi sebagai berikut:

2.4.1 Protein

ASI mengandung protein lebih rendah dari Air Susu Sapi (ASS), tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna).

Keistimewaan dari protein pada ASI ini adalah: Rasio protein ‘whey’ : kasein = 60:40, dibandingkan dengan ASS yang rasionya 20:80. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan dari protein ‘whey’ lebih halus daripada kasein sehingga protein ‘whey’ lebih mudah dicerna. ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan ASS mengandung juga beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. ASI juga mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi, yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Kadar methionin dalam ASI lebih rendah dari ASS, sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini sangat menguntungkan karena enzim sistationase yaitu enzim yang akan mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tidak ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi terutama prematur karena pada bayi prematur kadar tirosine yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak.

2.4.2 Karbohidrat

ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5-7 g%). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat.


(20)

Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Dengan suasana asam di usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan:

a. Penghambat pertumbuhan bakteri yang patologis

b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan

mensintesis vitamin

c. Memudahkan terjadinya pengedapan Ca-caseinat

d. Memudahkan absorpsi dari mineral contohnya kalsium, fosfor dan magnesium.

Laktosa ini juga relatif tidak larut sehingga sewaktu proses digesti di dalam usus bayi lebih lama tapi tak dapat diabsorbsi dengan baik oleh usus bayi. Selain laktosa yang merupakan 7% dari total ASI juga terdapat galaktosa, glukosa dan glukosamin. Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis, oleh karena pembentukan myelin di medulla spinalis dan sintesis galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin merupakan bifidus factor, disamping laktosa, jadi ini memacu pertumbuhan Laktobasilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

2.4.3 Lemak

Kadar lemak dalam ASI dan ASS relatif sama, merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan K) dan sumber asam lemak yang esensial. Keistimewaan lemak dalam ASI jika dibandingkan dengan ASS adalah bentuk emulsi lebih sempurna yang disebabkan karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8x dalam ASS. Yang terpenting disini adalah:

a) Rasio asam linoleik : oleic yang cukup akan memicu absorpsi lemak dan kalsium, dan

adanya garam kalsium dari asam lemak ini akan memacu perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia.

b) Asam lemak rantai panjang (arachidonic dan docadexaenoic) yang berperan dalam

perkembangan otak.

c) Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga

berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme kolestrol yang akan mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari (mencegah arteriosklerosis di usia muda)


(21)

d) Asam palmitat terdapat dalam bentuk yang berlainan dengan asam palmitat dari ASS yang kemudian bereaksi dengan kalsium menjadi garam Ca-palmitat yang akan mengendap dalam usus dan terbuang bersama feses.

2.4.4 Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung dari diet dan stadium laktasi. Fe dan Ca paling stabil, tapi tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat didalam ASI terutama adalah kalsium, kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalium sedangkan kadar Cu, Fe dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup.

2.4.5 Air

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus pada bayi.

2.4.6 Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap yaitu A, D dan C cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik adalah kurang.

2.4.7 Kalori

Kalori ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/ 100ml ASI. Sembilan puluh persen berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein.

2.4.8 Unsur-unsur lain dalam ASI

Laktokrom, keratin, kreatinin, urea, xanthin, ammonia dan asam sitrat. Substansi tertentu di dalam plasma darah ibu dapat juga berada dalam ASI, misalnya minyak volatile dari makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan tertentu seperti sulfonamide, salisilat, morfin dan alkohol, juga elemen-elemen anorganik misalnya As, Bi, Fe, I, Hg, dan Pb.


(22)

2.5 Pengertian Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang dikeluarkan dari kelenjar payudara pada saat hari pertama kelahiran sampai dengan hari ketiga atau keempat. Merupakaan cairan berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur. Kolostrum biasanya kental. Komposisi yang terdapat di dalam kolostrum berbeda dari hari ke hari hal ini tergantung daripada perkembangan bayi tersebut (Soetjiningsih, 1997).

Kolostrum yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Kolostrum yang dikeluarkan rata-rata 10-40 ml/harinya. Kandungan yang terdapat dalam kolostrum juga sangat bermanfaat bagi bayi. Oleh sebab itu, dengan jumlah yang sedikit ini seorang ibu harus memahami pentingnya kolostrum dan memberikan pada anaknya pada saat setelah melahirkan (Suharyono, 1992).

Kolostrum mengandung berbagai zat, diantaranya karoten yang dipercayai memberikan warna kuning pada kolostrum. Secara mikroskopis kolostrum mengandung sel-sel yang besar dan berlemak. Kadar globulin pada kolostrum juga tinggi dan laktosa pada kolostrum lebih tinggi dari pada ASI pada stadium lain (Danuatmaja, 2008).

2.6 Komposisi Kolostrum 2.6.1 Protein

Kandungan protein di dalam kolostrum lebih tinggi daripada jenis ASI lain (ASI matur). Jenis protein yang dikandung oleh kolostrum adalah gamma globulin yang menyebabkan kandungan kolostrum menjadi pekat atau padat sehingga bayi akan merasa kenyang walaupun diberikan sedikit kolostrum (Hubertin, 2004).

Terdapatnya tripsin inhibitor, hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini sangat menguntungkan pada bayi. Protein lain yang masuk akan terhambat sehingga dapat mencegah alergi. (Widjaja, 2002).

2.6.2 Karbohidrat

Kadar karbohidrat dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan dengan ASI matur. Hal ini disebabkan pada hari-hari pertama aktivitas bayi tidak terlalu banyak sehingga tidak diperlukan energi yang begitu besar. Total kalori dalam kolostrum adalah 58 kal/100 ml. (Soetjiningsih, 1997).


(23)

Kandungan lemak di dalam kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan

linositol. Kandungan itu menyebabkan sejak di bayi sudah terlatih untuk mengolah

kolesterol. Kolesterol di dalam tubuh bayi berfungsi untuk membangun enzim yang mencerna kolesterol itu kembali (Hubertin, 2004).

2.6.4 Mineral dan vitamin

Terdapat bermacam-macam mineral dalam kolostrum, diantaranya natrium, kalium, dan klorida yang kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan ASI matur. Vitamin yang terlarut dalam lemak lebih tinggi dibandingkan dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang terlarut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah (Verrals, 2003).

2.6.5 Zat Antibodi

Kolostrum adalah ASI yang sangat bermanfaat terutama fungsinya untuk mencegah terjadinya infeksi. Zat pencegah infeksi ini disebut antibodi dimana kemampuan zat tersebut bekerja di dalam tubuh bayi sekitar 6 bulan. Kadar IgA dari kolostrum sekitar 335,9 mg/100ml, lebih tinggi kadarnya daripada ASI matur yang hanya 119,6 mg/ 100 ml. Begitu juga dengan IgM dan IgG kandungan zat tersebut lebih tinggi pada kolostrum daripada ASI matur (Suhardjo, 1992).

2.7 Keuntungan Pemberian ASI

Menyusui merupakan suatu proses yang alamiah yang dialami berjuta-juta ibu-ibu di seluruh dunia. Banyak keuntungan baik bagi ibu maupun si bayi terhadap pemberian ASI (menyusui).

Keuntungan bayi terhadap pemberian ASI (Besar & Eveline, 2008):

1. ASI mengandung antibodi (IgA) dan berbagai protein yang sangat penting untuk

memberi pertahanan terhadap infeksi terutama yang disebabkan oleh E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

2. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat banyak dan bermanfaat bagi pertumbuhan si

bayi.

3. ASI sebagai sumber makanan yang tidak menimbulkan alergi

4. ASI sangat mudah dicerna

5. ASI tidak mengandung patogen


(24)

7. ASI dapat meningkatkan kecerdasaan karena mengandung hemat rantai panjang yang berfungsi untuk perkembangan jaringan otak.

8. Dapat meningkatkan kemampuan melihat dan kepandaian bicara (Drife, 2004).

Keuntungan untuk ibu :

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena pada saat menyusui

terjadi peningkatan dari kadar oksitosin (hormon) yang berguna juga untuk kontriksi dan penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan berhenti. Dengan demikian, menyusui juga dapat menurunkan angka kematian karena melahirkan.

2. Mengurangi terjadinya anemia

3. Menjarangkan kehamilan

4. Mengecilkan rahim

5. Lebih cepat langsing kembali

6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

7. Lebih ekonomis

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu

9. Praktis

10.Memberi kepuasan pada ibu.

2.8 Konsep Perilaku

Secara biologis yang dinamakan perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, secara biologis manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan mempunyai perilaku karena mereka mempunyai aktivitas sendiri-sendiri. Yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah tindakan manusia itu yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Skiner (1938), menyimpulkan perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan konsep perilaku dari skiner maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintanance)

Perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

b) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan


(25)

c) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu

dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

2.8.1 Domain Perilaku Kesehatan: Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.


(26)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan teori, maka dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1.: Skema kerangka konsep penelitian

3.2.Defenisi Operasional 3.2.1.Pengetahuan

a) Definisi operasional: pengetahuan adalah hasil dari tahu mengenai kolostrum, manfaat, waktu pemberian dan cara pemberiannya. Pengetahuan tentang kolostrum didapat setelah ibu mendengar hal-hal yang berhubungan dengan kolostrum termasuk manfaat dari kolostrum tersebut.

b) Cara ukur: angket.

c) Alat ukur: kuesioner, variabel pengetahuan diukur berdasarkan 20 pertanyaan yang menanyakan tahu/tidaknya ibu mengenai kolostrum, mitos, kandungan, manfaat, waktu pemberian, dan cara pemberian. Sistem penilaian yang digunakan adalah:

a. Soal yang dijawab benar diberi skor 1 b. Soal yang dijawab salah diberi skor 0

Maka penilaian variabel menurut Pratomo (1990) adalah : 1. Pengetahuan baik jika nilainya > 75%.

2. Pengetahuan sedang, jika nilainya 40%-75%.

3. Pengetahuan buruk, jika nilainya < 40%. d) Skala ukur: ordinal.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


(28)

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan melakukan deskripsi mengenai pengetahuan ibu mengenai kolostrum. Survei dilakukan dengan menggunakan data primer.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di Kabupaten Samosir.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Juni sampai Agustus 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai anak bayi berusia 0-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Palipi, Samosir.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk data nominal yaitu sampel untuk estimasi proporsi suatu populasi (Madiyono dkk, 2008):

n = Zα²PQ d²

Keterangan:

n : Jumlah sampel

Zα : Tingkat kepercayaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα sebesar 1,96)

P : Proporsi kategori (0,5)

Q : 1-P = 0,5


(29)

Dari perkiraan rumus di atas didapatkan bahwa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi adalah 97 orang. Jumlah sampel digenapkan sebanyak 100 orang ibu-ibu yang mempunyai anak berusia 0-12 bulan.

Sampel yang diikutkan dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu setiap ibu yang berkunjung ke Puskesmas dan memiliki anak berusia 0-12 bulan. Sampel tidak diikutkan dalam penelitian bila terdapat kriteria eksklusi yaitu setiap responden yang tidak bersedia diikutkan dalam penelitian.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-randomized sampling (pengambilan sampel tidak acak) berupa quota sampling. Setiap ibu yang datang ke Puskesmas dan memenuhi syarat akan dijadikan responden. Pengambilan data dihentikan bila peneliti sudah mendapatkan data dari keseluruhan sampel yang dikehendaki (menurut perhitungan sampel).

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang akan diambil langsung dari penelitian. Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner.

4.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas dan dinas kesehatan setempat.

4.4.3 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun diuji validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan menggunakan rumus:

R =

Butir pertanyaan dikatakan signifikan apabila nilai korelasi yang didapatkan lebih dari nilai tabel r dengan taraf signifikansi 0,05.

4.4.4 Uji Reabilitas

N (∑XY) – (∑X∑Y)


(30)

Reabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah selesai disusun diuji reabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus:

α : koefisien alfa

k : banyaknya butir pertnyaan Si² : ragam skor butir pertanyaan ke-i

Sτ² : ragam skor total

Menentukan reabilitas bisa dilihat dari nilai alfa. Jika nilai alfa lebih besar dari 0,60 maka dikatakan reliabel.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah yaitu: (1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkaan data; (2) coding, data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke dalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisis data (Wahyuni, 2008).

Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solutions (SPSS) kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan data yang diperoleh sesuai dengan pustaka yang ada.

4.6. Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pada soal-soal yang telah


(31)

dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1. pada halaman selanjutnya.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel No.

Total Pearson Correlation

Status Alfa Status

Pengetahuan 1 0,861 Valid 0,943 Reliable

2 0,859 Valid

3 0,476 Valid

4 0,476 Valid

5 0,498 Valid

6 0,859 Valid

7 0,654 Valid

8 0,624 Valid

9 0,861 Valid

10 0,581 Valid

11 0,498 Valid

12 0,859 Valid

13 0,703 Valid

14 0,859 Valid

15 0,861 Valid

16 0,551 Valid

17 0,703 Valid


(32)

19 0,551 Valid


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan melakukan deskripsi mengenai pengetahuan ibu mengenai kolostrum. Survei dilakukan dengan menggunakan data primer.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di Kabupaten Samosir.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Juni sampai Agustus 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai anak bayi berusia 0-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Palipi, Samosir.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk data nominal yaitu sampel untuk estimasi proporsi suatu populasi (Madiyono dkk, 2008):

n = Zα²PQ d²

Keterangan:

n : Jumlah sampel

Zα : Tingkat kepercayaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα sebesar 1,96)


(34)

P : Proporsi kategori (0,5) Q : 1-P = 0,5

d : Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki 10% atau 0,1

Dari perkiraan rumus di atas didapatkan bahwa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi adalah 97 orang. Jumlah sampel digenapkan sebanyak 100 orang ibu-ibu yang mempunyai anak berusia 0-12 bulan.

Sampel yang diikutkan dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu setiap ibu yang berkunjung ke Puskesmas dan memiliki anak berusia 0-12 bulan. Sampel tidak diikutkan dalam penelitian bila terdapat kriteria eksklusi yaitu setiap responden yang tidak bersedia diikutkan dalam penelitian.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-randomized sampling (pengambilan sampel tidak acak) berupa quota sampling. Setiap ibu yang datang ke Puskesmas dan memenuhi syarat akan dijadikan responden. Pengambilan data dihentikan bila peneliti sudah mendapatkan data dari keseluruhan sampel yang dikehendaki (menurut perhitungan sampel).

4.6 Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang akan diambil langsung dari penelitian. Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner.

4.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas dan dinas kesehatan setempat.

4.4.3 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun diuji validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan menggunakan rumus:

R =

N (∑XY) – (∑X∑Y)


(35)

Butir pertanyaan dikatakan signifikan apabila nilai korelasi yang didapatkan lebih dari nilai tabel r dengan taraf signifikansi 0,05.

4.4.4 Uji Reabilitas

Reabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah selesai disusun diuji reabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus:

α : koefisien alfa

k : banyaknya butir pertnyaan Si² : ragam skor butir pertanyaan ke-i

Sτ² : ragam skor total

Menentukan reabilitas bisa dilihat dari nilai alfa. Jika nilai alfa lebih besar dari 0,60 maka dikatakan reliabel.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah yaitu: (1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkaan data; (2) coding, data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke dalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisis data (Wahyuni, 2008).

Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solutions (SPSS) kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan data yang diperoleh sesuai dengan pustaka yang ada.

4.6. Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan


(36)

menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1. pada halaman selanjutnya

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel No.

Total Pearson

Correlation Status Alfa Status

Pengetahuan 1 0,861 Valid 0,943 Reliable

2 0,859 Valid

3 0,476 Valid

4 0,476 Valid

5 0,498 Valid

6 0,859 Valid

7 0,654 Valid

8 0,624 Valid

9 0,861 Valid

10 0,581 Valid

11 0,498 Valid

12 0,859 Valid

13 0,703 Valid

14 0,859 Valid

15 0,861 Valid

16 0,551 Valid

17 0,703 Valid

18 0,861 Valid

19 0,551 Valid


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini seratus ibu-ibu masuk sebagai responden, dimana umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan merupakan karakteristik yang ditampilkan distribusinya. Di bawah ini terdapat tabel yang menggambarkan karakteristik demografi responden di Kecamatan Palipi, Samosir.

Tabel 5.1. Karakteristik demografik respoden

Variabel n (%)

Golongan umur

21 – 25 tahun 7

26 – 30 tahun 42

31 – 35 tahun 27

36 – 40 tahun 18

41 – 45 tahun Total

6 100

Tingkat Pendidikan

SD 7

SMP 17

SMA 52

Sarjana Total

24 100 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 24

PNS 26

Petani 31

Bidan 3

Guru 9

Wiraswasta 7

Total 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah 26-35 tahun yaitu sebanyak 42%, sedangkan yang paling sedikit adalah 41-45 tahun sebanyak


(38)

6%. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 52 orang (52%), sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit adalah SD sebanyak 7 orang (7%). Dan berdasarkan jenis pekerjaan diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 31 orang (31%) responden bekerja sebagai Petani, dan hanya 3 orang (3%) yang bekerja sebagai bidan.

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kolostrum

Tingkat pengetahuan responden menggambarkan bagaimana tingkat pengetahuan responden tentang pengertian, kandungan, dan waktu pemberian kolostrum. Data distribusi jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Berdasarkan tabel 5.2. pertanyaan yang paling banyak dijawab benar dengan angka persentase 100% adalah manfaat kolostrum, apa yang diberi ibu kepada bayi setelah lahir, dan kolostrum sangat baik diberikan kepada siapa. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah jenis ASI. Hanya 43% yang menjawab benar.

Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kolostrum baik. Hal ini karena sebagian besar (99%) atau 99 orang responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan hanya satu orang yang dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan sedang.

5.2.Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

ASI merupakan makanan dasar pada bayi dalam 6 bulan pertama, oleh sebab itu ASI sangat dianjurkan diberi sesegera mungkin pada bayi ketika ia dilahirkan ke dunia (Soetjiningsih,1997). Data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% di perkotaan dan 55% di pedesaan (Depkes 1992). Laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80%.

Berdasarkan tabel 5.1 dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden 42 orang (42%) pada rentang usia 26-30 tahun. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar petani yaitu sebanyak 31 orang (31%) dan pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 52 orang (52%). Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan


(39)

pemberian kolostrum terutama pendidikan. Jadi, dengan usia ini responden dianggap masih mampu menjawab masalah kolostrum (ASI).

Adapun dalam hasil penelitian (Nazara, 2008), diketahui bahwa distribusi ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 22 orang (55,0%) dan paling sedikit dilakukan oleh ibu pada tingkat pendidikan S1 sebanyak 2 orang (5,0%).

5.2.2. Pengetahuan

Penelitian yang dilakukan oleh Nazara (2008) menyatakan bahwa diketahui ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak dilakukan oleh ibu dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (62,5%), dan paling sedikit oleh ibu dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 orang (17,5%). Dengan berpengetahuan baik maka ibu diharapkan akan mengerti dan melaksanakan dengan baik tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tamatan SMA (52%), sedangkan yang paling sedikit adalah tamatan SD (7%). Karakteristik ini dapat menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu hal. Dari tabel 5.2 tersebut dapat dilihat dari 100 responden bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang pemberian kolostrum adalah baik sebanyak 99 orang (99%) dan sebagian kecil berpengetahuan tidak baik yaitu sebanyak 1 orang (1%). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di kecamatan medan kota (Gultom, 2009) juga didapatkan hasil yang menunjukkan sebagian besar (81,3%) atau 78 orang responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan hanya satu orang yang

dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang baik. Pendidikan yang dimiliki

seseorang lebih tinggi tidak sama dengan pemahaman terhadap suatu hal pada orang yang berpendidikan rendah (Notoadmodjo, 1993).

Adapun hasil penelitian dari Krista S.M. (2009) diketahui pengetahuan ibu dalam pemberian kolostrum yaitu cukup sebanyak 12 orang (40,0%), kurang sebanyak 10 orang (33,3%) dan baik sebanyak 8 orang (26,7%). Sikap ibu dalam pemberian kolostrum cukup sebanyak 11 orang (36,7%), baik sebanyak 10 orang (33,3%) dan kurang sebanyak 9 orang (30,0%).

Berdasarkan tabel diketahui jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah petani yaitu 31% dari seluruh responden. Selain ibu rumah tangga responden juga bekerja sebagai ibu rumah tangga, wiraswasta, guru, PNS, dan paling sedikit berkerja sebagai bidan (3%). Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan setiap responden bervariasi. Pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga tentu lebih banyak waktu untuk mendapat konseling


(40)

menyusui setelah melahirkan dari kader puskesmas/posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazara,P (2008) mengatakan pendidikan yang rendah akan menimbulkan dampak negatif perkembangan ibu itu sendiri dalam mengikuti kemajuan ilmu dan pengetahuan termasuk pemahaman tentang kolostrum. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Driyarkara (Ihsan, 2008) mengatakan bahwa : pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda. Serta menurut Crow and Crow menyebutkan pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

Secara umum, tingkat pengetahuan ibu mengenai kolostrum di Kecamatan Palipi tergolong baik, terlihat dari data bahwa 99% responden menjawab pertanyaan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh penggalakkan program pemberian ASI di kabupaten tersebut, selain menghimbau ibu untuk memberi ASI, pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir juga memberikan mengenai pentingnya pemberian ASI termasuk di dalamnya kolostrum melalui visi yang dirumuskan sebagai berikut : “Menuju Masyarakat Samosir Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat”.

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan pengetahuan ibu terhadap kolostrum baik, walaupun terdapat data RISKESDAS 2010 menunjukkan bahwa perilaku pemberian kolostrum di wilayah Sumatera Utara hanya 71,8 %. Hal ini juga sesuai dengan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Over behavior). berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa: tingkat pengetahuan baik sebanyak 99 orang (99%), sedang sebanyak 1 orang (1%), dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya kurang.

6.2. Saran

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Puskesmas)

Agar meningkatkan penyuluhan-penyuluhan kesehatan untuk mempertahankan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemberian kolostrum pada bayi yang baru lahir. Sehingga ibu yang baru memiliki anak tidak salah dalam mengambil keputusan dan tidak serta merta hanya mengikuti mitos semata.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti berikutnya agar dapat melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan tindakan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir dan seberapa pengaruh hubungan tersebut.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Besar, D.S., Eveline, P.N., 2008. Air Susu Ibu dan Hak Bayi. Dalam: Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A., Partiwi, I.G.A. (eds). Bedah ASI. Edisi 1. Jakarta: FKUI, 1-15.

Chumbley, J., 2004. Menyusui: Panduan Para Ibu Untuk Menyusui dan Mengenalkan Bayi

pada Susu Botol. Jakarta: Erlangga.

Despopoulos, A., Silbernagl, S., 2003. Hormones and Reproduction. In: Despopoulos, A.,

Silbernagl, S. (eds). Color Atlas of Physiology. 5th edition. New York: Thieme, 302-303.

Dinkes Kabupaten Samosir, 2010. Kohort Pemantauan ASI eksklusif. Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir.

Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2008. Buku Saku Cara Menyusui yang Benar dan

Aturan-Aturan Promosi Pemasaran Pengganti ASI. Sub Dinas Bina Kesehatan Keluarga, Dinas

Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

Gultom, I., 2009. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Medan Kota. Universitas Sumatera Utara.

Danuatmaja, B., Meiliasari, M., Indarti, J., 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya. Edisi 1. Jakarta: Puspa Swara, 46.

Ihsan, F., 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Kari, I.K., 1997. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Dalam: Soetjiningsih (ed). ASI

Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Edisi 1. Jakarta: EGC, 1-15.

Kemenkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.


(43)

Krista, S.M. (2009). Perilaku Ibu Nifas 0-5 Hari Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi di

Klinik Bersalin Martini Kecamatan Medan Tembung Tahun 2009. Medan: DIV Bidan

Pendidik

Madiyono, B., Moeslichan, S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., Purwanto, S.H., 2008. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S. (eds). Dasar-dasar

Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto, 313.

Nazara,P., 2008. Faktor-faktor yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum

Kepada Bayi Baru Lahir di Desa Safalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Niaz Tahun 2007. Medan: DIV Bidan Pendidik

Notoatmodjo, Soekidjo., 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta:Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pitri, R.S., 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir di Klinik Sari Medan Tahun 2010. Universitas Sumatera Utara.

Pratomo, H., Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Edisi 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Suhardjo., 1992. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius, 71-75.

Suharyono, Damayanti, R.S., Agoesman, I.S., Soemilah, S., Firmansyah, A., 1992. Dalam: Suharyono, Suradi, R., Firmansyah, A. (eds). Air Susu Ibu Tinjauan dari Beberapa

Aspek. Edisi 2. Jakarta: FKUI, 165.

Suraatmaja, S., 1997. Aspek Gizi Air Susu Ibu. Dalam: Soetjiningsih (ed). ASI Petunjuk


(44)

Vander, et al., 2001. Reproduction. In: Vander, et al. (eds). Human Physiology: The

Mechanism of Body Function. 8th edition. New York: The McGraw-Hill, 673-674.

Verrals, S., 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: EGC, 7.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Medan. 8-9.

Widjaja, M.C., 2002. Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak & Kesehatan Balita. Edisi 1. Jakarta: Kawan Pustaka, 19.


(45)

Lampiran 1

SURAT PENJELASAN PERSETUJUAN PENELITIAN

Kepada, Yth, Ibu-Ibu di Tempat.

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Febrine M. G. S (NIM: 080100264) mahasiswi semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang akan melakukan penelitian berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kolostrum”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan beberapa kuesioner untuk mengumpulkan data-data dari responden. Kuesioner tersebut berisi beberapa butir pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan Ibu terhadap pemberian kolostrum (ASI jolong).

Bersama dengan ini saya mohon kesediaan ibu untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan mendatangani lembaran persetujuan. Anda bebas memilih jawaban tanpa paksaan dari pihak manapun dan tidak ada patokan jawaban yang benar atau salah. Data yang diperoleh nantinya hanya akan dipergunakan untuk keperluan peneliti dan akan dijaga kerahasiannya. Semoga penelitian ini bermanfaat kepada semua. Atas kesediaan dan kerjasama ibu, saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2011

FEBRINE M.G.S


(46)

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Alamat :

Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Febrine M.G.S. dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kolostrum.”

Dengan persetujuan ini, saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, Juni 2011

Mengetahui, Yang menyatakan,

Penanggung jawab penelitian, Responden,

……… ………


(47)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP KOLOSTRUM

Nomor responden :

Petunjuk :

Jawablah pertanyaan dibawah ini, serta beri tanda silang (X) untuk salah satu jawaban anda.

A. Data Demografi

Nama ibu: Umur ibu:

Pendidikan terakhir ibu: Pekerjaan Ibu:

B. Pertanyaan Pengetahuan

1. Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

2. Apa saja jenis ASI? a. Kolostrum

b. Kolosrum dan Air Susu matang

c. Kolostrum, air susu peralihan, air susu matang

3. ASI (air susu ibu) yang paling banyak mengandung gizi adalah ASI yang…

a. Pertama keluar b. Kedua keluar c. Ketiga keluar

4. Susu jolong adalah cairan kekuningan yang dikeluarkan payudara ibu pada hari-hari


(48)

a. Susu b. ASI c. Kolostrum

5. Apa yang dimaksud dengan kolostrum?

a. Air Susu Ibu Basi

b. Cairan yang pertama kali keluar melalui payudara setelah melahirkan

c. Cairan yang keluar setelah 3 bulan member ASI

6. Kapan kolostrum dihasilkan?

a. 2-3 minggu setelah melahirkan b. 1-3 bulan setelah melahirkan c. 1-3 hari setelah melahirkan

7. Kolostrum (susu jolong) yang keluar pertama kali keluar …

a. Sangat banyak b. Sangat kental c. Sangat encer

8. Apa fungsi dari kolostrum?

a. Membuat anak tenang dan tidur nyenyak

b. Meningkatkan kekebalan tubuh (sistem imun) anak c. Membuat anak bahagia

9. Cairan/air yang pertama kali keluar dari payudara ibu adalah cairan yang yang sangat

bagus diberikan kepada bayi karena… a. Mengandung banyak gizi

b. Mengandung banyak vitamin c. A dan B benar

10.Kolostrum juga mengandung…

a. Zat Kekebalan b. Zat Kekentalan c. Zat Kesehatan


(49)

11.Kolostrum semakin banyak diberikan, menyebabkan kekebalan tubuh bayi semakin… a. Berkurang

b. Bertahap c. Bertambah

12.Manfaat kolostrum (susu jolong) terutama adalah…

a. Membantu pencernaan bayi b. Membantu bayi menangis c. Membantu bayi untuk bernafas

13.Selain mengandung berbagai macam manfaat yang diberikan, kolostrum (susu jolong)

juga memberikan… a. Rasa takut pada bayi b. Rasa khawatir pada bayi c. Rasa puas pada bayi

14.Kolostrum (susu jolong) mampu melindungi bayi ketika kondisi bayi masih…

a. Sehat b. Sakit c. Lemah

15.Kolostrum (susu jolong) merupakan cairan yang disekresi/dikeluarkan oleh kelenjar

payudara pada … a. Hari pertama b. Hari kedua c. Hari ketiga

16.Kolostrum (susu jolong) merupakan cairan yang sekresi/dikeluarkan oleh kelenjar

payudara berakhir pada….. a. Hari ketiga

b. Hari keenam c. Hari kesembilan


(50)

17.Setelah bayi lahir ibu segera memberikan ……. kepada bayi a. Minum

b. Air biasa c. Kolostrum

18.Kolostrum (susu jolong) sangat bagus apabila diberikan kepada…

a. Bayi b. Balita c. Anak-anak

19.Menurut ibu susu jolong adalah…

a. ASI yang kotor b. ASI yang bersih c. ASI yang bagus

20.Menurut anda, apa yang sebaiknya dilakukan terhadap ASI yang pertama kali keluar

setelah melahirkan?

a. Membuang, karena merupakan ASI basi

b. Menyimpan dalam kulkas dan selanjutnya diberikan pada anak itu saat ibu tidak ada c. Segera memberikan pada anak sesaat setelah melahirkan (inisiasi menyusui dini)


(51)

Lampiran Data Induk N a m a U

sia Pek

e rja a n P e n d id ik a n P

1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 8P P9 P10 P11 P12 3P1 P14 P15 P16 71P P18 P19 P20 P T

o ta l K a te g o ri

NS 33 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RT 27 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LS 33 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RS 38 IRT SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

MP 42 Guru SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ES 30 Petani SD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

RS 32 Guru SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

MS 30 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RP 25 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RS 37 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 16 Baik

MM 32 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

NN 37 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

SL 26 Petani SMA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RS 26 Petani SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

SR 35 IRT SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

ES 34 Bidan PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

NS 26 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

HS 28 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LS 27 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ES 28 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

ES 30 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Baik

HS 41 Guru PT 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

TS 42 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

R 30 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

MS 38 Bidan SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RS 40 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

PS 28 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

TS 31 Petani SD 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 Baik

RM 29 Petani SD 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 Sedang

MS 29 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19 Baik

SS 34 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LS 27 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RM 29 Petani SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

E 38 Petani SMP 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

KS 32 PNS SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RS 30 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

AS 37 Petani SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik


(52)

MM 32 Petani SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

AS 31 Petani SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

VR 30 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RS 21 Petani SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

HS 32 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

R 42 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 Baik

RD 27 IRT SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

KP 38 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

D 36 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

KL 30 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

J 36 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 Baik

RS 30 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

NP 31 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

FS 25 Guru PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ES 30 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

NS 29 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RH 33 PNS PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LH 30 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RT 36 Guru PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

MS 26 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RP 30 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RP 38 Guru PT 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 Baik

LS 30 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 Baik

MS 34 Guru PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

JS 35 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

SN 34 PNS PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

HS 35 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RN 38 Petani SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

R 29 IRT SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ET 25 Lain2 SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

DS 34 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RT 28 Lain2 SMA 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RR 30 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 Baik

RT 42 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

TS 33 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

DB 26 IRT SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

ES 26 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik

MS 29 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik

A 31 Guru PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik

AN 32 Guru SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18 Baik

RS 39 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

LS 31 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 Baik

TN 29 Lain2 SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

NS 37 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik


(1)

a. Susu

b. ASI

c. Kolostrum

5.

Apa yang dimaksud dengan kolostrum?

a.

Air Susu Ibu Basi

b.

Cairan yang pertama kali keluar melalui payudara setelah melahirkan

c.

Cairan yang keluar setelah 3 bulan member ASI

6.

Kapan kolostrum dihasilkan?

a. 2-3 minggu setelah melahirkan

b. 1-3 bulan setelah melahirkan

c. 1-3 hari setelah melahirkan

7.

Kolostrum (susu jolong) yang keluar pertama kali keluar …

a. Sangat banyak

b. Sangat kental

c. Sangat encer

8.

Apa fungsi dari kolostrum?

a. Membuat anak tenang dan tidur nyenyak

b. Meningkatkan kekebalan tubuh (sistem imun) anak

c. Membuat anak bahagia

9.

Cairan/air yang pertama kali keluar dari payudara ibu adalah cairan yang yang sangat

bagus diberikan kepada bayi karena…

a. Mengandung banyak gizi

b. Mengandung banyak vitamin

c. A dan B benar

10.

Kolostrum juga mengandung…

a. Zat Kekebalan

b. Zat Kekentalan

c. Zat Kesehatan


(2)

11.

Kolostrum semakin banyak diberikan, menyebabkan kekebalan tubuh bayi semakin…

a. Berkurang

b. Bertahap

c. Bertambah

12.

Manfaat kolostrum (susu jolong) terutama adalah…

a. Membantu pencernaan bayi

b. Membantu bayi menangis

c. Membantu bayi untuk bernafas

13.

Selain mengandung berbagai macam manfaat yang diberikan, kolostrum (susu jolong)

juga memberikan…

a. Rasa takut pada bayi

b. Rasa khawatir pada bayi

c. Rasa puas pada bayi

14.

Kolostrum (susu jolong) mampu melindungi bayi ketika kondisi bayi masih…

a. Sehat

b. Sakit

c. Lemah

15.

Kolostrum (susu jolong) merupakan cairan yang disekresi/dikeluarkan oleh kelenjar

payudara pada …

a. Hari pertama

b. Hari kedua

c. Hari ketiga

16.

Kolostrum (susu jolong) merupakan cairan yang sekresi/dikeluarkan oleh kelenjar

payudara berakhir pada…..

a. Hari ketiga

b. Hari keenam

c. Hari kesembilan


(3)

17.

Setelah bayi lahir ibu segera memberikan ……. kepada bayi

a. Minum

b. Air biasa

c. Kolostrum

18.

Kolostrum (susu jolong) sangat bagus apabila diberikan kepada…

a. Bayi

b. Balita

c. Anak-anak

19.

Menurut ibu susu jolong adalah…

a. ASI yang kotor

b. ASI yang bersih

c. ASI yang bagus

20.

Menurut anda, apa yang sebaiknya dilakukan terhadap ASI yang pertama kali keluar

setelah melahirkan?

a. Membuang, karena merupakan ASI basi

b. Menyimpan dalam kulkas dan selanjutnya diberikan pada anak itu saat ibu tidak ada

c. Segera memberikan pada anak sesaat setelah melahirkan (inisiasi menyusui dini)


(4)

Lampiran Data Induk N a m a U

sia Pek

e rja a n P e n d id ik a n P

1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 8P P9 P10 P11 P12 3P1 P14 P15 P16 71P P18 P19 P20 P T

o ta l K a te g o ri

NS 33 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RT 27 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LS 33 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RS 38 IRT SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

MP 42 Guru SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ES 30 Petani SD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

RS 32 Guru SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

MS 30 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RP 25 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RS 37 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 16 Baik

MM 32 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

NN 37 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

SL 26 Petani SMA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RS 26 Petani SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

SR 35 IRT SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

ES 34 Bidan PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

NS 26 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

HS 28 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LS 27 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ES 28 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

ES 30 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Baik

HS 41 Guru PT 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

TS 42 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

R 30 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

MS 38 Bidan SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RS 40 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

PS 28 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

TS 31 Petani SD 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 Baik

RM 29 Petani SD 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 Sedang

MS 29 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19 Baik

SS 34 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LS 27 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RM 29 Petani SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

E 38 Petani SMP 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

KS 32 PNS SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RS 30 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

AS 37 Petani SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik


(5)

MM 32 Petani SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

AS 31 Petani SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

VR 30 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RS 21 Petani SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

HS 32 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

R 42 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 Baik

RD 27 IRT SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

KP 38 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

D 36 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

KL 30 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

J 36 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 Baik

RS 30 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

NP 31 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

FS 25 Guru PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ES 30 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

NS 29 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RH 33 PNS PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LH 30 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RT 36 Guru PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

MS 26 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RP 30 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RP 38 Guru PT 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 Baik

LS 30 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 Baik

MS 34 Guru PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

JS 35 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

SN 34 PNS PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 Baik

HS 35 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RN 38 Petani SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

R 29 IRT SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

ET 25 Lain2 SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

DS 34 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RT 28 Lain2 SMA 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

RR 30 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 Baik

RT 42 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

TS 33 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

DB 26 IRT SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

ES 26 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik

MS 29 PNS PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik

A 31 Guru PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik

AN 32 Guru SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18 Baik

RS 39 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

LS 31 Petani SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 Baik

TN 29 Lain2 SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

NS 37 PNS SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik


(6)

MM 30 Lain2 PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

RS 27 Lain2 PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

AS 29 Lain2 PT 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 Baik

JM 36 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

LH 30 PNS SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

H 36 PNS PT 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

DA 27 IRT SMP 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

NM 42 PNS SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RS 21 Petani SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

FS 25 Lain2 PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

AS 31 Petani SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 18 Baik

MN 32 Bidan PT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

SS 26 PNS PT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

NS 33 IRT SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

RT 27 IRT SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik

S 33 Petani SMA 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik