Berdasarkan hasil analisis statistik Fisher’s exact test, diperoleh nilai p0.05, berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi umur
responden berdasarkan tingkat pengetahuan.
5.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan pembahasan seperti berikut. Ternyata bahwa mayoritas responden yang mengikuti
penelitian memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 85 orang 85, diikuti dengan reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik
yaitu sebanyak 8 orang 8 dan yang dengan tingkat pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 7 orang 7. Hal ini mungkin disebabkan karena informasi
tentang penyakit TB ekstraparu yang diterima di dalam maupun di luar lingkungan Kelurahan Badak Bejuang adalah sangat sederhana, yaitu mungkin
disebabkan minimnya kesempatan masyarakat mendapatkan informasi mengenai penyakit ini karena kesibukan pekerjaan dan rutinitas sehari-hari masyarakat. Ini
menyebabkan paling banyak responden tergolong dalam tingkat pengetahuan yang sedang terhadap penyakit ini.
Dari hasil penelitian juga telah didapati bahwa 91 dari jumlah responden mengetahui bahwa penyakit TB merupakan suatu penyakit infeksi, 88
mengetahui bahwa vaksin untuk mencegah TB paru dan ekstraparu adalah vaksin BCG, dan 86 mengetahui bahwa dengan melakukan imunisasi anti-TB dan
selalu menjaga pola hidup sehat dapat mencegah penyakit TB paru dan ekstraparu. Ini mungkin disebabkan oleh usaha yang baik pemerintah untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit TB dan pencegahannya melalui vaksinasi dan promosi pola hidup sehat.
Masih terdapat sebanyak 67 dari jumlah responden yang menganggap bahwa penderita HIV tidak merupakan faktor risiko untuk terkena penyakit TB
ekstraparu. Kurangnya pengetahuan tentang faktor risiko TB ekstraparu mungkin disebabkan oleh kurangnya upaya promosi penyakit HIVAIDS di lingkungan
kelurahan ini, sehingga masyarakat masih jarang mencari tahu informasi mengenai penyakit ini. Terdapat 63 dari jumlah responden yang juga tidak
Universitas Sumatera Utara
menganggap penyakit TB paru dan ekstraparu disebabkan oleh bakteri. Ini mungkin adalah karena masyarakat kelurahan ini belum terlalu akrab dengan kosa
kata ‘bakteri’ sehingga kosa kata ini belum umum dipakai dalam pergaulan sehari-hari masyarakat. Sebanyak 61 dari jumlah responden menganggap
selaput pleura, kulit, ginjal, jantung, tulang, dan otak bukanlah tempat predileksi yang lain selain paru untuk penyakit TB. Ini mungkin disebabkan oleh
minimnya pengalaman masyarakat melihat dan mendengar kejadian penyakit TB ekstraparu di lingkungan sekitar mereka.
Ada pun hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat yang sedang terhadap cara penularan infeksi TB ekstraparu, lama
pengobatan penyakit TB ekstraparu, tempat predileksi TB milier, pemeriksaan pada penyakit TB ekstraparu, gejala klinis TB meningeal, gejala klinis TB
kelenjar getah bening, gejala klinis TB tulang, cara penularan TB usus, dan efek samping pengobatan penyakit TB ekstraparu. Pertanyaan-pertanyaan mengenai
poin-poin ini dijawab betul oleh para responden dengan persentase sebesar antara 46-75. Hal ini menunjukkan informasi yang diterima masyarakat mengenai
poin-poin ini mencukupi, penyuluhan dan edukasi perlu diupayakan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur, responden terbanyak pada tingkat pengetahuan baik adalah
pada umur antara 21-30 tahun.
Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Mohamed, Yousif, Ottoa dan Bayoumi 2007
di
Omdurman, Sudan
tentang pengetahuan pasien TB paru dan ekstraparu tentang TB dan talaksananya menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan menurun seiring dengan pertambahan usia. Hal ini mungkin dikarenakan responden dalam kelompok umur
yang lebih muda ini lebih aktif mencari informasi tentang kesehatan, baik dari pergaulan sehari-hari, media massa, atau pun media elektronik.
Hasil penelitian pada tabel tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan lebih banyak perempuan tergolong dalam tingkat
pengetahuan baik dibandingkan dengan laki-laki.
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Mohamed, Yousif, Ottoa dan Bayoumi 2007
Universitas Sumatera Utara
di
Omdurman, Sudan
tentang pengetahuan pasien TB paru dan ekstraparu tentang TB dan pengobatannya. Hasil ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
Legesse, Ameni, Mamo, Medhin, Bjune dan Abebe 2011 meneliti tentang pengetahuan TB limfadenitis servikal dan pengobatannya di komunitas
peternakan di wilayah Afar, Ethiopia. Kedua penelitian tersebut
menunjukkan bahwa
laki-laki lebih berpengetahuan dibanding perempuan. Ada pun menurut hasil analisis statistik Fisher’s exact test, ditemukan
tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin dan umur responden berdasarkan tingkat pengetahuan. Hal ini mungkin karena jumlah sampel yang tidak cukup
besar sehingga menimbulkan bias.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan