Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota

budidaya dan perlindungan. 3 Rencana umum tata ruang wilayah, meliputi: a Rencana pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya, b. Rencana pengelolaan kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan tertentu, c Rencana pembangunan kawasan yang diprioritaskan dan d Rencana pengaturan penguasaan dan pemanfaatan serta penggunaan ruang wilayah.

2.6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota

Pengendalian merupakan upaya-upaya pengawasan, pelaporan, evaluasi dan penertiban terhadap pengelolaan, penanganan dan intervensi sebagai implementasi dari strategi pengembangan tata ruang dan penatagunaan sumber daya alam, agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang sesuai dengan perwujudan rencana tata ruang kota yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka rencana tata ruang merupakan suatu rencana yang mengikat semua pihak, yang berbentuk alokasi peruntukan ruang di suatu wilayah perencanaan. Rencana tata ruang dengan demikian merupakan keputusan publik yang mengatur alokasi ruang, dimana masyarakat, swasta dan pemerintah perlu mengacunya. Oleh karena itu, suatu rencana tata ruang akan dimanfaatkan untuk diwujudkan apabila dalam perencanaannya sesuai dan tidak bertentangan dengan kehendak seluruh pemanfaatnya serta karakteristik dan kondisi wilayah perencanaannya, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang bagi para pemanfaatnya. 2.7. Penelitian Terdahulu Universitas Sumatera Utara Rahayu 2005 dalam penelitiannya Studi Persepsi terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kenyaman Kawasan Simpang Lima Sebagai Ruang Terbuka Publik” menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yang akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi. Hasil temuan studi yang diperoleh memperlihatkan tingkat kenyamanan di ruang terbuka publik Kawasan Simpang Lima Semarang masih kurang dan tingkat kenyamanan ini sangat dipengaruhi olah faktor pendukung yang ada. Pengunjung yang berkunjung ke tempat ini mempunyai tujuan yang berbeda dan hal ini menunjukkan fungsi ruang terbuka yang semakin komplek dan sangat dibutuhkan keberadaannya bagi masyarakat kota. Untuk itu maka sangat penting kiranya bagi pemerintah kota untuk meningkatkan fasilitas dan kondisi yang lebih baik untuk menunjang kenyamanan ruang terbuka publik. Di samping itu juga perlu adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara dan menjaga keberadaan ruang terbuka baik dari segi fisik fasilitas maupun non fisik. Tinambunan 2006 dalam penelitiannya ‘Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Pekanbaru” menggunakan metode deskriptif dan overlay GIS menyimpulkan bahwa Kawasan terbuka hijau di Kota Pekanbaru berjumlah 12.790,73 hektar. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah berjumlah 25.290,4 hektar. Terdapat kekurangan ruang terbuka hijau sekitar 12.499,67 hektar. Sesuai dengan luas kawasan hijau yang ditetapkan 40 persen dari luas wilayah belum mencukupi. Ruang terbuka hijau yang ditetapkan hanya berjumlah 16,83 persen. Seluruh Kecamatan di Kota Pekanbaru masih kekurangan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah. Kekurangannya masing-masing adalah Kecamatan Universitas Sumatera Utara Pekanbaru Kota dengan luas 90 hektar, Senapelan 266 hektar, Limapuluh 162 hektar, Sukajadi 204 hektar, Sail 130 hektar, Rumbai 5.305, 47 hektar, Bukit Raya 2.206,56 hektar, dan Tampan 4.135,24 hektar. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk terdapat 6 kecamatan yang belum memenuhi syarat. Kekurangan ruang terbuka hijau pada kecamatan tersebut adalah Pekanbaru Kota 122,27 hektar, Senapelan 145,94 hektar, Limapuluh 164,62 hektar, Sukajadi 246,34 hektar, Sail 86,26 hektar, dan Tampan 390,95 hektar. Kecamatan Rumbai dan Bukit Raya masih mencukupi. Utami 2010 dalam penelitiannya Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum sebagai Pendukung Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan, menggunakan metode pedoman pemerintah yang ada, metode angka kematian kasar, dan metode angka harapan hidup menunjukkan bahwa pengadaan TPU oleh Pemerintah Kota Medan sangat mendesak. Jumlah luasan yang dihasilkan berbeda secara signifikan berdasarkan ketiga metode tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode perhitungan Taman Pemakaman Umum dengan melalui Angka Kematian Kasar dianggap sesuai dilaksanakan di Kota Medan karena mewakili angka kematian yang sesungguhnya.

2.8. Kerangka Pemikiran