Penyusunan Rencana Infrastruktur Hijau

5.2.1. Penyusunan Rencana Infrastruktur Hijau

Penyusunan rencana infrastruktur hijau dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, dilakukan analisis terhadap data-data statistik yang tersedia menggunakan teknik analisis LQ untuk mengidentifikasi elemen-elemen infrastruktur hijau yang ada di masing-masing wilayah. Kedua, dilakukan analisis menggunakan peta citra landsat dan peta-peta tematik untuk mendapatkan sebaran dan kondisi Hubs dan Links yang ada. Analisis LQ menggunakan data ketersediaan fasilitas di kecamatan yang memiliki skala lingkup kota, sebagai identifikasi awal kondisi umum Kota Medan. Identifikasi kondisi makro meliputi: fasilitas ekonomi memperhitungkan pasar dan pusat perbelanjaan yang cukup besar seperti mall; fasilitas pendidikan memperhitungkan jumlah sekolah dari SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi; fasilitas sosial memperhitungkan jumlah sarana peribadatan; fasilitas kesehatan memperhitungkan jumlah rumah sakit. Gambar fasilitas pendidikan dan kesehatan dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan 5.4 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Sumber: Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2010 - 2030 Gambar 5.3. Peta Kondisi Fasilitas Pendidikan di Masing-masing Kecamatan di Kota Medan Kec Medan Area Kec. Medan Amplas Kec. Medan Barat Kec. Medan Baru Kec. Medan Belawan Kec. Medan Deli Kec. Medan Denai Kec. Medan Helvetia Kec. Medan Johor Kec. Medan Kota Kec. Medan Labuhan Kec. Medan Maimun Kec. Medan Marelan Kec. Medan Perjuangan Kec. Medan Petisah Kec. Medan Polonia Kec. Medan Selayang Kec. Medan Sunggal Kec. Medan Tembung Kec. Medan Timur Kec. Medan Tuntungan Kota Medan Kab. Deli Serdang Legenda : 98°40 98°35 SD SLTP SMU 43 15 6 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 42 18 14 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 52 21 8 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 46 31 25 Fasilitas Jumlah Pendidikan PENYEMPURNAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KOTA MEDAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN GAMBAR : 2.11 PETA SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN 0.7 0.7 1.4 Kilometers N E W S SD SLTP SMU 28 15 12 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 23 15 16 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 56 31 38 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 28 16 7 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 43 27 26 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 29 14 13 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 38 14 16 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 45 24 21 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 38 22 27 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 46 21 17 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 76 27 23 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 23 8 10 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 24 11 6 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 45 28 8 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 47 23 21 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 38 16 15 Fasilitas Jumlah Pendidikan SD SLTP SMU 44 29 36 Fasilitas Jumlah Pendidikan Sumber : PODES, Thn 2005 1:100000 Skala Rel KA Jalan Batas Pantai Sungai Batas Administrasi Batas Kota Batas Kecamatan Batas Kelurahan Kota Medan Kab. Deli Serdang S e l a t M a l a k a Peta Indeks 98°40 98°35 2 ° 3 2 ° 4 5 2 ° 4 2 ° 3 5 2 ° 3 2 ° 3 5 2 ° 4 5 2 ° 4 Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Medan K O T A M E D A N Universitas Sumatera Utara Sumber: Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2010 - 2030 Gambar 5.4. Peta Kondisi Fasilitas Kesehatan Masing-masing Kecamatan di Kota Medan Kec Medan Area Kec. Medan Amplas Kec. Medan Barat Kec. Medan Baru Kec. Medan Belawan Kec. Medan Deli Kec. Medan Denai Kec. Medan Helvetia Kec. Medan Johor Kec. Medan Kota Kec. Medan Labuhan Kec. Medan Maimun Kec. Medan Marelan Kec. Medan Perjuangan Kec. Medan Petisah Kec. Medan Polonia Kec. Medan Selayang Kec. Medan Sunggal Kec. Medan Tembung Kec. Medan Timur Kec. Medan Tuntungan Kota Medan Kab. Deli Serdang Legenda : Puskesmas Posyandu Pustu 1 65 5 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 3 27 21 Puskesmas Posyandu Pustu 1 55 3 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 2 17 13 Puskesmas Posyandu Pustu 3 81 2 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 3 16 31 Puskesmas Posyandu Pustu 2 81 4 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 1 34 36 Puskesmas Posyandu Pustu 1 64 1 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 6 6 16 Puskesmas Posyandu Pustu 1 88 2 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 1 15 19 Puskesmas Posyandu Pustu 2 59 4 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 4 31 24 PENYEMPURNAAN RENCANA TATA RUANG RTRW KOTA MEDAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN GAMBAR : 2.12 PETA SEBARAN FASILITAS KESEHATAN 0.7 0.7 1.4 Kilometers N E W S Puskesmas Posyandu Pustu 3 70 1 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 8 14 23 Puskesmas Posyandu Pustu 3 81 - Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 5 8 20 Puskesmas Posyandu Pustu 1 70 2 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 2 31 15 Puskesmas Posyandu Pustu 1 29 - Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 7 5 24 Puskesmas Posyandu Pustu 2 41 3 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 4 33 29 Puskesmas Posyandu Pustu 1 31 2 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 2 28 14 Puskesmas Posyandu Pustu 2 45 4 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 4 19 6 Puskesmas Posyandu Pustu 2 40 3 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 2 25 16 Puskesmas Posyandu Pustu 1 55 4 Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 1 34 12 Puskesmas Posyandu Pustu 3 96 - Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 2 12 15 Puskesmas Posyandu Pustu 4 52 - Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 1 43 31 Puskesmas Posyandu Pustu 1 113 - Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 3 9 14 Puskesmas Posyandu Pustu 1 92 - Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah - 5 9 Puskesmas Posyandu Pustu 3 67 - Fasilitas Jumlah Kesehatan Rumah BPU Bersalin Sakit Rumah 10 19 33 Sumber : PODES Thn 2005 1:100000 Skala Rel KA Jalan Batas Pantai Sungai Batas Administrasi Batas Kota Batas Kecamatan Batas Kelurahan Kota Medan Kab. Deli Serdang S e l a t M a l a k a Peta Indeks 98°40 98°35 98°40 98°35 2 ° 3 2 ° 4 5 2 ° 4 2 ° 3 5 2 ° 3 2 ° 3 5 2 ° 4 5 2 ° 4 Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Medan K O T A M E D A N Universitas Sumatera Utara Hasil analisis LQ ketersediaan fasilitas ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lingkungan di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Hasil Analisis LQ menurut fasilitas di Kota Medan No Kecamatan Ekonomi Kesehatan Pendidikan Sosial 1. Medan Belawan 4,36 4,83 4,42 3,94 2. Medan Marelan 4,81 3,77 3,97 3,53 3. Medan Labuhan 5,33 5,16 4,99 4,21 4. Medan Tuntungan 3,64 5,56 4,71 3,51 5. Medan Amplas 2,67 7,62 4,33 3,23 6. Medan Baru 2,83 3,89 3,32 3,93 7. Medan Deli 4,92 14,43 4,02 4,39 8. Medan Denai 17,14 12,99 4,90 3,35 9. Medan Sunggal 8,32 17,71 3,66 4,56 10. Medan Johor 4,41 19,12 4,51 4,12 11. Medan Area 1,88 16,58 4,07 5,25 12. Medan Kota 4,84 19,83 3,43 5,20 13. Medan Maimun 3,96 20,16 3,93 3,33 14. Medan Polonia 4,78 21,80 4,40 5,65 15. Medan Selayang 2,90 19,02 4,61 3,49 16. Medan Helvetia 3,95 18,31 3,56 3,33 17. Medan Petisah 11,54 22,33 2,74 4,42 18. Medan Barat 2,31 19,45 3,92 3,60 19. Medan Timur 1,99 20,45 4,03 4,00 20. Medan Perjuangan 4,86 12,52 4,28 4,50 21. Medan Tembung 6,53 19,29 4,01 3,36 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2011 Kecamatan Denai dan Kecamatan Petisah merupakan pusat pelayanan ekonomi dengan nilai LQ sebesar 17,14 dan 11, 54. Hal ini terlihat dengan jelas di lapangan dengan terpusatnya kegiatan perekonomian di sekitar Jalan Mandala by pass dan Jalan Bhakti pada wilayah Kecamatan Medan Denai dan Jalan Nibung dan Jalan Gatot Subroto pada wilayah Kecamatan Medan Petisah. Untuk fasilitas pendidikan relatif merata, namun kecamatan Labuhan dan Medan Denai memiliki fasilitas yang Universitas Sumatera Utara lebih banyak. Fasilitas sosial banyak terpusat di Kecamatan Polonia, Medan Area, dan Medan Kota, sedangkan fasilitas kesehatan terpusat di Kecamatan Petisah, Medan Polonia,. Medan Timur, dan Medan Maimun. Berdasarkan data peta citra landsat kota Medan tahun 2009, diperoleh gambaran komponen infrastruktur hijau kota Medan. Menurut konsep green infrastructure komponen pembentuknya dipisahkan menjadi 2 dua kelompok, yaitu yang berfungsi sebagai Hubs atau tempat terjadinya proses ekologi dan Links atau bentuk fisik alami yang memanjang seperti koridor sebagai penghubung tempat- tempat pelayanan lingkungan tersebut. Dari hasil identifikasi melalui peta citra landsat dan survey lapangan diperoleh obyek-obyek yang termasuk Hubs dan Links. Hasil klasifikasi menurut kategori yang dijelaskan pada metodologi diperoleh elemen-elemen infrastruktur hijau, yaitu: Hubs 1. Lahan untuk kegiatan usaha: lapangan sepak bola dan golf Hubs olahraga alam terbuka, lokasi penelitian pertanian Hubs pengembangan pertanian. 2. Taman Kota dan Kawasan Lindung: Taman Hutan Kota Sudirman, taman kota Ahmad Yani, Taman Depan Stadion Teladan, Taman depan Ramayana Sisingamangaraja, dan lain-lain Hubs taman kota, kawasan khusus Pramuka di Kecamatan Johor Hubs kawasan budaya dan rekreasi alam terbuka, kawasan konservasi air Hubs kawasan konsevasi air tanah, situ dan sempadannya Hubs cadangan air. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.5. Stadion Teladan Medan Gambar 5.6. Taman di Depan Lapangan Stadion Teladan Medan Universitas Sumatera Utara Links 1. Koridor konservasi: jaringan sungai links koridor konservasi 2. Keterkaitan lanskap: sempadan jalan tol links jalan, sempadan rel kereta api links rel kereta api. Gambar 5.7. Sempadan Jalan Tol Belmera Universitas Sumatera Utara Gambar 5.8. Sempadan Rel Kereta Api Selanjutnya dilakukan identifikasi pada masing-masing elemen infrastruktur hijau. Kawasan konservasi alam yang dimiliki Kota Medan adalah Taman Hutan Kota yang terletak di kecamatan Medan Polonia dengan luas 1,21 hektar. Pada tahun 2010 telah dilakukan penataan kembali Taman Hutan Kota tersebut agar dapat berfungsi juga sebagai tempat penelitian dan sarana rekreasi selain fungsi ekologis. Letaknya juga sangat strategis untuk digunakan sebagai penyeimbang iklim mikro, tetapi perlu dilakukan pengamanan yang tegas agar tidak dirusak. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.9. Taman Ahmad Yani Penutupan lahan pada Taman Hutan Kota tersebut masih relatif baik dan didominasi oleh pohon-pohon strata B dimana ketinggian pohon berkisar 14-18 meter dengan kanopi pohon yang cenderung terbuka. Jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan ini, selain tumbuhan alami juga terdapat jenis mahoni Swietenia mahagoni dan kecrutan Spathodea campanulata sebagai hasil kegiatan penghijauan Pemrintah Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.10. Taman Hutan Kota Sudirman Selain Taman Hutan Kota Sudirman, Kota Medan memiliki beberapa buah taman kota yang cukup besar, yang pertama adalah Taman Ahmad Yani di Kecamatan Medan Baru seluas 14,453 m², dan Taman depan Stadion Teladan 1,950 Ha di Kecamatan Medan Kota. Kedua obyek tersebut dimasukkan ke dalam taman kota karena keduanya didominasi oleh elemen-elemen vegetasi berupa pohon, semak dan tanaman hias serta danaukolam yang ditata secara baik. Keduanya kawasan tersebut juga memiliki multi fungsi, yaitu: edukatif, rekreatif dan ekologis. Hasil identifikasi peta citra landsat tahun 2005 situ atau danau di Kota Medan sebanyak 1 buah dengan. Hasil perhitungan dengan menggunakan SIG diperoleh luas sempadan situ tersebut adalah seluas 328 M². Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Keppres No.32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, garis sempadan waduk, situ dan danau ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dengan lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi fisiknya. Namun yang terjadi pada situ-situ di Kota Medan cukup mengkhawatirkan, dimana terjadi degradasi keberadaan situ-situ tersebut dengan berbagai permasalahan yang timbul, sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Beberapa hal yang dapat diidentifikasi di lapangan terhadap kerusakan situ-situ tersebut, antara lain: terjadi pendangkalan situ; menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah; dikelilingi bangunan yang terlalu dekat dengan situ; ditumbuhi oleh tanaman air seperti eceng gondok; dan lain-lain. Lapangan olahraga di tempat terbuka merupakan salah satu ekosistem yang khas dan merupakan pengembangan potensi alam yang asli menjadi bentuk-bentuk yang lebih tertata. Lapangan sepak bola khususnya memberikan pengaruh yang baik terhadap lingkungan selain fungsi utamanya sebagai sarana berolah raga masyarakat kota. Lapangan sepak bola memiliki luasan yang cukup signifikan dan kompak, sehingga dimasukkan sebagai salah satu komponen infrastruktur hijau. Hasil identifikasi dari peta citra landsat menunjukkan bahwa terdapat beberapa lapagan bola di Kota Medan dengan luas totalnya adalah 8,92 Ha dan lapangan golf seluas 28,82 Ha. Berdasarkan analisis peta citra landsat dan orientasi di lapangan dapat diidentifikasi tempat penelitian pertanian dengan luas sekitar 10,88 Ha. Lokasi Universitas Sumatera Utara tersebut menjadi cukup strategis karena terletak di tengah-tengah pemukiman padat di Kecamatan Medan Johor. Selain itu lokasi tersebut dimiliki oleh pemerintah, sehingga diharapkan tidak dialih fungsikan dan telah dibatasi dengan pagar tembok untuk mengantisipasi okupsi oleh masyarakat sekitar. Hasil identifikasi melalui peta citra landsat, data statistic dan survey lapangan diperoleh obyek-obyek yang termasuk Links adalah: sungai dan sempadannya, sempadan rel kereta api, dan sempadan jalan. Kota Medan dilalui oleh dua sungai besar yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura. Kedua sungai tersebut mengalir dari arah selatan ke utara dengan beberapa anak sungai. Pada beberapa tempat kondisi sempadan sungai sangat mengkhawatirkan karena dipenuhi oleh bangunan dan banyak sampah. Hal ini telah terbukti dapat mengakibatkan banjir di Kota Medan karena air tidak dapat mengalir dengan semestinya, terutama di bagian utara dengan ketinggian mancapai 1,5 meter. Berdasarkan Perda No.18 tahun 2003 telah ditetapkan bahwa garis sempadan sungai di Medan sepanjang 15 meter dari tepi sungai. Hasil perhitungan SIG, diperkirakan luas sepadan sungai yang terdapat Kota Medan adalah seluas 44 Ha. Kondisi sempadan sungai dapat dilihat pada Gambar 5.11 dan 5.12 berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 5.11. Sempadan Sungai Babura Universitas Sumatera Utara Gambar 5.12. Sempadan Sungai Deli Jaringan jalan merupakan fasilitas publik yang merupakan urat nadi pendukung kehidupan masyarakat. Sempadan jalan merupakan daerah di kanan kiri jalan, yang dapat dimanfaatkan untuk jalur hijau dan sarana untuk pejalan kaki. Potensi sempadan jalan untuk dijadikan infrastruktur hijau cukup tinggi, karena banyaknya jaringan jalan di Kota Medan. Berdasarkan perhitungan dengan software SIG diperoleh luas sempadan jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau dengan luas total 106,09 hektar. Kawasan konservasi air diperoleh berdasarkan hasil penelitian Radnawati 2005, hasil penelitian tersebut menentukan wilayah-wilayah sebagai daerah konservasi air dengan kriteria rendah sampai sangat tinggi, yang umumnya berupa sawah dan sebagian kecil berupa kawasan pertanian. Daerah tersebut harus dilindungi sebagai daerah yang tidak boleh dibangun untuk menjaga tata air dan mencegah bahaya banjir serta kekurangan air bersih. Wilayah yang termasuk kriteria sangat tinggi secara umum berupa sawah atau daerah rawa-rawa, yang selanjutnya dengan menggunakan peta citra landsat dilakukan deliniasi terhadap tutupan lahan yang masih memungkinkan dipertahankan sebagai daerah konservasi air, yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai elemen infrastruktur hijau. Daerah yang terpilih merupakan daerah yang kompak dan mempunyai luasan yang cukup signifikan untuk ditetapkan sebagai infrastruktur hijau yaitu 549 Ha. Universitas Sumatera Utara Penyusunan rencana infrastruktur hijau menggunakan data-data dan informasi hasil analisis di atas. Lanskap wilayah kota Medan yang memiliki kekhasan tersendiri, baik yang berupa area ataupun jalur memanjang disatukan dalam suatu system sebagai daerah yang alami sebagai penyeimbang lingkungan kota. Proses penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada standard dan kriteria yang dijelaskan pada metodologi. Elemen-elemen yang berpotensi untuk dijadikan infrastruktur hijau telah diidentifikasi melalui peta citra landsat, data statistic dan peta-peta tematik serta informasi lainnya. Selanjutnya dilakukan indentifikasi elemen-elemen infrastruktur hijau berupa Hubs, atau lokasi-lokasi yang berpotensi sebagai elemen infrastruktur hijau. Elemen- elemen yang teridentifikasi berpotensi menjadi infrastruktur hijau berdasarkan kriteria, yaitu: 1. Areal konservasi adalah: Sungai Deli dan Sungai Babura 2. Kawasan yang dapat ditingkatkan menjadi elemen infrastruktur hijau, yaitu: lapangan golf, taman kota, lokasi penelitian pertanian di Kecamatan Medan Johor dan danau Limboto. 3. Kawasan baru yang berpotensi untuk dijadikan elemen infrastruktur hijau, yaitu: kawasan konservasi air dan kawasan yang merupakan fungsi khusus seperti Perkemahan Pramuka di Kecamatan Medan Johor, Paskhas Angkatan Udara di Kecamatan Medan Polonia yang saat ini dalam kondisi terlantar menjadi tanah kosong. Universitas Sumatera Utara Identifikasi juga dilakukan pada obyek-obyek memanjang yang alami Links. Links merupaka lanskap alami yang menghubungkan elemen-elemen infrastruktur hijau dalam suatu network. Secara prinsip semakin banyak network yang terbentuk sistem infrastruktur hijau akan semakin baik. Namun harus dipikirkan juga kelangsungan keberadaan links tersebut untuk masa yang akan datang. Untuk itu links harus dapat dijaga dan dikonservasi, karena ketahanan sistem infrastruktur hijau tergantung keberadaan links tersebut. Karena pertimbangan tersebut, maka links yang dipilih adalah daerah-daerah yang memang sudah ditetapkan sebagai daerah terbuka hijau dalam bentuk wilayah yang memanjang dan didukung oleh peraturan. Hasil identifikasi links yang terdapat di Kota Medan adalah: wilayah sempadan sungai, sempadan rel kereta api, dan sempadan jalan jalan tol, jalan primer, jalan sekunder dan jalan kolektor primer. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.13. Sempadan Jalan Kondisi Links tersebut saat ini masih harus ditingkatkan agar dapat berfungsi sebagai network dan selanjutnya menjadi infrastruktur hijau yang berfungsi secara optimal. Wilayah-wilayah tersebut harus ditata dan dikelola. Pusat kegiatan kota dan subpusat kegiatan kota yang terlihat pada peta Hubs dan Links memberikan gambaran letak pusat pelayanan, terutama dari aspek ekonomi dan sosial. Sebagaimana konsep pengembangan kota, maka letak fasilitas lingkungan dalam hal ini infrastruktur hijau harus dapat melayani kota baik dari segi luasan yang memadai, jarak maupun akses oleh masyarakat kota. Hasil analisis luasan infrastruktur hijau yang teridentifikasi disajikan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Komponen-komponen Infrastruktur Hijau Kota Medan No. Jenis Luasan Ha Luasan Ha 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8 9. 10 Taman Hutan Kota dan Taman Kota Pemakaman Sempadan sungai Lapangan rumput Sepak bola, golf, Lapangan Benteng Merdeka Kawasan Khusus Perkemahan Pramuka Paskhas AU, AD, AL Jaringan Jalan Jalur Tirtanadi Polonia dan sekitarnya USU dan sekitarnya Konservasi Air 22,1 34,7 - - 24,4 - - 22,1 34,7 44 38,96 7,31 24,4 12,1 106,09 6,8 342 16,26 549 Jumlah 79,2 1.203,72 Sumber: Dinas Pertamanan Kota Medan, 2011 Peta Citra Landsat Universitas Sumatera Utara Total luas infrastruktur hijau yang dibuat adalah 1.203,72 hektar atau sekitar 4,54 dari luas wilayah Kota Medan. Jika berdasarkan UU Penataan Ruang dikatakan bahwa luas RTH suatu wilayah kota harus memenuhi 30 20 RTH Publik dan 10 RTH Privat. Sehingga bila berdasarkan UU Penataan Ruang tersebut masih kekurangan 25,46 tetapi jika berdasarkan RTH Publik Pemerintah Kota Medan masih kekurangan infrastruktur hijau sebesar 15,46, maka hal ini akan dapat dipenuhi dengan menambahkan taman-taman di lingkup kecamatan, kelurahan atau lingkungan. Selain itu kawasan tegalan dan kebun masyarakat yang relatif menyebar mengikuti penyebaran permukiman juga merupakan komponen RTH yang cukup banyak di Kota Medan. Peranan Pemerintah Kota Medan diharapkan dapat mengembangkan ruang terbuka hijau pada wilayah Kecamatan yang masih memiliki ruang terbuka cukup besar seperti kawasan Medan Utara. Pembangunan Kota Medan selama ini diarahkan pada pusat-pusat kota sehingga menyebabkan pusat Kota Medan mengalami luasan kawasan terbangun yang cukup besar sehingga luasan ruang terbuka hijau sangat rendah. Dengan demikian diharapkan arah pembangunan Kota Medan dapat dilaksanakan ke wilayah- wilayah kecamatan yang belum berkembang atau masih memiliki luasan lahan terbuka yang cukup besar dengan mempertimbangkan infrastruktur hijau. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya Kota Medan memiliki potensi lanskap wilayah yang dapat dikembangkan sebagai infrastruktur hijau. Pemanfaatan area-area alami yang ada berupa taman, danau, lapangan olahraga, kebun, sawah dan Universitas Sumatera Utara lainnya sebagai kantong-kantong kehidupan yang memiliki ekosistem yang khas dan alami atau dalam konsep green infrastructure dikenal sebagai Hubs. Selain itu perlu dilakukan usaha untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsi koridor-koridor hijau berupa: sungai dan sempadannya, jalan dan jalur tirtanadi sebagai penghubung rantai kehidupan makhluk hidup dari satu kantong ke kantong lainnya. Kombinasi tempat- tempat alami tersebut menjalin suatu network yang memperkokoh keberlangsungan system kehidupan dan sebagai penyeimbang lingkungan kita. 5.3. Program Penerapan Infrastruktur Hijau Sebagaimana struktur AHP yang telah dijelaskan pada metodologi, kemudian dibuat analisis secara berpasangan terhadap faktor-faktor yang telah ditetapkan dan berpengaruh terhadap tujuan yang ingin dicapai yaitu diterapkannya konsep infrastruktur hijau tersebut di lapangan. Responden yang dipilih berjumlah 10 orang dan memiliki latar belakang profesi dan pendidikan yang berbeda-beda. Responden terdiri atas: pejabat pemerintah 2 orang, pengelola kawasan hijau 2 orang, pengembang 2 orang, tokoh masyarakat 2 orang masyarakat umum 2 orang. Hasil analisis yang dilakukan menggunakan software Expert Choice menghasilkan sebagai berikut: Pada tingkat tujuan, kriteria penigkatan kesadaran masyarakat memiliki bobot yang tertinggi yaitu sebesar 0.597 atau 59,7, ini berarti kriteria tersebut lebih diinginkan 2 kali lebih besar dibandingkan kriteria penegakkan peraturan 29.3 dan Universitas Sumatera Utara hampir enam kali lebih besar dibandingkan kriteria penyediaan anggaran 11 seperti yang dijelaskan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Prioritas Strategi Penerapan Infrastruktur Hijau Menurut Kriteria Kriteria Prioritas Penyediaan Anggaran Penegakan Peraturan Peningkatan Kesadaran Masyarakt 0,110 0,293 0,597 Nilai Inconsitency = 0,01 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Nilai Inconsistency menunjukkan bahwa jawaban yang diberikan oleh responden cukup konsisten karena nilainya kurang dari 0.01. Pada tahap selanjutnya, dari hasil sintesis terhadap prioritas alternatif diperoleh nilai-nilai seperti yang disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Hasil Sintesis Prioritas Alternatif Program yang Dipilih Kriteria Prioritas Melaksanakan Revegetasi Melakukan Penertiban Menetapkan Sebagai Kawasan Lindung 0,135 0,252 0,613 Nilai Inconsitency = 0,01 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Hasil sintesis menunjukkan bahwa alternatif “menetapkan sebagai kawasan lindung” adalah yang paling dikehendaki oleh masyarakat stakeholder dengan bobot sebesar 61.3 . Alternatif ini dua kali lebih diinginkan dibanding alternatif melakukan penertiban 25.2 dan hampir lima kali lebih diinginkan dibandingkan dengan alternatif melaksanakan revegetasi 13.5. Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan proses pembandingan alternatif kegiatan yang diinginkan menurut kriteria yang digunakan disajikan pada Tabel 5.9. Pada ketiga kriteria yang digunakan, alternatif “menetapkan sebagai kawasan lindung” adalah yang paling diinginkan, dengan nilai bobot masing-masing 72.9 untuk kriteria penyediaan anggaran, 60.4 untuk kriteria penegakkan peraturan dan sebesar 59.7 untuk kriteria peningkatan kesadaran masyarakat. Sehingga berdasarkan hasil proses analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kota Medan yang dalam hal ini diwakili dengan 10 sepuluh orang responden yang mewakili stakeholder yang ada, untuk dapat menerapkan infrastruktur hijau perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat dengan prioritas altenatif program menetapkan infrastruktur hijau tersebut sebagai kawasan lindung. Alternatif program melakukan penertiban dan melaksanakan revegetasi dianggap tidak lebih penting daripada menetapkan sebagai kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. Prioritas Alternatif Menurut Kriteria Penyediaan Anggaran Inconsistency = 0,01 Penegakan Peraturan Inconsistency = 0,01 Peningkatan Kesadaran Masyarakat Inconsistency = 0,01 Melaksanakan Revegetasi 0,107 0,108 0,153 Melakukan Penertiban 0,164 0,288 0,250 Menetapkan Sebagai Kawasan Lindung 0,729 0,604 0,597 Sumber: Hasil Analisis, 2011 Universitas Sumatera Utara Untuk mewujudkan tata lingkungan yang baik dan sesuai kondisi serta potensi fisik Kota Medan, perlu usaha yang keras dan berkesinambungan. Selain prioritas program yang harus dilakukan, pemerintah daerah juga harus mempunyai rencana induk dalam pengelolaan lingkungan. Rencana infrastruktur hijau dapat dijadikan dasar secara makro untuk menata pemanfaatan ruang di wilayah kota, sehingga dapat ditentukan dimana harus dilakukan pembangunan dan lokasi-lokasi yang tidak boleh dibangun. Penetapan infrastruktur hijau juga merupakan strategi dari pengelola kota untuk mencegah derasnya konservasi lahan terbuka menjadi kawasan terbangun yang selalu menjadi permasalahan klasik dalam pengembangan kota. Proses pembangunan yang cepat dan derasnya arus urbanisasi mengakibatkan peningkatan luas kawasan terbangun. Pengendalian konservasi lahan terbuka sangat diperlukan, agar tidak melebihi daya dukung wilayah yang dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekosistem kota. Hasil interpretasi peta citra landsat tahun 2009 diperoleh bahwa luas kawasan terbuka adalah sebesar 12.413,54 Ha 53,17 dari luas kota Medan. Hal ini berarti bahwa Kota Medan masih memiliki potensi ruang terbuka yang dapat dikembangkan. Meskipun kondisinya relatif menyebar secara sporadis atau terpencar dalam luasan yang cukup luas dan cenderung terfragmentasi. Daya dukung wilayah Kota Medan untuk jumlah penduduk diperkirakan sebesar 2.248.707 jiwa yang diprediksi akan hamper tercapai sekitar tahun 2014. Universitas Sumatera Utara Jumlah ini merupakan kapasitas maksimal Kota Medan untuk menampung penduduk dan apabila melebihi maka akan terjadi ketidak seimbangan dan menimbulkan permasalahan yang kompleks. Jika menurut standar bahwa harus terdapat minimal 2 Ha ruang terbuka hijau yang berkualitas sebagai infrastruktur hijau per 1000 penduduk, maka Kota Medan membutuhkan 4,497 hektar infrastruktur hijau agar tetap sustain. Infrastruktur hijau tersebut juga dapat dipandang sebagai ruang terbuka hijau yang harus ada pada wilayah kota. Sesuai peraturan besarnya minimal 30, sehingga di Kota Medan harus ada minimal seluas 7.953 Ha, maka angka tersebut dapat dipenuhi dengan menambahkan ruang terbuka hijau lainnya, seperti: taman kecamatan, taman kelurahan, taman lingkungan, pekarangan, tempat pemakaman umum, sempadan jalan lokal atau ruang terbuka lainnya yang berukuran lebih kecil. Pemerintah masih menganggap bahwa infrastruktur fisik lebih penting dibandingkan dengan infrastruktur hijau. Pemerintah masih beranggapan bahwa infrastruktur hijau tidak perlu dijaga dan dikelola, sehingga pemerintah kurang mengalokasikan anggaran untuk pengelolaannya dan cenderung membiarkannya terlantar. Pengelolaan infrastruktur hijau selama ini lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta atau masyarakat. Seharusnya pemerintah dapat memberikan insentif kepada pihak-pihak yang turut menjaga lingkungan guna mencegah terjadinya konversi lahan terbuka menjadi kawasan terbangun, seperti: pengelola sarana olahraga dan wisata di kawasan terbuka, serta petani. Pemerintah daerah merupakan pihak yang paling Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan kota dan harus dapat mengelolanya terutama pengelolaan kawasan yang bersifat publik. Pengaturan kelembagaan yang menangani ruang terbuka juga diperlukan, agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan antar instansi, karena saat ini instansi yang terkait dengan pengurusan ruang terbuka cukup banyak, namun belum terjadi koordinasi dan kerjasama yang efektif dan efisien. Komponen-komponen infrastruktur hijau memiliki karakteristik yang spesifik, maka diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam pada masing- masing komponen. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi dan kualitas komponen infrastruktur hijau dalam melayani masyarakat. Kota Medan sebagai bagian dari perencanaan wilayah Mebidang Medan- Binjai-Deli Serdang harus dapat berperan secara optimal. Peranan sebagai daerah konservasi tanah dan air yang telah ditetapkan harus dapat diwujudkan dan diterapkan dalam perencanaan-perencanaan kota yang dibuat. Penataan lingkungan Kota Medan juga terintegrasi dengan wilayah-wilayah di sekitar kota Medan. Kota Medan akan terus tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu diperlukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang. Kecendrungan pertambahan jumlah penduduk akan mendorong terkonversinya lahan-lahan terbuka menjadi kawasan terbangun. Diharapkan dengan terbentuknya network infrastruktur hijau tersebut, di masa yang akan datang masih terdapat ruang terbuka hijau yang berkualitas dan berfungsi secara optimal sebagai Universitas Sumatera Utara infrastruktur hijau yang melayani kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis kecendrungan kawasan terbangun, pada tahun 2040 Kota Medan hampir seluruhnya menjadi ruang terbangun. Rencana infrastruktur hijau tersebut diharapkan menjadi bagian dari perencanaan tata ruang kota dan saling melengkapi dengan perencanaan infrastruktur fisik. Kedua infrastruktur tersebut diharapkan mampu berperan untuk mendukung kehidupan masyarakat kota untuk mencapai kemajuan ekonomi yang baik dan secara sosial dapat diterima oleh semua pihak serta lingkungan kota yang semakin baik Smart Growth. Hal ini untuk mewujudkan sebuah kota yang nyaman dan berkelanjutan. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN