Identifikasi Kondisi Eksisting Penyusunan Rencana Infrastruktur Hijau

t = selisih tahun pengambilan data q = selisih antara tahun ke n dengan tahun awal Pt+q = prediksi jumlah penduduk tahun ke n jiwa Data tahun 2003-2009, X1=2003, X2=2006, X3=2009 Ketiga, dilakukan perhitungan keseimbangan pembiayaan pembangunan infrastruktur. Infrastruktur dipisahkan menjadi infrastruktur yang bersifat fisik grey infrastructure dan infrastruktur lingkungan green infrastructure. Analisis tersebut akan memberikan perbandingan pembiayaan yang dikeluarkan pemerintah daerah Kota Medan untuk kedua infrastruktur tersebut berdasarkan APBD Kota Medan.

3.3.2. Identifikasi Kondisi Eksisting

Identifikasi dilakukan dengan menggunakan foto udara, dan data statistik. Obyek-obyek yang terdapat pada peta-peta tematik dan data statistik diidentifikasi dan dideliniasi pada foto udara dengan menggunakan software-software pengolahan data Sistem Informasi Geografis SIG, seperti: Arc View, Hasil identifikasi berupa peta sebaran, distribusi, proporsi, luas dan penggunaan ruang terbuka.

3.3.3. Penyusunan Rencana Infrastruktur Hijau

Analisis Location Quotient LQ dimaksudkan untuk mengetahui pusat-pusat pelayanan lingkungan, dalam hal ini mengidentifikasi infrastruktur hijau yang ada di Kota Medan berdasarkan data statistik. Selanjutnya ditentukan hirarki pelayanan lingkungan dengan melihat ada dan tidaknya infrastruktur lingkungan di wilayah tertentu dengan menggunakan data statistik pada buku Medan Dalam Angka. Menurut Warpani 1980, perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara LQ = SiNi = SiS SN NiN Di mana: Si = jumlah fasilitas lingkungan di daerah i S = jumlah seluruh fasilitas di daerah i Ni = jumlah fasilitas lingkungan di seluruh Kota Medan N = jumlah seluruh fasilitas di wilayah Kota Medan Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor tertentu. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji dan ditilik kembali menggunakan teknik analisis yang lain. Analisis skalogram digunakan untuk mengetahui hirarki wilayah dan menentukan daerah yang menjadi daerah layanan dari infrastruktur yang ada serta dapat diketahui jumlah dan jenis infrastruktur yang ada. Skalogram yang digunakan adalah yang sederhana tanpa pembobotan. Hirarki wilayah ditentukan oleh jumlah dan jenis fasilitas lingkungan yang ada di wilayah tertentu. Analisis ini dimaksudkan untuk membantu identifikasi karakteristik wilayah, sehingga diketahui wilayah mana yang memiliki potensi berkembangnya suatu jenis fasilitas lingkungan atau wilayah mana yang menjadi pusat fasilitas lingkungan. Kawasan konservasi air diperoleh dari hasil penelitian Radnawati 2005 dengan mempertimbangkan faktor-faktor: curah hujan, penggunaan lahan, lereng, jenis tanah dan geologi. Hasil analisis ini diperoleh kawasan konservasi air dengan kriteria sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Wilayah terpilih untuk pengembangan infrastruktur hijau adalah wilayah dengan criteria sangat tinggi yang merupakan ruang terbuka dengan luasan yang signifikan dan kompak. Universitas Sumatera Utara Hasil tersebut selanjutnya ditelaah kembali dengan menggunakan foto udara untuk memperoleh wilayah-wilayah yang layak untuk dijadikan kawasan konservasi air dan terintegrasi dengan sistem infrastruktur hijau yang akan dibuat. Selanjutnya, dilakukan analisis melalui foto udara untuk menentukan obyek- obyek yang berpotensi sebagai Hubs dan Links. Selain menggunakan peta citra tahun 2005 dan 2009, analisis ini juga didukung oleh peta-peta tematik lainnya seperti: Peta Penggunaan Lahan, dan Peta RTRW Kota. Analisis tersebut menggunakan software-software pengolahan data penginderaan jauh SIG, seperti: Arc View, dan lain-lain. Untuk mengidentifikasi penutupan lahan, sebaran, luasan dan sebagainya yang berkaitan dengan perhitungan dan pembuatan peta-peta. Penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau berdasarkan standar luasan dan letak menurut English Nature Greenspaces Davies et al.2006 adalah: 1. Paling sedikit terdapat ruang terbuka seluas 2 Ha untuk jarak 300 meter dari lokasi pemukiman. 2. Paling sedikit terdapat ruang terbuka hijau seluas 2 Ha per 1000 jiwa penduduk. 3. Paling sedikit terdapat satu buah ruang terbuka seluas 20 Ha dengan jarak 2 Km dari pemukiman. 4. Paling sedikit terdapat satu buah ruang terbuka seluas 100 Ha dengan jarak 5 Km dari pemukiman. 5. Paling sedikit terdapat satu buah ruang terbuka seluas 500 Ha dengan jarak 10 Km dari pemukiman. Universitas Sumatera Utara 6. Ruang terbuka yang berdekatan saling terhubung, sedangkan prioritas dan pengembangan ditentukan oleh perencanaan dan stakeholder di tingkat lokal. Kriteria yang digunakan dalam penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau adalah: 1. Konteks: kebutuhan, keinginan, aspirasi dan masalah dari kelompok atau individu sebagai pertimbangan untuk melakukan konservasi, merubah atau membangun. 2. Kualitas: berdasarkan standar kecukupan dan kenyamanan pelayanan lingkungan yang diberikan. 3. Interaksi: mempunyai multi fungsi sebagai network yang bersinergis antara supply dan demand. Selain itu syarat suatu area ditetapkan sebagai hub adalah area yang terikat dalam network infrastruktur hijau dan memberikan tempat atau persinggahan untuk kehidupan liar dan tempat berlangsungnya proses-proses ekologi. Hubs dapat dalam bentuk apa saja dengan berbagai ukuran, dengan klasifikasi sebagai berikut Williamson, K. 2003: a. Cadangan alami Reserves, yaitu areal konservasi yang luas seperti Taman Nasional, taman yang dikelola oleh pemerintah, dan daerah perlindungan satwa liar. b. Lanscape alami yang ditata Manage native lanscapes, yaitu lahan milik yang dimanfaatkan oleh orang banyak, seperti hutan negara atau hutan kota, dikelola untuk ekstraksi sumberdaya alam dan nilai rekreasi. Universitas Sumatera Utara c. Lahan untuk kegiatan usaha Working Lands, seperti: pertanian pada tanah milik, hutan, lading penggembalaan yang dikelola untuk produksi komoditi yang didominasi oleh kawasan yang tidak dibangun. d. Taman-taman kota dan kawasan lindung Parks and open space area, dalam jumlah yang lebih kecil menyebar sebagai ekologi wilayah yang penting, termasuk taman rekreasi, lapangan golf. e. Lahan terbuka yang dalam kondisi rusak, tanah terbuka, lahan bekas pertambangan, dan semak Recycled Lands yang dapat diperbaiki untuk menyediakan pelayanan lingkungan yang lebih baik. Penentuan suatu area sebagai Hubs sangat tergantung oleh tujuan yang ingin diperoleh masyarakat kota. Karena itu ukuran dan criteria Hubs sangat ditentukan oleh fungsi minimum yang diberikan area tersebut, hasil dari studi secara ilmiah yang spesifik. Misalnya berapa luas area dan kondisi biogeofisik yang diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang baik, kualitas udara yang baik, atau habitat yang sesuai untuk burung, dan lain-lain. Pada penelitian ini analisis kecukupan elemen infrastruktur hijau hubs menggunakan standar luas area yang diacu dari English Nature Greenspaces melalui teknik analisis buffering. Secara umum syarat bagi masing-masing hubs menurut tujuannya adalah: a. Hubs konservasi keanekaragaman hayati: memiliki kekayaan jenis tumbuhan atau satwa liar yang spesifik dan langka. b. Hubs konservasi air: berdasarkan analisis biogeofisik wilayah tersebut sangat penting untuk menjaga kestabilan proses hidrologi dan tata air. Universitas Sumatera Utara c. Hubs cadangan air: memiliki kantung-kantung penyimpanan air berupa danau, waduk, situ, rawa atau lainnya dan wilayah yang melindunginya. d. Hubs taman kota: memiliki karakteristik alami yang ditata secara baik dengan perpaduan unsur-unsur alami dan buatan yang dapat melayani penduduk kota. e. Hubs olahraga alam terbuka: wilayah yang didominasi unsur alami dan berfungsi sebagai sarana olah raga di alam terbuka. f. Hubs pengembangan pertanian: wilayah yang berkaitan dengan kegiatan pertanian secara luas yang didominasi oleh lahan terbuka. g. Hubs restorasi lahan: merupakan lahan-lahan terbuka yang rusak atau terdegradasi yang dapat dikembangkan untuk memberikan layanan lingkungan bagi masyarakat kota. h. Hubs kawasan budaya dan rekreasi: kawasan untuk kegiatan budaya yang didominasi unsur-unsur alam dan berfungsi juga sebagai tempat rekreasi alam terbuka. Sedangkan syarat sebagai Links, merupakan koridor alam yang menghubungkan sistem ekologi secara terintegrasi dan dapat membuat network infrastruktur hijau berfungsi, yang dibatasi oleh ukuran, fungsi dan kepemilikan, dengan klasifikasi sebagai berikut Williamson, K. 2003: a. Koridor konservasi Conservation Corridor, dengan jumlah yang lebih kecil dan menyebar secara linear pada kawasan lindungkonservasi seperti: sungai, koridor irigasi yang memberikan keuntungan biologis untuk hidupan liar dan rekreasi. Universitas Sumatera Utara b. Jalur hijau Green Belts, koridor yang dilindungi dari lahan yang dikelola untuk konservasi sumber daya alam atau penggunaan untuk rekreasi, lahan alami atau lahan untuk suatu kegiatan yang dilindungi yang memberikan layanan sebagai framework untuk pembangunan dan sekaligus juga perlindungan ekosistem alam atau lahan pertanian, atau batas desa dan kota. c. Hubungan-hubungan lanskap areal alami yang dilindungi dan menghubungkan taman-taman yang ada, kawasan lindung atau areal alami lainnya, dan menyediakan lahan yang cukup bagi tumbuhan dan hewan secara alami untuk tumbuh dan berkembang sebagai koridor yang menghubungkan ekosistem dan lanskap. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah secara prinsip rencana infrastruktur yang dibuat harus mempertimbangkan bagaimana untuk meningkatkan kualitas lingkungan, kualitas hidup dan kualitas lokasi dengan memusatkan perhatian pada ruang terbuka hijau, links dan network ruang terbuka tersebut. Selain itu juga pertimbangan bagaimana mengantisipasi tekanan pembangunan dan implikasi skenario pembangunan pada ruang terbuka eksisting, akses ruang terbuka dan infrastruktur hijau yang lebih luas.

3.3.4. Prioritas Program untuk Penerapan Rencana Infrastruktur Hijau