c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan.
e. Atur posisi pasien yaitu dengan posisi dorsal recumbent
f. Pakai sarung tangan disposibel
g. Lakukan pengukuran volume urin pada kantong urin.
h. Kosongkan kantong urin.
i. Klem selang kateter sesuai dengan program selama 1 jam yang memungkinkan
kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi, supaya meningkatkan volume urin residual.
j. Anjurkan klien minum 200-250 cc.
k. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih setelah 1 jam.
l. Buka klem dan biarkan urin mengalir keluar.
m. Lihat kemampuan berkemih klien
n. Lepaskan sarung tangan dan merapikan semua peralatan.
2. Konsep Berkemih Pada Anak
2.1. Pengertian berkemih
Berkemih adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ berkemih seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan
air dari darah dalam bentuk urin. Ureter mengalirkan urin ke bladder urin ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Air sisa metabolisme dalam darah difiltrasi oleh ginjal. Darah mengalir sampai ke ginjal melalui arteri renal yang merupakan cabang dari aorta abdomen. Kira-kira darah akan
masuk ke ginjal 20-25 dari kardiak output. Dalam glomerulus ginjal difiltrasi air dan zat-zat lain seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin, dan elektrolit. Glomerulus akan memfiltrasi
Universitas Sumatera Utara
kira-kira 125 mlmenit. Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan sebagai urin, tetapi sebagian zat berupa glukosa, asam amino, sodium, dan potassium kembali ke plasma.
Pengeluaran urin tergantung pada intake cairan. Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi untuk merangsang produks i
eritropoitisetin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada sumsum tulang. Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah pada ginjal. Disamping eritripoitin, ginjal
juga menghasilkan hormon renin yang berfungsi sebagai pengatur aliran darah ginjal pada saat terjadinya iskemia. Renin dihasilkan pada sel juxtagmerulus pada apparatus
juxtagmerulus di nephron. Renin berfungsi sebagai enzim yang berfungsi mengubah angiontensinogen menjadi angiontensin I yang kemudian di ubah diparu-paru menjadi
angiontensin II dan angiontensi III. Angiontensin II berdampak pada vasokontriksi dan menstimulus aldosteron untuk menahanmerentensi air dan meningkatkan volume darah.
Angiontensin III memberikan efek tekanan pada aliran pembuluh darah arteri.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkemih
1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. 2.
Psikologis Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.
3. Kebiasaan Seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak dapat berkemih dengan menggunakan pot urin.
4. Tonus Otot
Berkemih membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
5. Kondisi Penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi
urin. 6.
Pembedahan Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan
menurun. 7.
Respon keinginan awal untuk berkemih Beberapa anak mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan
hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih. Anak ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih daripada normal
.
8. Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan
eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar
kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini
disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
9. Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine jumlah dan karakter Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Masalah-Masalah Berkemih