3. Kebijakan DMO tidak diberlakukan secara konsisten dan banyak pengusaha yang wajib memasok CPO mangkir dari kewajibannya sehingga target pasokan tidak
tercapai. 4. Kebijakan DMO dianggap menurunkan pendapatan industri CPO domestik.
5.2.4. Kebijakan Penghapusan PPN Oleh Pemerintah
Dalam menanggapi kenaikan harga kebutuhan pokok. Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang diharapkan bisa membantu masyarakat untuk memperoleh kebutuhan
pokok tersebut dengan harga yang terjangkau. Untuk kenaikan harga minyak goreng pada akhir Agustus tahun 2007 lalu, pemerintah menyepakati untuk mengalokasikan subsidi
minyak goreng sebesar Rp.325 Milyar untuk kebutuhan subsidi minyak goreng bagi 15,8 juta rumah tangga miskin.
Dalam perencanaan alokasi dana tersebut diberikan kepada masyarakat untuk bulan September, Oktober dan November 2007 dalam bentuk bantuan langsung minyak
goreng pada Operasi Pasar. Namun dalam perjalanan pemberian subsidi tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi beban pembayaran PPN oleh
pengolah minyak goreng curah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118PMK.112007 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Dibayar Oleh Pemerintah Atas
Penyerahan Minyak Goreng Curah Di Dalam Negeri. Hal yang diharapkan adalah agar biaya produksi bisa berkurang sehingga masyarakat bisa mendapatkan harga minyak
goreng yang lebih murah. Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp.300 Milyar sisa dari dana Operasi Pasar untuk pembayaran PPN yang akan ditanggung pemerintah.
Pada Februari 2008 pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk menanggung PPN atas minyak goreng curah PMK No.14PMK.0112008 dan Kemasan PMK
No.15PMK.0112008, Juga menjalankan Operasi Pasar minyak goreng untuk masyarakat miskin selama enam bulan dengan rata-rata subsidi sebesar Rp.2.500.
Dalam pelaksanaannya, pemberian subsidi oleh pemerintah melalui Penghapusan PPN mempunyai banyak kelemahan, diantaranya :
1. Peningkatan pengeluaran anggaran pemerintah karena sumber PPN berasal dari dana APBN dan kehilangan pendapatan yang berasal dari pajak, hal ini tidak
efisien dan efekif bagi keuangan Negara yang semestiya bisa mengalokasikan anggaran untuk hal yang lebih bermanfaat langsung bagi kepentingan masyarakat.
2. Kebijakan penghapusan PPN minyak goreng tidak tepat sasaran, karena hanya pengusaha prosesorminyak goreng yang memperoleh bantuan tersebut secara
langsung, sedangkan bagi masyarakat,bantuan tersbut tidak bisa dirasakan langsung hal ini ditandai dengan tidak turunnya harga minyak goreng di tingkat
eceran untuk masyarakat. 3. Kebijakan penghapusan PPN ini juga dianggap tidak bisa menjaga stabilitas
Negara karena banyak kalangan menganggap penghapusan PPN hanya akan menguntungkan bagi industri hilir minyak goreng disisi lain pemerintah juga
mengeluarkan kebijakan Pungutan Ekspor yang dianggap tidak berpihak pada petani sawit.
Sedangkan pelaksanaan Operasi Pasar yang dilaksanakan sejak September 2007 mempunyai kelemahan seperti :
1. Distribusi minyak goreng tidak merata ditandai dengan tidak semua masyarakat mendapatkan jatah minyak goreng bersubsidi.
2. Jangka waktu pemberian jatah subsidi pada 2007 terlalu singkat sehingga anggaran yang ada tidak tersalurkan seluruhnya.
3. Pelaksanaan Operasi Pasar bukan instrumen untuk menurunkan harga melainkan hanya kebijakan sesaat untuk membantu masyarakat mendapatkan minyak goreng
dengan harga murah dibawah harga pasar. Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menanggung PPN minyak
goreng pada Agustus 2007, harga minyak goreng belum juga turun sebaliknya terus naik. Hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa kebijakan pemerintah
memberikan subsidi atas suatu barang akan membuat harga yang dibayar oleh konsumen akan turun.
Kegagalan pemerintah dalam menurunkan harga minyak goreng dapat dilihat dari Gambar 5.1 Perkembangan Harga Minyak Goreng Curah Sebelum dan Sesudah
Penghapusan PPN.
Gambar 5.1. Perkembangan Harga Minyak Goreng Curah Sebelum dan Sesudah Penghapusan PPN.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah untuk memberikan subsidi tidak bisa efektif untuk membantu masyarakat karena bersifat sementara dan
tidak mampu untuk menurunkan harga.
5.2.5. Kebijakan yang Efektif Untuk Menurunkan Harga Minyak Goreng Curah