Proses Alih Fungsi Lahan

77 Tabel 15 . Penggunaan Hasil Pengalihfungsian Lahan oleh Petani Penggunaan Responden Membeli sawah baru 33,33 Memperbaiki Rumah 20,00 Membeli Alat Transportasi dan modal usaha 20,00 Lainnya 26,67 Jumlah 100,00 Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan Tabel 15 diatas sebesar 33,33 persen petani responden menggunakan hasil penjualan lahannya untuk membeli sawah. Pembelian lahan sawah banyak dilakukan di wilayah Desa Bengle, Desa Pasir Jengkol dengan harga yang lebih murah. Sebanyak 20,00 persen petani responden menggunakannya untuk memperbaiki rumah dan 20,00 persen digunakan untuk membeli alat transportasi dan modal usaha. Pembelian kendaraan berupa motor, mobil, dan angkutan dapat digunakan sebagai sumber mata pencaharian baru dari hasil penjualan lahan. Sisanya, sebanyak 26,67 persen petani menggunakan hasil penjualan lahan untuk membiayai biaya sekolah anak, biaya naik haji, membeli rumah, biaya pernikahan anak dan keperluan lainnya.

6.3.2 Proses Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan pertanian di Desa Kondangjaya berupa lahan sawah. Hal ini terjadi pada kisaran waktu 1997–2011. Sebagian besar lahan yang dialihfungsikan dijadikan sebagai perumahan. Hanya 6,67 persen dari tiga puluh responden yang alih fungsi lahan untuk jasa berupa klinik, bank, kontrakan dan lain-lain. Alih fungsi lahan sawah yang dilakukan petani responden pada dasarnya dapat terjadi secara sukarela ataupun secara terpaksa. Alih fungsi lahan sawah secara sukarela adalah proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh petani atas 78 dasar keinginan dari petani tanpa ada pengaruh dari orang lain. Sedangkan secara terpaksaan adalah proses alih fungsi lahan karena adanya paksaan pihak lain atau pengaruh dari kondisi wilayah. Tabel 16 . Proses Alih Fungsi Lahan Oleh Petani Responden di Kecamatan Karawang Timur Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan Tabel 16 diatas menunjukkan bahwa proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh sebagian besar petani karena terpaksa. Sebenarnya, petani tidak ingin menjual lahannya karena pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok. Namun, akibat adanya bujukan dari makelar calo agar petani mau menjual lahannya sehingga petani terbujuk dan mau menjual lahannya. Hal ini disebabkan karena wilayah ini merupakan daerah pengembangan perumahan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak adanya bargaining position yang dimiliki petani sehingga petanilah yang menjadi sasaran bagi berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Selain itu, lahan sawah yang mereka miliki berdekatan dengan pembangunan perumahan. Dengan adanya pembangunan perumahan di sekitar lahan pertanian menyebabkan terhalangnya saluran irigasi. Terhalangnya saluran irigasi ini mengakibatkan tidak adanya aliran air ke lahan pertanian tersebut. Hal ini mengakibatkan lahan menjadi tidak produktif lagi yang pada akhirnya akan merugikan petani.. Selain itu, ada juga petani yang proses alih fungsi lahan pertaniannya secara sukarela. Hal ini diseabkan karena adanya kebutuhan-kebutuhan petani yang membutuhkan biaya tinggi. Sebesar 43,33 persen responden melakukan alih Proses Responden Persentase Secara Sukarela 13 43,33 Secara Paksaan 17 56,67 Jumlah 30 100,00 79 fungsi lahan karena adanya kebutuhan hidup yang mendesak seperti biaya hidup sehari-hari, biaya sekolah, biaya pernikahan, biaya berobat, biaya naik haji, modal usaha, dan sebagainya.

6.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Alih Fungsi Lahan di Tingkat Petani