92 | P a g e
D. LANDASAN PEMIKIRAN PENGELOLAAN BMN
Landasan-landasan pemikiran
yang digunakan
dalam pengaturan
pengelolaan BMN meliputi: 1. Landasan Filosofi
Hakekat BMND merupakan salah satu unsur penting penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka NKRI untuk mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa
dan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, pengelolaan BMND perlu dilakukan dengan mendasarkan pada perturan
perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan dimaksud.
2. Landasan Operasional Landasan Operasional Pengelolaan BMND lebih berkaitan dengan
kewenangan institusi atau Lembaga PengelolaPengguna Barang milik negara, yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pengelolaan Kekayaan Negara yang bersumber pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 adalah Negara adalah badan penguasa atas barang negara dengan
hak menguasai dan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Instansi pengelolanya adalah instansi pemerintah departemenLPND yang
diberikan wewenang untuk itu. Tanah oleh Badan Pertanahan Nasional, Tambang oleh Departemen Sumber Daya Mineral dan Energi, laut dan
kekayaannya oleh Departemen Kelautan dan sebagainya. Pengaturan atas pengelolaan barang milik negara dalam ruang lingkup ini telah diatur dalam
berbagai undang-undang.
Pengelolaan Barang milik negara yang bersumber pada pasal 23 UUD 1945 adalah Negara sebagai Pemerintah Republik Indonesia yang dapat memiliki
barang atau sesuatu sebagai aset kekayaan pemerintah dengan tujuan untuk menjalankan roda pemerintahan. Instansi pengelola adalah Presiden yang
didelegasikan kepada Menteri Keuangan dan instansi pengguna adalah kementerian negaralembaga.
3. Landasan Yuridis Acuan dasar dalam pengelolaan BMND tertuang dalam UU No. 17 Tahun
2003 dan UU No 1 Tahun 2004, khususnya Bab VII dan Bab VIII pasal 42 sd pasal
93 | P a g e
50. Untuk itu seluruh Peraturan Perundang-undangan yang ada perlu dikaji kembali termasuk penerapannya untuk disesuaikan dengan acuan trsebut di atas.
4. Landasan Sosiologis Rasa ikut memiliki sense of bilonging masyarakat terhadap BMND
merupakan wujud kepercayaan kepada pemerintah yang antara lain diwujudkan dalam bentuk keterlibatannya dalam merawat dan mengamankan BMND dengan
baik. Namun, masih ditemui adanya pandangan sebagian anggota masyarakat bahwa BMN adalah milik rakyat secara bersama, yang diwujudkan adanya usaha-
usaha untuk memanfaatkan dan memiliki BMND tanpa memperhatikan kaidah- kaidah hukum yang berlaku, misalnya penguasaan, penyerobotan, atau penjarahan
tanah-tanah negara. Pengaturan yang memadai mengenai pengelolaan BMND antara lain diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengamanan dan optimalisasi pendayagunaan BMND dengan selalu mendasarkan pada kaidah-kaidah atau ketentuan yang berlaku.
E. AZAS-AZAS PENGELOLAAN BMN