37 | P a g e
mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;
9. memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;
10. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya; 11. melakukan sesuatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
12. menghalangi berjalannya tugas kedinasan; 13. membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena
kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain; 14. bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantorinstansi Pemerintah; 15. memiliki sahammodal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam
ruang lingkup kekuasaannya; 16. memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam
ruang lingkup kekuasaannya tetapi yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung
atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan; 17. melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan,
menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan ruang IVa ke atas atau yang memangku
jabatan eselon I; 18. melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan
tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980 Tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diubah dengan PP No.53 Th 2010
B. Ketentuan mengenai Sanksi Administratif
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundangundangan pidana, Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.
38 | P a g e
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; dan c. hukuman disiplin berat.
2. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari: a. tegoran lisan;
b. tegoran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
3. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari: a. penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 satu tahun;
b. penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 satu tahun; dan
c. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 satu tahun. 4. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:
a. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 satu tahun;
b. pembebasan dari jabatan; c. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
Pegawai Negeri Sipil; dan d. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
C. Prosedur Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman
1. Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu Pegawai Negeri Sipil yang disangka melakukan
pelanggaran disiplin itu. 2. Pemeriksaan dilakukan:
a. secara lisan, apabila atas pertimbangan pejabat yang berwenang menghukum, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan akan dapat mengakibatkan ia dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin, sebagaimana nomor B.3 diatas.
b. secara tertulis, apabila atas pertimbangan pejabat yang berwenang menghukum, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil
39 | P a g e
yang bersangkutan akan dapat mengakibatkan ia dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin, sebagaimana nomor B.4 diatas.
c. Pemeriksaan Pegawai Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran
disiplin, dilakukan secara tertutup. D. Pengertian Ganti Rugi dan Tuntutan Ganti Rugi berdasar UU No.1 2004
Pasal 59:
1 Setiap kerugian negaradaerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2 Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti
kerugian tersebut. 3 Setiap pimpinan kementerian negaralembagakepala satuan kerja perangkat
daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negaralembagasatuan kerja perangkat daerah
yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.
E. Prosedur dan ketentuan Ganti Rugi UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN dan Peraturan Pelaksanaannya
Dalam sengketa Tata Usaha Negara, putusan Pengadilan yang mengabulkan permohonan tergugat yang berisi antara lain pencabutan atau pembatalan
Keputusan TUN yang disengketakan, dan dalam hal segketa Kepegawaian ada juga pemberian Rehabilitasi dan Ganti Rugi, maka hal-hal mengenai Ganti Rugi diatur
dalam:
Pasal 120
1 Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan kepada penggugat dan tergugat dalam waktu tiga hari setelah putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 2 Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban membayar ganti rugi
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dikirimkan pula oleh Pengadilan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dibebani kewajiban membayar
40 | P a g e
ganti rugi tersebut dalam waktu tiga hari setelah putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
3 Besarnya ganti rugi beserta tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat 10 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
F. Prosedur dan ketentuan Tuntutan Ganti Rugi Pasal 60 UU NO 1 Tahun 2004: