40
Obat
-obatanpestisida
Dalam upaya mencegah berkembangnya penyakit atau hama akibat kondisi cuaca atau hewan-hewan perusak hama maka dilakukan penyemprotan obat-
obatan atau pestisida. Hal ini dilakukan untuk menghindari ulat atau jenis semut- semutan dan memberantas cendawan. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan
kondisi tanaman lada dan hanya digunakan jika hama-hama tersebut menyerang tanaman. Namun penggunaan obat biasanya dilakukan setelah pemupukan. Setiap
petani responden menggunakan jenis obat-obatan berbeda sesuai dengan pengetahuan atau pemahaman petani dan penyakit tanaman yang menyerang.
Namun, ada beberapa petani yang tidak menggunakan obat-obatan atau pestisida dalam pengendaliannya terhadap hama dan penyakit. Rincian jenis-jenis obat
yang digunakan setiap petani responden dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14 Jenis – jenis obat atau pestisida yang digunakan petani responden dalam
budidaya lada putih di Desa Kundi pada tahun 2013 Jenis ObatPestisida
Sumber Fungsi
Puradan Toko pertanian Pemberantasan hama yang diletakkan
di sekitar tanaman Matador
Toko pertanian Pemberantasan hama Baycid
Toko pertanian Pemberantasan hama
b. Kegiatan Budidaya
Secara umum, kegiatan teknis budidaya lada putih di Desa Kundi hampir seluruhnya sama karena berdasarkan sifatnya yang turun-menurun. Penggunaan
pupuk dalam budidaya lada disesuaikan dengan modal yang dimiliki. Jumlahdosis pupuk yang digunakan terkadang penuh atau hanya sebagian.
Kegiatan budidaya lada yang dilakukan di Bangka, khususnya Desa Kundi menggunakan tiang panjat mati yaitu menggunakan tiang panjat kayu yang
bermutu tinggi sehingga biaya produksinya pun cukup tinggi. Masa produksi lada dengan tiang panjat mati di Desa Kundi ini hanya 3 tahun. Selain adanya
pengaruh dari penggunaan kayu panjat mati, lama umur lada juga bergantung dari pemeliharaannya.
Pengolahan Tanah
Para petani lada putih di Desa Kundi mengusahakan budidaya lada putih menggunakan lahan milik sendiri. Pada awalnya, lahan yang telah disiapkan
untuk melakukan budidaya lada putih harus dibersihkan terlebih dahulu dari berbagai tanaman pengganggu, seperti, pohon-pohon, semak-semak dan rumput,
serta tanaman lainnya. Kemudian lahan tersebut dibakar dengan alasan untuk mempermudah proses pembersihan lahan. Setelah dibakar, lahan dibersihkan
kembali sampai lahan tersebut siap ditanami lada. Pada tahapan ini, dilakukan pemasangan patok sebagai tanda bahwa tempat tersebut akan dijadikan lubang
galian untuk menanam lada.
Penanaman
Penanaman lada yang umumya dilakukan petani lada di Desa Kundi adalah menggunakan ukuran lubang tanam sekitar 40 cm x 40 cm x 40 cm panjang x
41 lebar x dalam dengan jarak tanam 165 cm x 165 cm. Tanah galian dibiarkan
terbuka agar terkena matahari selama kurang lebih 1 sampai 2 minggu sebelum tanam. Tanaman lada tumbuh kurang baik pada areal yang tergenang. Oleh sebab
itu, dibuat saluran parit keliling beukuran 30 cm x 30 cm lebar x dalam.
Lubang tanam setelah penggalian untuk penanaman lada dibiarkan kurang lebih 1 sampai 2 minggu, sebelum ditanami lada. Bibit yang digunakan
merupakan bibit hasil pemangkasan dari pohon lada sebelumnya sepanjang 7 buku ruas. Sebagian besar, petani Desa Kundi menggunakan bibit lada jenis
kasar dan merapen yang umur produktifnya tiga kali panen. Penanaman bibit lada diletakkan miring 30
-45 mengarah ke bagian pangkal tanpa daun
dibenamkan mengajar ke tajar sedangkan sisanya 2 sampai 3 ruas atau ukuran 10 cm bibit lada tersebut berada di atas tanah. Setelah ditanam, tanah disekelilingnya
dipadatkan kemudian bibit tersebut diberi naungan berupa tanaman kering yang disebut rebak atau lainnya yang mudah diperoleh agar terlindungi dari teriknya
sinar matahari. Pelindung dapat dibuka atau diangkat apabila tanaman lada telah kuat. Pada saat umur lada sudah mencapai 3 bulan, rebak tanaman penutup
dilepaskan dan dipasang ajir kayu jalar kecil. Ajir berupa kayu kecil yang berdiamater kurang lebih 15 cm dengan tinggi 2 m dan biasanya diperoleh petani
di hutan atau dengan membeli. Setelah di pasang ajir, setiap sebulan sekali dilakukan pengikatan ke tiang panjat ajir. Pada saat umur lada mencapai 12
sampai 18 bulan maka akan dilakukan pemangkasan lada untuk mendapatkan bibit lada, dipotong sepanjang 7 ruas dan akan diperoleh maksimal 3 bibit lada.
Setelah itu, ajir diganti dengan tiang panjat mati junjung dengan tinggi 2.5 sampai 3 meter dengan umur produksi tajar maksimal 5 tahun. Sementara itu,
ketika lada berumur 24 sampai 30 bulan lada akan mencapai ketinggian tiang panjat mati.
Gambar 5 Tanaman lada dengan ajir Gambar 6 Tanaman lada yang diberi
naungan
Gambar 7 Kayu yang digunakan sebagai tajar