Kegiatan Budidaya Analisis Kelayakan Usaha Lada (Piper nigrum L.) di Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat

43 Hampir 35 dari pertanaman lada biasanya terserang penyakit tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman lada putih di Desa Kundi yang cukup rentan terhadap hama dan penyakit. Penyakit kuning adalah penyakit yang susah diberantas. Tanaman yang terserang penyakit ini akan terbawa jika bagian tanaman tersebut digunakan sebagai bibit. Masalah ini juga telah memperpendek umur produktif tanaman lada di Bangka Belitung hingga menjadi hanya 5 sampai 7 tahun. Adanya hama dan penyakit yang tidak terkendali dengan baik merupakan salah satu faktor penyebab penurunan produksi lada putih. Secara umum, hama utama yang menyerang tanaman lada di Desa Kundi terdiri dari penggerek batang dan penghisap buah. Sementara penyakit utama tanaman lada adalah busuk pangkal batang, penyakit kuning, dan penyakit kerdil keriting. a. Hama penggerek batang Lophobaris piperis. Cara pengendalian : disemprot dengan menggunakan matadorbaycid. b. Hama penghisap buah Dasynus piperis. Cara pengendalian : disemprot dengan menggunakan matadorbaycid c. Penyakit busuk pangkal batang BPB d. Penyakit kuning e. Penyakit kerdil keriting Pengendalian tanaman lada yang terkena penyakit busuk pangkal batang, penyakit kuning, penyakit kerdil atau keriting biasanya dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang sakit, mencabut tanaman yang sakit, hingga mati. Namun, biasanya tanaman lada yang terserang penyakit tersebut dibiarkan begitu saja karena petani tidak mengetahui cara pengendalian terhadap penyakit tersebut. Keterbatasan pengetahuan petani, membuat pengendalian hama dan penyakit di Desa Kundi belum dilakukan dengan baik dan sesuai pedoman. Hal ini tentunya mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi lada yang dihasilkan.  Panen dan Pascapanen Secara umum, tidak ada perbedaan dalam budidaya antara lada hitam dan lada putih, perbedaannya hanya pada saat penanganan pada saat panen. Budidaya lada di Bangka menggunakan tiang panjat mati sebagai medium jalar lada. Masa produktif lada dengan tiang panjat mati hanya 3 tahun dengan produktivitas optimum minimal 1 tonha. Namun, budidaya lada dengan media tiang panjat mati dengan pemeliharaan yang baik akan mulai berproduksi pada umur 2 sampai 3 tahun hingga tanaman berumur 10 tahun. Pengetahuan petani yang terbatas terhadap pengendalian hama dan penyakit dan pemeliharaan yang baik menyebabkan kegiatan budidaya lada putih tidak optimal. Hal inilah yang tentunya akan berdampak pada masa produksi lada putih di Bangka Belitung yang hanya 3 tahun umur ekonomis bibitnya hanya 6 tahun. Sejak terbentuknya bunga sampai buah matang memerlukan waktu cukup lama, yaitu sekitar 8 sampai 9 bulan. Umumnya, fase produksi lada di Desa Kundi terjadi pada saat umur lada kurang lebih 4 tahun. Pada tahun ketiga sebenarnya pohon lada sudah menghasilkan namun hasilnya masih sedikit sekali sehingga umumnya para petani mengganggap panen lada terjadi pada tahun ke empat. Lada merupakan tanaman yang hanya menghasilkan buah lada sebanyak satu kali dalam setahun. Panen lada berlangsung selama 2 sampai 3 bulan. Periode pemetikan lada dilakukan dalam berkali-kali selama musim panen, biasanya 2 sampai 3 kali petik dengan selang waktu 2 minggu. Pemetikan buah lada 44 dilakukan dengan memotong bagian tangkainya. Buah lada dapat dipanen apabila dalam satu tangkai sudah terdapat minimal satu buah yang sudah berwarna kuning kemerahan. Buah yang terlalu matang berwarna merah akan menurunkan mutu lada karena akan menghasilkan produk lada berwarna kehitaman. Pada tahun ke 3, rata-rata hasil panen lada putih adalah sebanyak 133 kg. Pada tahun ke 4, rata-rata hasil panen lada putih adalah sebanyak 1247 kg. Pada tahun ke 5, rata-rata hasil panen lada putih adalah sebanyak 800 kg dan pada tahun ke 6, yang merupakan masa akhir produksi lada putih rata hasil panen lada putih mengalami penurunan menjadi 393 kg. Penerimaan tertinggi terjadi pada tahun ke empat, dimana tahun keempat merupakan puncak produksi dari lada. Hasil yang diperoleh dari budidaya lada di Desa Kundi belum sesuai dengan kondisi normal yang diharapkan. Pada puncak produksi, produktivitas lada putih yang dihasilkan di Desa Kundi hanya 0.8 kg per pohon, padahal produktivitas lada putih pada saat puncak produksi seharusnya mencapai 1.5 kg - 2 kg per pohon. Produktivitas lahan pada tanaman menghasilkan TM per ha kondisi normal yang diharapkan dalam MP-PKT lada ditunjukkan pada tabel 15. Tabel 15 Produksi dan produktivitas lada pada kondisi normal per hektar a Tahun Produksi Kg Produktivitas KgHa TM-I 1 500 0.6 TM-II 3 750 1.5 TM-III 1 500 0.6 TM-IV 1 250 0.5 TM-V 1 000 0.4 a Sumber: Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM 2013 12 Perawatan atau pemeliharaan tanaman lada seperti: pemberian pupuk, pengendalian hama dan penyakit yang kurang optimal, pemeliharaan lainnya merupakan faktor penyebab produktivitas dan produksi lada tidak optimal. Tahapan pengolahan lada putih di Desa Kundi masih dilakukan secara manual. Lada yang telah dipanen dimasukkan ke dalam karung dan diikat, selanjutnya direndam dalam air mengalir dan bersih selama 10 sampai 15 hari. Perendaman dilakukan untuk memisahkan lada dari kulit dan tangkai lada. Setelah perendaman, lada dicuci bersih, biji lada dijemur sampai kering dan dihasilkan biji lada putih. Lamanya penjemuran lada bergantung pada keadaan cuaca. Biasanya pada musim kemarau hanya membutuhkan tiga hari untuk mengeringkan lada dan menghasilkan lada putih. Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh bahwa hasil pengolahan tersebut akan diperoleh lada putih kering dengan rendemen berkisar antara 15 sampai 45 atau rata-rata 24. Selain harga jual, jumlah produksi lada putih juga akan mempengaruhi besarnya penerimaan petani. Selama ini, meskipun kegiatan budidaya lada putih ini menguntungkan petani secara finansial namun produksi yang dihasilkan belum mencapai produksi yang optimal. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pemeliharaan 12 “Bank Indonesia- pola pembiayaan usaha kecil ppuk-perkebunan lada” [Agustus 2013] 45 yang kurang optimal karena keterbatasan pengetahuan petani. Oleh sebab itu, diperlukan upaya peningkatan produksi agar kegiatan budidaya lada putih dapat meningkatkan kesejahteraan petani lada dan menghasilkan produksi sesuai yang diharapkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi dilakukan berdasarkan sifatnya yang turun menurun. Apabila dilihat dari lokasinya, Desa Kundi merupakan sentra produksi lada putih di Kabupaten Bangka Barat dan merupakan salah satu desa pengembangan pemerintah dalam budidaya lada putih. Kegiatan budidaya lada putih juga sudah lama dilakukan di desa ini sebagai aktivitas masyarakat untuk menghasilkan pendapatan. Ketersediaan sarana produksi budidaya lada putih cukup mudah untuk diperoleh petani. Dalam pengolahan pasca panen masih dilakukan secara manual, namun hal ini bukan suatu hambatan bagi pelaksanaan kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi. Oleh sebab itu, berdasarkan aspek teknis yang telah dianalisis maka dapat disimpukan bahwa berdasarkan aspek teknis, kegiatan budidaya lada putih masih layak untuk dijalankan. Hanya saja, para petani desa perlu mendapatkan sosialisasi dan pengetahuan mulai dari cara budidaya yang baik menurut GAP Good Agricultural Practice, teknologi budidaya sebagai pendukung, seperti: penggunaan bibit unggul, pengendalian hama dan penyakit untuk meningkatkan mutu dan kualitas serta jumlah produksi lada putih. Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dalam budidaya lada putih di Desa Kundi ditinjau melalui beberapa faktor, yaitu: pengetahuan, pengalaman, dan keahlian para petani dalam melakukan budidaya lada putih, kemampuan manajerial para petani, manajemen petani dalam kaitannya dengan hubungan kepada para pedagang pengumpul.

a. Pelaksanaan kegiatan budidaya

Kegiatan budidaya lada di Desa Kundi merupakan kegiatan yang sudah sejak lama dilakukan dan sifat budidayanya turun-menurun. Tahapan pelaksanaannya sudah dilakukan dengan baik mulai dari mempersiapkan lahan melalui pengolahan tanah sampai kegiatan pengangkutan. Keterbatasan pengetahuan petani membuat manajemen yang kurang terstruktur dalam bentuk pencatatan tertulis. Dalam hal ini, petani tidak membuat rincian pembukuan mengenai pengeluaran dan pemasukan dari budidaya lada. Mengatasi keterlambatan datangnya pupuk subsidi dari pemerintah biasanya petani tetap memupuk namun membelinya di toko pertanian biasa dengan harga yang pastinya lebih tinggi. Kegiatan pemupukan terkadang disesuaikan dengan kondisi keuangan petani tanpa mengikuti pedoman jumlah takaran yang dianjurkan. Dalam pemasaran, petani menjual lada putih kering kepada pengumpul desa dengan sistem bayaran tunai. Sebelum menjual hasil panen ladanya, petani juga melihat tingkat harga jual lada putih di pengumpul desa. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan menghindari kerugian dalam budidaya lada putih ini, karena keadaan harga jual lada putih yang sangat berfluktuatif dan hasil panen yang juga tidak maksimal. Apabila harga jual rendah dan belum 46 membutuhkan uang, petani biasanya lebih memilih untuk menyimpan hasil panen lada putihnya karena lada putih merupakan produk tabungan bagi petani bukan sebagai mata pencaharian utama. Penyimpanan lada dilakukan di rumah masing- masing petani. Apabila pengeringan lada putih dilakukan secara maksimal maka lada yang disimpan akan bertahan sampai 12 tahun. b. Manajemen sumber daya manasia Dalam melakukan budidaya lada putih, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang dibutuhkan oleh petani. Tenaga kerja terbagi dari tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Berdasarkan jenis kelaminnya terbagi atas tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Petani lada di Desa kundi biasanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, seperti: istri, anak atau mantu. Hal ini dikarenakan kegiatan budidaya lada merupakan usaha petani sebagai pendapatan keluarga. Selain itu, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dilakukan untuk menghemat penggunaan biaya terhadap tenaga kerja karena upah yang dibayarkan cukup mahal. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga biasanya dibutuhkan pada saat panen lada. Para petani lada juga menerapkan sistem besaoh gotong-royong untuk saling membantu secara bergantian dalam kegiatan budidaya, misalnya pada saat pembukaan lahan dan awal penanaman. Pemberian upah pada kegiatan budidaya lada di Desa Kundi, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat, disesuaikan dengan jenis kegiatan dan jenis kelaminnya. Standar upah yang diberikan sesuai dengan standar upah tenaga kerja yang berlaku di desa tersebut. Petani menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam dalam satu hari untuk melakukan aktivitas budidaya lada dengan hari kerja sebanyak 6 hari dalam satu minggu. Hari jum’at merupakan hari libur bagi petani untuk melakukan aktivitas di kebun. Dalam budidaya lada di Desa Kundi, terdapat sistem besaoh gotong royong antar sesama petani lada masyarakat misalnya; pada saat pembukaan lahan, mencari rebak untuk keperluan tanam maka petani lada lainnya akan membantu petani yang baru akan menanam lada tersebut. Hal itu akan dilakukan bergantian kepada petani lada yang ikut membantu. Kegiatan gotong-royong antar sesama petani juga merupakan cara petani untuk menghemat biaya tenaga kerja dan mempererat silaturahmi. Penggunaan tenaga kerja usaha budidaya lada putih di Desa Kundi berdasarkan perhitungan HOK dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Penggunaan tenaga kerja HOK pada usaha budidaya lada putih di Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat Kegiatan HOK ∑ Persentase Dalam Keluarga Luar Keluarga HOK Pengolahan tanah 14.1 14.1 2.6 Pembuatan lubang tanam 14.1 14.1 2.6 Penanaman 3.9 2.4 6.3 1.2 Pemupukan 7.2 7.2 1.3 Pemeliharaan 147.8 147.8 27.2 Panen 157.2 180.2 337.3 62.0 Pengangkutan 14.8 14.8 3.2 Total 359 182.5 544.1 100 47 1. Pengolahan tanah Pengolahan tanah dalam budidaya lada dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja laki-laki keluarga dengan waktu persiapan 10 hari dan jam kerja 6 jam perhari. Waktu tersebut merupakan waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk mempersiapkan lahan seluas satu hektar. Besarnya upah yang diberikan biasanya ditetapkan berdasarkan luasan tanah yang diolah. Dalam satu hektar membutuhkan biaya sebesar Rp1000 000.00 per tenaga kerja. Pengolahan tanah hanya dilakukan pada tahun pertama. 2. Pembuatan lubang tanam Pembuatan lubang tanam disesuaikan dengan jumlah pohon yang akan ditanam. Berdasarkan perhitungan HOK, kegiatan ini dilakukan oleh 2 orang dengan waktu 10 hari. Namun,besarnya upah yang diterima tenaga kerja untuk pembuatan lubang tanam di Desa Kundi dihitung per lubang tanam. Upah yang dibayar adalah Rp1 500.00 per lubang tanam. 3. Penanaman Penanaman lada hanya dilakukan sekali pada tahun pertama pembudidayaan. Kegiatan ini dilakukan dalam waktu satu hari dengan enam jam kerja dan membutuhkan 8 tenaga kerja. Upah yang diterima tenaga kerja sebesar Rp1 500.00 per bibit yang ditanam. 4. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan lada meliputi: pengikatan sulur panjat, pemangkasan tanaman, pengendalian hama dan penyakit serta penyiangan rumput di sekitar tanaman. Pemeliharaan lada menggunakan 3 orang tenaga kerja. Penyiangan gulma atau rumput dilakukan secara rutin dan terbatas, yaitu sebanyak lima kali dalam setahun. Kegiatan ini dilakukan dengan intensitas 4 kali dalam setahun dan menghabiskan waktu 10 hari dalam sekali penyiangan. Pengikatan tanaman lada sulur panjat biasanya dilakukan satu bulan sekali, namun hal ini juga bergantung pada frekuensi pemberian pupuk pada tanaman lada. Upah yang diterima tenaga kerja sebesar Rp75 000 per HOK. Dalam setahun, total hari dari kegiatan pemeliharaan lada adalah sebanyak 62 hari atau 147.8 HOK. 5. Pemupukan Kegiatan pemupukan terdiri dari pemberian pupuk kandang, pupuk organik, dan pupuk kimia Urea, SP36, NPK dan Phonska. Kegiatan tersebut dilakukan oleh 2 orang. Pemupukan hanya menghabiskan waktu satu hari. Pupuk tersebut hanya disebarkan di sekitar tanaman. Kegiatan ini dilakukan setiap 4 bulan sekali sehingga dalam satu tahun ada 3 kali pemberian atau kegiatan pemupukan. Pada tahun kelima dan keenam pemberian pupuk hanya dilakukan 2 kali dalam setahun atau 6 bulan sekali. Total hari kegiatan ini adalah 3 hari dalam setahun atau 7.2 HOK. Upah yang diberikan dihitung berdasarkan HOK, yaitu Rp75 000.00 per HOK. 6. Panen Tanaman lada adalah tanaman yang hanya menghasilkan buah lada sekali dalam setahun. Panen lada berlangsung selama 2 sampai 3 bulan. Periode 48 pemetikan lada dilakukan dalam berkali-kali selama musim panen, biasanya 2-3 kali petik dengan selang waktu 2 minggu. Pada saat panen, membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memrtik buah lada. Setiap panen, membutuhkan jumlah tenaga kerja yang berbeda karena setiap panen menghasilkan jumlah yang berbeda. Panen pertama terjadi pada tahun ketiga dimana lada yang dihasilkan belum banyak sehingga hanya menggunakan 2 orang tenaga kerja dalam keluarga dalam 6 hari panen. Pada tahun keempat membutuhkan tenaga kerja paling banyak karena merupakan puncak panen selama masa produksi lada. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 8 orang dengan hari panen sebanyak 31 hari. Panen tahun kelima, membutuhkan sebanyak 7 orang tenaga kerja dan tahun keenam membutuhkan 3 orang tenaga kerja karena hanya menghasilkan lada dalam jumlah yang sedikit. Total hari pada panen ketiga dan keempat adalah sebanyak 30 hari dan 20 hari. Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan dalam kegiatan panen merupakan warga sekitar Desa Kundi. Upah yang diberikan adalah sebesar Rp75 000.00 per HOK. Kegiatan panen merupakan kegiatan budidaya lada dengan HOK terbesar, yaitu 337.3 HOK atau 62 dari penggunaan tenaga kerja. 7. Pengangkutan Penggunaan tenaga kerja pada saat setelah panen, biasanya digunakan untuk melakukan kegiatan pengangkutan ke tempat pencucian lada. Pengangkutan membutuhkan maksimal oleh 2 orang tenaga kerja dengan waktu kerja sesuai dengan banyaknya hari panen lada. Upah yang diterima tenaga kerja sebesar Rp75 000.00 per HOK. Kegiatan budidaya lada mulai dari pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, pemeliharaan, pemupukan dan pengangkutan umumnya dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Namun, pada saat penanaman, dan panen, yang membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Kegiatan panen merupakan kegiatan dengan HOK terbesar. Berdasarkan aspek manajemen yang telah dianalisis dapat disimpulkan usaha budidaya lada layak untuk dilaksanakan. Pengelolaan terhadap ketersediaan tenaga kerja telah dilakukan dengan baik. Upah yang diberikan jelas dan sesuai dengan standar daerah tersebut. Meskipun petani belum mampu membuat manajemen terstruktur karena keterbatasan pengetahuan namun Manajemen dalam pelaksanaannya telah dilakukan dengan baik karena pengalaman turun –menurun yang telah dimiliki petani. Permasalahan terkait dengan biaya dan keterlambatan terhadap input produksi dapat diatasi oleh petani . Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan Aspek Sosial Pelaksanaan budidaya lada putih di Desa Kundi memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat. Pertama, kegiatan budidaya lada putih mampu