Peluang Analisis Kelayakan Usaha Lada (Piper nigrum L.) di Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat

36 putih yang dipasarkan. Harga ditingkat petani ditentukan oleh pedagang pengumpul desa.

d. Pemasaran

Berdasarkan data Tabel 11 yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lada puth diekspor ke sejumlah negara. Produk lada putih dijual dalam bentuk butiran. Negara tujuan ekspor utama dari lada putih adalah Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Singapura, Belanda, Perancis, Inggris, dan negara lainnya. Sebelum diekspor, pemasaran lada putih dilakukan dari petani kepada lembaga-lembaga pemasaran yang ada di daerah sekitar, misalnya kepada pengumpul desa, pengumpul besar, pedagang besar sampai pihak eksportir. Lada putih yang dihasilkan petani dijual pada pedagang desa yang bertindak sebagai pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul ini berkedudukan di Desa Kundi. Dalam penjualan lada dari petani ke pedagang pengumpul dan pedagang besar tidak ada sortiran dan pemisahan kualitas lada. Harga lada ditetapkan sama untuk semua lada yang dijual. Pemisahan lada berdasarkan kualitasnya terjadi pada saat lada akan dieskpor. Dengan penguasaan modal yang kuat, pedagang pengumpul ini umumnya membayar secara tunai setiap lada putih yang dibeli. Beberapa pedagang pengumpul desa akan langsung menjualnya kepada pedagang pengumpul besar yang ada di Provinsi Pangkal Pinang. Sementara itu, pedagang pengumpul lainnya akan menjual kembali lada putih kepada pedagang besar lainnya dan biasanya pedagang besar dari daerah lain yang langsung mendatangi desa tersebut. Pedagang pengumpul besar menjual lada putih ke pedagang besar atau pihak eksportir yang ada di Provinsi Pangkal Pinang. Setelah itu, dari pihak eksportir atau pedagang besar di Pangkal Pinang akan melakukan ekspor lada putih dengan persentase sebanyak 90 dan memenuhi permintaan domestik sebanyak 10. Gambaran saluran pemasaran yang umumnya terjadi pada komoditi lada putih dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4 Saluran pemasaran komoditi lada putih di Bangka Belitung Petani Pedagang pengumpul besar Pedagang pengumpul kecil Domestik Pedagang besar eksportir Ekspor 30 70 80 100 20 10 90 37 Berdasarkan analisis terhadap aspek pasar, usaha budidaya lada putih di Desa Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat masih layak dijalankan. Aspek pasar yang telah dianalisis menghasilkan bahwa usaha budidaya lada putih menghasilkan produk yang dapat diterima oleh pasar. Selain itu, masih terdapat potensi dan peluang pasar lada putih yang ditunjukkan dari belum tercukupinya permintaan pasar internasional karena masih sedikitnya penawaran lada putih dari Bangka Belitung. Aspek Teknis Aspek teknis yang dianalisis adalah mencakup pengadaan kebutuhan produksi budidaya lada, keseluruhan kegiatan budidaya lada putih dan penanganan pascapanen, yaitu: kegiatan budidaya, pengolahan tanah, penanamam, pemeliharaan, pemupukan, penanganan permasalahan hama dan penyakit, panen, dan pascapanen lada putih.

a. Pengadaan faktor-faktor produksi budidaya lada

 Lahan Keadaan tekstur tanah di Desa Kundi adalah berupa pasiran atau debuan. Secara topografi, Desa Kundi terletak pada wilayah dataran rendah dengan ketinggian sekitar 26 meter di atas permukaan laut dpl. Desa ini memiliki intensitas curah hujan sebanyak 33 Mm per tahun dengan jumlah bulan hujan kurang lebih empat bulan. Suhu udara rata-rata harian di Desa Kundi adalah sekitar 33 C. Dalam melakukan budidaya lada di Desa Kundi, para petani umumnya menggunakan lahan milik sendiri. Lahan yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya lada putih merupakan lahan yang sengaja dimanfaatkan oleh para petani untuk menanam lada putih. Lahan tersebut sebelumnya merupakan lahan hutan yang belum dimanfaatkan. Para petani merasa tidak terlalu mengalami banyak permajsalahan dengan jenis lahan ini, karena sudah sesuai dengan tanaman lada yang diusahakan, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik di sana. Penggunaan wilayah untuk usahatani lada putih di Desa ini mayoritas mempunyai luasan 0.5 hektar. Rincian mengenai luas lahan lada putih yang dimiliki oleh setiap petani responden dan luas lahan lada putih di Desa Kundi dapat dilihat pada lampiran 3.  Peralatan dan Kebutuhan Budidaya Peralatan yang digunakan oleh para petani dalam kegiatan budidaya lada putih di Desa Kundi terdiri dari beberapa jenis peralatan dan kebutuhan yang biasa digunakan. Jenis-jenis peralatan utama yang digunakan oleh setiap petani responden beserta sumber perolehan dan fungsinya dapat dilihat pada tabel 12.

1. Cangkul

Cangkul merupakan peralatan dari kegiatan budidaya lada putih yang berfungsi untuk membuat parit dan lubang tanam. Rata-rata setiap petani memiliki 2 unit cangkul. 38 Tabel 12 Peralatan budidaya lada putih yang digunakan petani responden di Desa Kundi tahun 2013 Peralatan Budidaya Sumber Perolehan Fungsi Cangkul Toko alat pertanian Membuat parit dan lubang tanam Parang Toko alat pertanian Menebas rumput, persiapan lahan Linggis Toko alat pertanian Membersihkan rumput AjirTajar Tukang kayu Tempat jalar pohon lada Tali Toko Pengecer Mengikat pohon lada ke tajar

2. Parang

Parang merupakan peralatan kegiatan yang biasanya digunakan pada saat persiapan lahan dan untuk menebas rumput. Setiap petani rata-rata memiliki 2 unit parang dengan umur pakai selama 4 tahun.

3. Linggis

Linggis memiliki fungsi sebagai alat untuk membersihkan rumput saat penyiangan. Dalam pembudidayaan lada, setiap petani rata-rata petani memiliki 3 unit linggis.

4. AjirTajar

Ajir tajar merupakan kayu yang digunakan sebagai tempat jalar pohon lada. Istilah ajir merupakan kayu yang berukuran kecil dan dipakai pada saat pohon lada berumur 3-18 bulan. Setelah itu diganti dengan kayu yang lebih besar dan kuat tajar sampai abisnya umur usaha budidaya lada. Jumlah ajir tajar sesuai dengan banyaknya jumlah pohon yang akan ditanam.

5. Tali

Tali merupakan kebutuhan perlengkapan dalam budidaya lada yang digunakan untuk mengikat pohon lada ke ajir tajar. Penggunaan tali biasanya tergantung pertumbuhan dari pohon lada tersebut. Peralatan cangkul, parang, linggis, dan tali merupakan peralatan yang biasanya digunakan petani dalam kegiatan budidaya. Pengeluaran untuk membeli peralatan ini pun tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar. Namun, adanya kayu panjat mati membutuhkan biaya pengeluaran yang cukup tinggi untuk membeli kayu tersebut yang digunakan sebagai ajirtajar.  Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan budidaya. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan budidaya lada putih terdiri dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Namun, sebagian besar petani di Desa Kundi menggunakan tenaga kerja dalam keluarga mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan kecuali panen. Adapun penggunaan tenaga kerja luar keluarga seluruhnya berasal dari warga Desa Kundi. Dalam pemanenan memetik buah lada, biasanya petani membutuhkan tenaga kerja tambahan dengan menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Setiap tenaga kerja menghabiskan waktu 6 jam sehari untuk memetik 39 buah lada dengan upah sebesar Rp75 000 00 per hari. Besaran upah tersebut disesuaikan pada standar yang berlaku di Desa Kundi saat pemanenan lada untuk setiap tenaga kerja panen. Dalam luasan tanam 1 ha lada putih, biasanya menggunakan maksimal berjumlah total 8 tenaga kerja untuk memetik buah lada pada saat musim panen. Biasanya 6 tenaga kerja dari luar keluarga. Namun, penggunaan tenaga kerja luar keluarga kebutuhan dan banyaknya produksi lada yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar dalam kegiatan budidaya lada putih ini. Oleh sebab itulah dengan keadaan lahan yang juga terbatas, petani hanya menggunakan tenaga luar keluarga sebagai tenaga kerja bantuan pada saat panen. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan.  Bibit Bibit lada yang ditanam di Desa Kundi sebagian besar merupakan bibit hasil pemangkasan lada yang ditanam setek batang. Apabila persediaan bibit lada tidak mencukupi, petani tersebut akan membeli di petani lain. Pada saat bibit lada berumur 12 sampai 18 bulan, tanaman lada akan dipotong sepanjang 7 ruas untuk menghasilkan bibit lada. Dengan cara pemotongan tersebut dapat menghasilkan 1 sampai 3 bibit lada kemudian diletakkan di dalam polybag. Bibit lada biasanya digunakan sendiri oleh petani tetapi terkadang juga dijual jika ada petani yang membutuhkan bibit lada dengan harga jual Rp6 000 00 per bibit. Berbagai varietas bibit yang ditanam petani. Dalam istilah petani di Desa Kundi terdapat jenis bibit lada yaitu, lada kasar, merapen, beluluk, tujuh ruas. Jenis bibit yang paling banyak ditanam di Desa Kundi adalah jenis bibit merapen.  Pupuk Pemberian pupuk pada tanaman bertujuan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman melalui pembentukkan bunga, buah sesuai dengan potensinya. Dalam kegiatan budidaya lada putih ini, terdapat beberapa jenis pupuk yang umum digunakan petani responden. Jenis-jenis pupuk tersebut disajikan dalam tabel 13. Tabel 13 Jenis-jenis pupuk yang digunakan petani responden dalam budidaya lada putih di Desa Kundi Jenis pupuk Sumber perolehan Fungsi Pupuk organik Kelompok Tani Menyuburkan tanah, menambah kandungan organik tanah Pupuk urea Kelompok Tani Pertumbuhan vegetative tanaman daun Pupuk SP-36 Kelompok Tani Pertumbuhan generative tanaman bunga dan buah Pupuk NPK Toko pertanian Pertumbuhan vegetative dan generatif tanaman Pupuk Phonska Kelompok Tani Pertumbuhan vegetative dan generatif tanaman