Persepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Hutan Penginderaan Jauh Remote Sensing

2.4 Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan

Menurut Darmawan 2002, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat sekitar kawasan. Berdasarkan studi Khalil 2009 menyatakan bahwa perubahan penutupan lahan di kawasan Hutan Adat Citorek dipengaruhi oleh terjadinya perubahan sosial-ekonomi masyarakat, tradisi bertani masyarakat kasepuhan dan lunturnya pengetahuan masyarakat mengenai aturan adat khususnya pembagian wewengkon. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh diantaranya adalah pertambahan penduduk, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Menurut Wijaya 2004, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan di suatu wilayah antara lain pertumbuhan penduduk, mata pencaharian, aksesibilitas dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah. Masyarakat kabupaten Cianjur sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani. Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian ini memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan khususnya lahan budidaya, yang mengakibatkan kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah akan mendorong penduduk untuk membuka lahan baru untuk digunakan sebagai pemukiman ataupun lahan-lahan budidaya. Tingginya kepadatan penduduk akan meningkatkan tekanan terhadap hutan. Mata pencaharian penduduk disuatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut.

2.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Hutan

Persepsi adalah pandangan atau penilaian seseorang terhadap objek tertentu yang dihasilkan oleh kemampuan mengorganisasi pengamatan, selanjutnya disebutkan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu faktor internal dan faktor dari luar individu faktor eksternal. Pranowo 1985 menyatakan bahwa persepsi masyarakat dalam memandang hutan akan dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat seperti kebutuhan kayu bakar, kayu bangunan, pakan ternak dan lain-lain serta budaya yaitu kepercayaan, adat istiadat, cerita rakyat dan sebagainya. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh suatu objek membuka impresi kesan bagi seseorang. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian kesadaran suatu arti atau suatu penghargaan terhadap suatu objek. Pada proses pembentukannya, terjadinya persepsi dikarenakan pada diri manusia ada suatu keinginan atau kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat dia hidup dan mengetahui makna dari informasi yang diterima. Seseorang bertindak dilandasi oleh persepsi pada suatu situasi walaupun seseorang hanya mendapat bagian-bagian informasi, seseorang tersebut akan dengan cepat menyusunnya menjadi suatu gambaran menyeluruh dan menjadikannya sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan. Persepsi seseorang terhadap lingkungan mencerminkan cara melihat, kekaguman, kepuasan serta harapan-harapan yang diinginkannya dari lingkungannya Edmund dan Letey 1973 dalam Surata 1993.

2.6 Penginderaan Jauh Remote Sensing

Remote Sensing atau penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillsesand dan Kiefer 1990. Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data dan informasi tentang sumberdaya alam dan lingkungan Lo 1995. Secara umum, penginderaan jauh saat ini diterima tidak hanya terbatas sebagai alat pengumpulan data mentah, tetapi pemprosesan data mentah secara manual dan terotomatisasi, dan analisis citra serta pengkajian hasil informasi yang diperoleh. Menurut Lillesand dan Kiefer 1990 terdapat dua proses utama dalam penginderaan jauh, yaitu pengumpulan data dan analisis data. Analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapangan. Studi yang dilakukan Tucker et al 2005 terhadap perubahan penutupan lahan di Guatemala Timur dan Honduras Barat, menganalisis beberapa image pengideraan jauh, pengukuran lanskap, dan membuat sebuah model ekonometrik spasial. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa dibutuhkan perhatian terhadap siklus ekologi dan manusia seperti pasar, infrastruktur dan faktor topografik, untuk pengembangan efektif terhadap upaya konservasi hutan tropika. Penggunaan penginderaan jauh dan SIG dapat juga diintegrasikan dengan berbagai metode untuk mengambil keputusan terhadap penggunaan lahan. Berrios 2004 yang melakukan studi pada DAS Telake, kabupaten pasir, Kalimantan Timur, menggunakan SIG dan penginderaan jauh untuk melihat keadaan penutupan hutan yang sebenarnya. Terdapat perbedaan data antara luas kawasan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah dengan area penggunaan hutan. Oleh karena itu diperlukan ketegasan terhadap kebijakan penggunaan lahan dan menerapkan pada kondisi nyata.

2.7 Sistem Informasi Geografis SIG