Masyarakat Adat dan Hutan Adat Penutupan Lahan, Penggunaan lahan dan Perubahannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Adat dan Hutan Adat

Pengertian masyarakat adat berdasarkan hasil Kongres Masyarakat Adat Nasional I yang dikemukakan oleh Moniaga 2004 adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur secara turun temurun di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan dinyatakan bahwa hutan negara dapat berupa hutan adat, yaitu hutan negara yang diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat hukum adat rechtsgemeenschap, di daerah Sumatera hutan adat dikenal dengan istilah hutan ulayat. Pembentukan hutan adat ini bertujuan untuk memberikan jaminan jangka panjang ketersediaan air dan pelindung kesuburan tanah pedesaan, memperbaiki kondisi mutu dan fungsi tanah, persediaan kultivar liar tanaman budidaya dan kebutuhan lainnya tumbuhan obat, tumbuhan ritual, perlindungan keanekaragaman hayati ex-situ serta meningkatkan apresiasi, tanggung jawab sosial dan kejelasan hak pengusahaan dan pengelolaan masyarakat lokal terhadap hutan yang berlanjut, serta membantu pihak pengelola taman nasional dalam mengamankan zona inti TNKS.

2.2 Penutupan Lahan, Penggunaan lahan dan Perubahannya

Penutupan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi Lillesand dan Kiefer 1990. Burley 1961 dalam Lo 1995 menyebutkan bahwa penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh. Secara umum ada tiga kelas data yang mencakup penutupan lahan, yaitu: 1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia. 2. Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang. 3. Tipe pembangunan. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang tertentu Lillesand dan Kiefer 1990. Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan penginderaan jauh, sedangkan informasi tentang kegiatan manusia pada lahan penggunaan lahan tidak selalu dapat ditafsir secara langsung dari penutupan lahannya. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda Lillesand dan Kiefer 1990. Lo 1995 menyatakan bahwa deteksi perubahan lahan mencakup penggunaan fotografi udara berurutan di wilayah tertentu dan dari data tersebut penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat dipetakan dan dibandingkan. Cambell 1983 dalam Lo 1995 juga menyatakan bahwa peta perubahan penggunaan lahan dua periode waktu biasanya dapat dihasilkan.

2.3 Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan