KERUSAKAN AKIBAT SERANGGA HAMA GUDANG

8 rata-rata 4 butir telur perharinya. Banyaknya telur yang diletakkan tiap ekor betina maksimum 150 butir selama masa hidupnya Rees, 2004. Setelah telur menetas menjadi larva, siklus hidupnya masih berada didalam beras dengan merusak dan memakan isi biji beras sehingga meninggalkan kulitnya saja. Larva berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm serta mengalami 3-4 instar ganti kulit. Larva mempunyai tipe mulut menggigit dan tidak mempunyai kaki. Selain itu, larva dapat mengkonsumsi 25 bagian biji dan merupakan tahap stadia penyebab kerusakan terbesar selama penyimpanan biji-bijian. Stadia larva 3-4 minggu Marbun dan Yuswani, 1991. Dalam kondisi yang ekstrim, larva dapat bertahan dalam kondisi’suspended animation’atau diapus. Aktivitas biologi dikurangi, dan toleransi terhadap suhu dingin ditingkatkan. Suhu matinya hewan ini yaitu 50-60 o Tahap larva instar akhir, biasanya akan membentuk kokon dengan mengeluarkan ekskresi cairan kedinding endosperm agar dindingnya licin dan membentuk tekstur yang kuat Pracaya, 1991. Stadia ini disebut pupa. Stadia pupa berkisar antara 5-8 hari. Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2.5 mm dan masa pupa berlangsung enam hari Koehler, 1994. CRees, 2004. Setelah stadia pupa berakhir, pupa akan menjadi kumbang muda. Namun, kumbang muda ini tidak langsung keluar, dan berada 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya Tandiabang et al., 2009. Imago serangga dewasa dapat hidup cukup lama, tanpa makan selama 36 hari, dengan makan umurnya mencapai 3-5 bulan bahkan 1 tahun Sitepuet al., 2004 . Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina Bennet, 2003. Imago muda mati pada RH dibawah 13. Dan telurnya tidak menetas pada RH dibawah 10. RH optimum pada 14- 16Rees, 1995.Waktu yang diperlukan dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 35 hari pada kondisi optimum dan 110 hari pada kondisi sub optimum Gwinneret al., 1996.

E. KERUSAKAN AKIBAT SERANGGA HAMA GUDANG

Kerusakan bahan pangan beras dapat terjadi selama proses pasca panen sejak padi dipanen. Tahapan pasca panen tanaman padi meliputi, proses pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan, penggilingan, pengolahan, transportasi, penyimpanan penggudangan, standardisasi mutu dan penanganan limbah UNILA, 2010. Penyebab kerusakan beras selama proses pasca panen padi dapat digolongkan menjadi tiga faktor utama, yaitu faktor fisik kelembaban, suhu, faktor kimia kadar air, komposisi kimia dari enzim, faktor fisiologis respirasi serta faktor biologis seperti hama tikus, serangga dan kapang Syarief dan Halid, 1993. Diantara ketiga faktor tersebut, faktor biologislah yang menjadi faktor dominan yang menimbulkan kerusakan beras terutama pada saat penyimpanan Ileleji et al., 2007. Faktor biologis yang menyebabkan kerusakan diantaranya yaitu, berkembangnya penyakit dan serangga hama gudang selama penyimpanan sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas bahan yang disimpan Mohale et al., 2010. Contohnya, susut bahan, biji berlubang, penurunan nilai nutrisi, dan lain sebagainya Gwinner, 1996.Namun, kerusakan yang paling sering ditemui yaitu susut bahan pangan oleh Sitophilus oryzae, bisa mencapai 20 selama empat bulan penyimpanan Subedi et al., 2009. Pada umumnya, kerusakan susut bahan akibat serangan serangga hama gudang mencapai 5-10 Morallo-Rejesus, 1984. 9 Tingginya tingkat kerusakan beras pada tahap penyimpanan tersebut, didukung juga oleh kondisi Indonesia yang beriklim tropis. Suhu dan kelembaban yang tinggi, menjadi lingkungan yang mendukung pertumbuhan serangga hama gudang dan jamur yang memakan bahan pangan sehingga menurunkan kuantitas serta kualitas beras yang disimpan. Penurunan mutu kuantitas dan kualitas beras yang disebabkan oleh Sitophilus oryzae diantaranya yaitu, rendemen giling, penampakan bentuk dan ukuran biji, dan sifat-sifat tanak dan rasa nasi Damardjati dan Purwani, 1991. Pada umumnya, serangga hama gudang yang sering menyerang daerah tropis, yaitu golongan hama Coleoptera Sunjaya dan Widayanti, 2006. Serangga hama gudang memakan zat makanan atau nutrisi dari dalam bahan pangan dengan cara merusak dan menggerek dengan cakarnya. Serangga ini tidak hanya merusak bahan pangan secara fisik seperti timbulnya penyusutan bobot bahan, namun juga dapat menurunkan kualitas bahan pangan seperti, menurunkan nilai nutrisi dan keamanan terhadap kesehatan manusia karena serangga tersebut sebagai perantara timbulnya jamur dan mikotoksin Syarief dan Halid, 1993. Selain itu serangga juga menyebabkan meningkatnya kandungan air dan suhu secara lokal yang dapat mengundang terjadinya kerusakan oleh faktor-faktor lain Winarno dan Haryadi, 1982. Setiap spesies serangga hama gudang, mempunyai jenis makananya sendiri. Secara alami kecenderungan serangga hama gudang dalam memilih makanan, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jenis dan kerusakan bahan simpan, nilai nutrisi, kadar air, warna dan tingkat kekerasan kulit bahan Saenong dan Hipi, 2005. Pemilihan serangga terhadap makanannya dipengaruhi juga oleh stimuli zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu nutrisi dan adaptasi struktur Sitepu et al., 2004. Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras oleh serangga hama gudang dalam masa penyimpanan antara lain oleh pengaruh populasi, kadar air beras, kelembaban, kondisi fisik gudang, suhu, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras Soekarna, 1982.Kadar air merupakan parameter terpenting dalam penyimpanan biji-bijian. Kadar air biji-bijian yang aman untuk disimpan umumnya sekitar 13.5-14, sedangkan kadar air yang aman dari gangguan kerusakan adalah 11-12 Syarief dan Halid, 1993. Berdasarkan suksesi serangan, serangga hama gudang dibedakan menjadi dua golongan utama yaitu, hama primer dan hama sekunder. Hama primer yaitu hama yang mampu merusak biji-bijian dalam keadaan utuh. Contoh dari hama primer diantaranya yaitu, Sitophilus oryzae Linnaeus, Sitotroga cerelella Oliver dan Sitophilus zeamais Motschulsky. Hama sekunder adalah hama yang mampu menyerang biji-bijian yang telah dirusak oleh hama primer atau bahan yang telah mengalami pengolahan atau penggilingan. Contoh dari hama sekunder diantaranya yaitu, Oryzaephilus surinamensis Linnaeus, Corcyra cephalonica Stainton dan Tribolium castaneum Herbst Syarief dan Halid, 1993. Akibat serangan serangga hama gudang diatas, kerusakan bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung dapat ditandai dengan adanya lubang gerek, garukan, webbing, lubang keluar exit holes, feses dan dust powder , serangga, bahkan bagian tubuh serangga serta kerusakan wadah tempat penyimpan Rees, 1995. Kerusakan tidak langsung dapat ditandai dengan adanya kenaikan suhu akibat metabolisme serangga yang disebut hot spot. Hot spot merupakan suatu daerah dimana serangga yang menginfeksi bahan pangan dalam jumlah yang sangat besar sehingga mempunyai temperatur dan kadar air yang lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya. Hot spot dapat menyebabkan migrasi air pada penyimpanan bahan pangan sehingga makin mendukung perkembangan dan pertumbuhan serangga Rashid et al., 2009. Hal tersebut terjadi karena kenaikan suhu yang mencapai 42.2 o C sehingga menyebabkan naiknya kadar air, daerah menjadi lembab, lengket, timbulnya kapang, bau apek, dan 10 menurunkan kualitas mutu beras itu sendiri. Selain itu, kerusakan hama dapat menimbulkan kehilangan bobot, komponen pangannilai nutrisi, sifat fungsional bahan pangan, mutu, benih, nilai uang, kepercayaan dan kesempatan Haryadi, 2010. Sitophilus oryzae dapat mengkonsumsi beras sampai 0.49 mg per hari Shivakoti and Manandhar, 2000. Hilangnya nilai nutrisi dan sifat fungsional dari bahan pangan pun, akan minghilangkan tingkat kepercayaan konsumen dari segi ekonomis. Terlebih lagi, beras merupakan bahan baku utama dalam beberapa pengolahan produk pangan seperti, bihun, craker beras, dll. Jika kualitas dan kuantitas beras yang diperjualbelikan oleh produsen, termasuk kualitas bawah, maka produk yang akan dihasilkan juga akan menurun kualitasnya. Secara ekonomi, kerugian akibat serangan hama adalah turunnya harga jual komoditas bahan pangan biji-bijian. Kerugian akibat serangan hama dari segi ekologi atau lingkungan adalah adanya ledakan populasi serangga yang tidak terkontrol Syarief dan Halid, 1993. 11

III. METODE PENELITIAN