2.3.3. Kedalaman
Menurut Hakanson 1981 in Buchari 1998, kedalaman maksimum adalah kedalaman yang memiliki nilai terbesar pada titik terdalam dari suatu danau, dan
dinyatakan dalam satuan meter. Selain kedalaman maksimum, terdapat kedalaman rata-rata yang lebih informatif yang dapat digunakan untuk menggambarkan
produktivitas perairan. Perairan dengan kedalaman rata-rata rendah, cenderung lebih produktif daripada perairan yang lebih dalam. Perairan yang dangkal
memiliki rasio antara daerah photik dan aphotik yang lebih besar, hal ini diduga karena cahaya matahari dapat mencapai hingga ke dasar, sehingga fotosintesis
dapat terjadi dan kandungan oksigen besar. Kedalaman yang berbeda memiliki pengaruh terhadap frekuensi kehadiran
tiram. Tiram dapat hidup pada kedalaman 80 cm hingga 200 cm. Pada kedalaman tersebut, tiram hidup secara berkoloni.
2.3.4. Kecerahan
Partikel-partikel terlarut dalam lumpur menentukan kejernihan suatu perairan. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut, maka kekeruhan
akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme pemakan suspensi Levinton
1982. Menurut Romimohtarto 1985 kekeruhan tidak hanya membahayakan biota perairan, tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi
masuknya sinar matahari untuk fotosintesis. Kecerahan memiliki kaitan dengan kekeruhan dan TSS total suspended
solid. Nilai pembacaan secchi disk untuk kecerahan akan tinggi jika kekeruhan atau kandungan TSS-nya rendah, sebaliknya akan rendah jika perairan keruh atau
kandungan TSS-nya tinggi Widigdo 2001 in Fitrianti 2003.
2.3.5. TDS total dissolved solid
Padatan terlarut total adalah bahan-bahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas
saring berdiameter pori 0,45µm. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik
yang berupa ion-ion yang ditemukan di perairan. Nilai TDS perairan dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik yang
berupa limbah domestik dan industri Effendi 2007. Nilai TDS yang diperairan alami biasanya adalah 0-1000 mgl, sedangkan berdasarkan PP No. 82 tahun 2001
adalah kurang dari 1000 mgl untuk golongan C perikanan.
2.3.6. TSS total suspended solid
TSS atau padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan organik yang tersuspensi dan tidak terlarut dalam molekul air. Bahan yang berupa partikel-
partikel tersuspensi atau koloid akan terfiltrasi melalui kertas saring Michael 1994. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai TSS diantaranya bahan organik
yang terdapat pada perairan. Proses pengukuran nilai TSS suatu perairan dapat digabungkan dengan proses pengukuran nilai TDS. Metode yang digunakan pada
parameter TDS dan TSS adalah gravimetrik yang terdiri dari penyaringan,
penguapan, dan penimbangan. Nybakken 1992 in Efriyeldi 1999 menyatakan
bahwa pembentukan endapan mendapat pengaruh dari laut, karena air laut juga mengandung cukup banyak materi tersuspensi. Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004 menetapkan baku mutu kadar TSS sebesar 80 mgl untuk kehidupan biota laut. Nilai kesesuaian perairan untuk kepentingan
perikanan berdasarkan nilai TSS dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai TSS
Nilai TSS mgl Pengaruh terhadap kepentingan perikanan
25 Tidak berpengaruh
25-80 Sedikit berpengaruh
81-400 Kurang baik bagi kepentingan perikanan
400 Tidak baik bagi kepentingan perikanan
Sumber: Alabaster dan Lloyd 1982 in Effendi 2007
2.3.7. Tekstur substrat