Kecerahan TDS total dissolved solid TSS total suspended solid Tekstur substrat Oksigen terlarut Rencana strategi pengelolaan

Hasil nilai Chi-Square dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai Chi-Square tabel statistik dengan selang kepercayaan 95 α = 0.05. Apabila nilai X 2 hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai X 2 tabel maka tidak berbeda nyata.

3.4.4. Kecerahan

Nilai kecerahan suatu perairan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Nilai D1 cm merupakan kedalaman pada saat warna putih pada secchi disk tidak terlihat. Nilai D2 cm adalah kedalaman pada saat warna putih pada secchi disk terlihat kembali saat diangkat ke permukaan.

3.4.5. TDS total dissolved solid

Nilai TDS dalam suatu perairan dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut: TDS mgl = 6 10 100   ml gram c d Peubah d merupakan berat mg mangkuk dan residu. Peubah c adalah berat mg mangkuk.

3.4.6. TSS total suspended solid

Nilai TSS dalam suatu perairan dapat diperoleh dengan rumus seperti berikut: TSS mgl = 6 10 100   ml gram b a Peubah a merupakan berat mg kertas saring dan residu. Peubah b adalah berat mg kertas saring.

3.4.7. Tekstur substrat

Tekstur substrat berdasarkan analisis akan memperoleh nilai liat, pasir, debu dengan satuan persen . Masing-masing nilai tersebut selanjutnya dicocokkan menggunakan gambar segitiga Millar, sehingga akan diperoleh tekstur substrat pada masing-masing stasiun.

3.4.8. Oksigen terlarut

Nilai DO dalam suatu perairan dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

3.4.9. Rencana strategi pengelolaan

Berdasarkan semua analisis data yang dilakukan, maka dapat ditentukan strategi pengelolaan tiram yang baik guna mewujudkan populasi tiram yang lestari dan berkelanjutan. Strategi pengelolaan disesuaikan dengan kondisi perairan yang terdapat di Pantai Mayangan, Subang, Jawa Barat. Selain itu, strategi pengelolaan tiram akan dikaitkan dengan kondisi mangrove termasuk kerapatan mangrove di wilayah perairan tersebut. Kepadatan tiram yang lebih tinggi di salah satu stasiun dapat dijadikan tempat alternatif untuk pemanfaatan. Hal tersebut dapat dilakukan karena kepadatan tiram yang lebih rendah di stasiun lain jika dilakukan pemanfaatan dapat menyebabkan degradasi populasi tiram. Selain itu, kondisi mangrove di stasiun yang memiliki kepadatan tiram yang lebih rendah akan terjaga kualitas dan kuantitasnya daripada ekosistem hutan mangrove di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan pada stasiun yang kepadatan tiramnya lebih rendah, pemanfaatan tiram oleh masyarakat sekitar dibatasi ataupun dikurangi guna menjaga keseimbangan populasi tiram pada masing-masing stasiun.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelompok Umur

Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP. Hasil analisis sebaran kelompok umur dibedakan berdasarkan masing-masing stasiun dari bulan Mei - Oktober 2011. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. a b Gambar 6. Sebaran kelompok umur tiram a stasiun non muara sungai b stasiun muara sungai n = 54 n = 30 n = 44 n = 54 n = 44 n = 54 n = 49 n = 70 n = 57 n = 86 n = 88 n = 85 n = 84 n = 92 n = 30 n = 76 n = 54