yang berupa ion-ion yang ditemukan di perairan. Nilai TDS perairan dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik yang
berupa limbah domestik dan industri Effendi 2007. Nilai TDS yang diperairan alami biasanya adalah 0-1000 mgl, sedangkan berdasarkan PP No. 82 tahun 2001
adalah kurang dari 1000 mgl untuk golongan C perikanan.
2.3.6. TSS total suspended solid
TSS atau padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan organik yang tersuspensi dan tidak terlarut dalam molekul air. Bahan yang berupa partikel-
partikel tersuspensi atau koloid akan terfiltrasi melalui kertas saring Michael 1994. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai TSS diantaranya bahan organik
yang terdapat pada perairan. Proses pengukuran nilai TSS suatu perairan dapat digabungkan dengan proses pengukuran nilai TDS. Metode yang digunakan pada
parameter TDS dan TSS adalah gravimetrik yang terdiri dari penyaringan,
penguapan, dan penimbangan. Nybakken 1992 in Efriyeldi 1999 menyatakan
bahwa pembentukan endapan mendapat pengaruh dari laut, karena air laut juga mengandung cukup banyak materi tersuspensi. Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004 menetapkan baku mutu kadar TSS sebesar 80 mgl untuk kehidupan biota laut. Nilai kesesuaian perairan untuk kepentingan
perikanan berdasarkan nilai TSS dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai TSS
Nilai TSS mgl Pengaruh terhadap kepentingan perikanan
25 Tidak berpengaruh
25-80 Sedikit berpengaruh
81-400 Kurang baik bagi kepentingan perikanan
400 Tidak baik bagi kepentingan perikanan
Sumber: Alabaster dan Lloyd 1982 in Effendi 2007
2.3.7. Tekstur substrat
Substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme Odum 1994. Substrat merupakan tempat hidup dan
tempat mencari makan bagi hewan epifauna maupun infauna Fitrianti 2003. Daerah estuari didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen baik
dari masukan dari air tawar maupun air laut serta dari pembusukan serasah yang jatuh ke dasar perairan. Substrat dasar perairan akan mempengaruhi kepadatan,
komposisi, dan distribusi tiram di suatu perairan. Pada umumnya substrat pada dasar perairan merupakan kombinasi dari pasir, lumpur, dan tanah liat. Hasil
kombinasi tersebut akan menentukan tekstur substrat dengan cara menggunakan segitiga Millar Gambar 3.
Gambar 3. Segitiga Millar Sumber: Brower dan Zarr 1977
2.3.8. Derajat keasaman pH
Derajat keasaman atau pH menunjukkan jumlah atau aktifitas ion hidrogen di dalam perairan Welch 1980 in Fitrianti 2003. Nilai pH berkisar dari 0 sangat
asam sampai dengan 14 sangat basaalkalin. Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang
basa alkalin, dan pH sama dengan 7 disebut netral. Menurut Sastrawijaya 1991 adanya penambahan kadar organik ke dalam perairan akan menurunkan nilai air
pH yang disebabkan penguraian bahan organik tersebut menghasilkan CO
2
.
Menurut Romimohtarto 1985 pH air laut permukaan Indonesia pada umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5. Perubahan pH dapat mempunyai
akibat buruk terhadap kehidupan biota laut. Menurut Winanto 2004, derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram berkisar 7,8-8,6.
2.3.9. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut DO adalah salah satu faktor penting dalam setiap sistem perairan. DO dissolved oxygen merupakan kebutuhan dasar bagi organisme
akuatik termasuk bentos, karena digunakan untuk respirasi Michael 1994. Menurut Sastrawijaya 1991 kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen
terlarut minimum sebanyak 4 mgl, selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya.
Menurut Levinton 1982 jumlah oksigen terlarut meningkat sejalan dengan menurunnya suhu dan menurun dengan naiknya salinitas.
2.3.10. Komposisi C-organik