non muara sungai dan stasiun muara sungai memiliki perbedaan. Pertumbuhan tiram dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kondisi lingkungan perairan.
Nilai panjang asimptotik stasiun non muara sungai lebih besar dibandingkan dengan stasiun muara sungai, sehingga dapat diduga bahwa tiram yang terdapat
pada stasiun muara sungai lebih cepat mati dibandingkan dengan stasiun non muara sungai. Nilai koefisien pertumbuhan stasiun non muara sungai lebih besar
dibandingkan dengan stasiun muara sungai, sehingga tiram di stasiun non muara sungai lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan stasiun muara sungai. Hal ini
dapat diduga karena kondisi lingkungan perairan di stasiun non muara sungai lebih baik bagi kehidupan tiram dibanding dengan kondisi lingkungan perairan di
stasiun muara sungai. Jumlah kohort kelompok umur yang dihasilkan di stasiun non muara
sungai berkisar mulai dari satu hingga enam kohort, sedangkan di stasiun muara sungai berkisar mulai dari tiga hingga lima kohort. Jumlah kohort terendah di
stasiun non muara sungai yaitu pada bulan Mei, sedangkan yang tertinggi terjadi pada bulan Juni. Jumlah kohort terendah di stasiun muara sungai yaitu pada bulan
Mei dan September, sedangkan yang tertinggi pada bulan Juni. Jumlah kohort tertinggi pada stasiun non muara sungai dan muara sungai masing-masing sama,
yaitu di bulan Agustus. Faktor fisika perairan yang menjadi pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi benthos seperti bivalvia yaitu suhu Odum 1998 in
Sitorus 2008, sedangkan suhu dimasing-masing stasiun mendukung kehidupan biota perairan termasuk tiram. Selain itu, kandungan bahan organik terlarut
maupun dalam sedimen dapat mempengaruhi pertumbuhan, kehadiran, dan kepadatan tiram Levinton 1982.
4.2. Kepadatan
Kepadatan populasi tiram pada masing-masing stasiun dan setiap bulan mengalami perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi secara fluktuatif pada skala
temporal. Hasil kepadatan populasi tiram pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah kepadatan tiram indm
2
Bulan Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Non Muara
Sungai 18±2,00
15±3,21 26±1,53
31±3,22 17±4,62
24±4,04 Muara Sungai
10±4,58 19±10,82
29±2,08 30±11,24
29±6,11 28±7,94
Jumlah kepadatan populasi tiram tertinggi di stasiun non muara sungai yaitu pada bulan Agustus sebesar 31 indm
2
dengan simpangan baku sebesar 3,22 dan terendah pada bulan Juni sebesar 15 indm
2
dengan simpangan baku sebesar 3,21. Jumlah kepadatan populasi tiram tertinggi di stasiun muara sungai yaitu pada
bulan Agustus sebesar 30 indm
2
dengan simpangan baku sebesar 11,24 dan terendah pada bulan Mei sebesar 10 indm
2
dengan simpangan baku sebesar 4,58 Gambar 7. Variasi yang tidak terlalu besar tersebut menunjukkan bahwa setiap
stasiun memiliki karakter yang tidak jauh berbeda antar satu stasiun dengan stasiun lainnya.
Kepadatan populasi pada masing-masing stasiun masuk pada kategori kepadatan sedang, karena memiliki kisaran kepadatan 10-31 indm
2
. Menurut Tuan 2000 kerang dengan kepadatan 50-100 indm
2
disebut kepadatan maksimum, kepadatan 16-50 indm
2
disebut kepadatan sedang, dan kepadatan 7- 16 indm
2
disebut kepadatan minimum. Kepadatan populasi tiram pada bulan Mei dan Agustus di stasiun non muara
sungai lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun muara sungai, sedangkan pada bulan Juni, Juli, September, dan Oktober di stasiun non muara sungai lebih rendah
dibandingkan dengan stasiun muara sungai. Tinggi rendahnya kepadatan suatu area dapat menunjukkan sebaran spasial
suatu biota. Berdasarkan hasil perhitungan, kepadatan stasiun muara sungai lebih tinggi 24,16 indm
2
dibandingkan dengan non muara sungai 21.83 indm
2
tersebut cukup menunjukkan bahwa stasiun muara sungai memiliki sifat sebaran spasial yang lebih luas dibandingkan stasiun non muara sungai.
Gambar 7. Grafik kepadatan tiram stasiun non muara sungai dan stasiun muara sungai
Kepadatan populasi tiram di stasiun muara sungai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun non muara sungai. Nilai simpangan baku di stasiun
muara sungai pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan stasiun non muara sungai. Hal tersebut menunjukkan adanya variasi kepadatan tiram yang besar di
stasiun muara sungai. Hal ini dapat diduga stasiun muara sungai memiliki kandungan bahan organik dan makanan yang melimpah. Variasi kepadatan tiram
di stasiun non muara sungai cenderung kecil. Hal tersebut dapat diduga karena adanya aktivitas manusia seperti nelayan yang mengambil tiram untuk dikonsumsi
pribadi. Salinitas yang berbeda pada masing-masing stasiun dapat mempengaruhi
kepadatan populasi tiram. Kisaran salinitas di stasiun muara sungai 28- 30 ‰
memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan stasiun non muara sungai 32-
36 ‰. Romimohtarto 1985 in Sitorus 2008 menyatakan bahwa tiram dapat hidup pada kisaran salinitas 15-
32‰, bahkan dapat bertahan hidup pada salinitas 15 ‰. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kondisi
perairan di stasiun muara sungai lebih sesuai, sehingga kepadatan populasi tiram di stasiun muara sungai lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun non muara
sungai.
4.3. Pola sebaran populasi