Tekstur substrat Derajat keasaman pH Oksigen terlarut Komposisi C-organik

3.3.7. TSS total suspended solid

Air contoh dimasukkan ke dalam botol contoh dengan ukuran 1 L. Setelah itu, air contoh dimasukkan ke dalam cool box yang berisi es batu. Kemudian, air contoh dibawa ke Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Air akuades sebanyak 25 ml disaring menggunakan gelas ukur ke dalam kertas saring yang telah dipasang pada alat vacuum pump. Setelah itu, kertas saring yang telah mengalami penyaringan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100 C selama 30 menit. Kemudian, kertas saring dikeluarkan dan diletakkan ke dalam desikator, diamkan selama 15 menit. Selanjutnya, kertas saring dikeluarkan dari wadah, lalu ditimbang beratnya menggunakan timbangan digital. Lalu, kertas saring tersebut kembali dipasang pada alat vacuum pump, selanjutnya dilakukan penyaringan kembali dengan menggunakan air contoh sebanyak 100 ml, setelah itu bilas dengan akuades sebanyak 100 ml dan kertas saring dimasukkan ke dalam oven, didiamkan, terakhir ditimbang.

3.3.8. Tekstur substrat

Substrat setiap stasiun diambil meggunakan eijkman grab. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Setelah itu, dibawa ke Laboratorium Rutin Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor untuk dilakukan analisis tekstur substrat.

3.3.9. Derajat keasaman pH

Kertas indikator pH merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data pH. Kertas indikator pH dicelupkan ke dalam perairan, diamkan ± 3 menit, lalu angkat kertas indikator pH dari dalam perairan. Kemudian, dicocokkan dengan pH indikator untuk mengetahui kisaran nilai pH yang diperoleh dari hasil pengukuran.

3.3.10. Oksigen terlarut

Pengambilan contoh air yang digunakan untuk analisis data oksigen terlarut diambil secara in situ menggunakan kammerer water sampler. Air contoh diambil pada kedalaman 50 cm dari permukaan kolom perairan. Kemudian, air contoh dimasukkan ke dalam botol BOD dengan ukuran 125 ml dan diusahakan jangan sampai terjadi bubbling, selanjutnya diteteskan MnSO 4 sebanyak 20 tetes menggunakan syringe dan NaOHKI sebanyak 20 tetes, biarkan beberapa menit hingga mengendap. Setelah itu, ditetesi H 2 SO 4 pekat sebanyak 20 tetes, kemudian dikocok secara bolak-balik. Air contoh diambil sebanyak 25 ml ke labu erlenmeyer untuk dititrasi dengan Na-thiosulfat hingga air contoh berubah warna menjadi kuning muda, selanjutnya ditetesi amilum sebanyak 3 tetes, kemudian dititrasi kembali menggunakan Na-thiosulfat hingga air contoh menjadi warna bening.

3.3.11. Komposisi C-organik

Substrat dasar contoh diambil menggunakan eijkman grab pada masing- masing stasiun yang telah ditentukan. Substrat contoh dimasukkan ke dalam plastik, kemudian dilakukan analisis komposisi C-organik di Laboratorium Rutin Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Prosedur pertama analisis C-organik yaitu ditimbang sebanyak 1 gram contoh tanah halus 0,5 mm kering udara, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml dan disediakan juga untuk persediaan blanko. Lalu, ditambah 10 ml larutan kalium dikromat 1 N, kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 20 ml H 2 SO 4 pekat. Labu erlenmeyer digoyang-goyangkan dengan tangan selama 1 menit, kemudian didiamkan di atas asbes selama 30 menit. Masing-masing labu erlenmeyer berukuran 200 ml air destilasi ditambahkan 5 ml asam phospat pekat 85 dan larutan difenilamin. Blanko dan contoh dititrasi dengan larutan ferosulfat 1 N hingga warna hijau, ditambah dengan 0,5 ml larutan K 2 Cr 2 O 7 1 N dan dititrasi kembali dengan larutan FeSO 4 1 N sampai dengan warna hijau timbul kembali. Berat contoh dikoreksi dengan penetapan kadar air.

3.4. Analisa Data