c. Program pembibitan sapi potong lokal
Program pembibitan sapi potong lokal adalah salah satu upaya Pemerintah dalam mendukung program pemenuhan pangan asal ternak
dan agribisnis peternakan rakyat yang berbasis sumber daya lokal. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pembibitan sapi potong lokal di pulau dan kabupaten terpilih, wilayah sumber bibit sapi potong
lokal, gertak birahi dan Inseminasi Buatan. Kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada BIB Lembang meningkatkan produksi semen beku
sapi potong lokal yang dibutuhkan oleh masyarakat.
d. Kapasitas produksi semen beku sapi potong lokal
Sarana produksi yang dimilki oleh BIB Lembang seperti kebun HPT, laboratorium, kandang masih memungkinkan untuk meningkatkan
produksi semen beku sapi potong lokal. Dengan penambahan sapi lokal produksi semen beku sapi lokal dapat ditingkatkan.
4. Ancaman
a. Kebijakan pelarangan ekspor semen beku sapi potong lokal
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan masih memberlakukan kebijakan pelarangan ekspor
semen beku sapi potong lokal. Kebijakan tersebut mempengaruhi jumlah penjualan semen beku di dalam negeri. Peternak di dalam negeri lebih
memilih semen beku sapi eksotik karena lebih menguntungkan. Jika semen beku sapi lokal dibolehkan dijual ke luar negeri, akan
meningkatkan jumlah penjualan semen beku sapi lokal dan akan menambah devisa negara karena negara tetangga Indonesia seperti
Malaysia sangat berminat dengan sapi lokal Indonesia.
b. Pasar bebas ASEAN
Dengan diberlakukannya pasar bebas ASEAN akan mempengaruhi pemasaran sapi potong lokal BIB Lembang. Semen beku dari luar negeri
akan masuk ke dalam negeri meramaikan pasar semen beku sehingga akan banyak pilihan bagi peternak untuk memilih semen beku yang diinginkan.
c. Penyakit hewan menular
Penyakit hewan menular strategis selama ini merupakan momok yang menakutkan bagi dunia peternakan, oleh karena itu perlu suatu
biosecurity yang ketat dimulai dari proses seleksi ternak yang masuk, pemeliharaan dan produk yang dihasilkan terutama dari penyakit-penyakit
eksotik yang telah ditetapkan pemerintah. Pembinaan dan pengawasan lalu lintas ternak dari dinas peternakan setempat sangat diperlukan untuk
pencegahan dan penanganan penyakit hewan menular pada ternak.
d. Keberadaan BBIB Singosari dan BIB Ungaran
BBIB Singosari dan BIB Ungaran merupakan produsen semen beku sapi potong sejenis yang memasarkan semen bekunya di Indonesia.
Harga semen beku BBIB Singosari mengacu pada harga Badan Layanan Umum BLU dan memberikan potongan harga 10. Untuk semen beku
sapi potong produksi BIB Ungaran, harganya ditetapkan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi dan harganya lebih murah dibanding harga
semen beku BIB Lembang. Harga semen beku yang lebih murah tersebut dapat mengancam pasar semen beku BIB Lembang karena ada balai lain
yang memasarkan semen beku dengan mutu sama tapi harga lebih murah. Konsumen biasanya akan memilih semen beku yang harganya lebih
murah.
e. Pendapatan peternak masih rendah
Pendapatan peternak yang relatif rendah menyebabkan masyarakat atau peternak berupaya meningkatkan taraf hidupnya dan meningkatkan
jumlah penghasilanya agar bisa menghidupi keluarganya. Pada umumnya peternak di Indonesia memelihara sapi potong 1-2 ekor per kepala
keluarga dan merupakan usaha sambilan disamping usaha pokoknya sebagai petani. Para peternak lebih tetarik mengembangkan sapi eksotik
karena
memberikan keuntungan
yang lebih
besar dibanding
mengembangkan sapi lokal. Hal ini menyebabkan permintaan semen beku sapi eksotik semakin meningkat dibanding semen beku sapi lokal.
e. Pemotongan sapi betina produktif di masyarakat
Saat ini masalah pemotongan sapi betina produktif pada sapi lokal yang dilakukan oleh para peternak di Indonesia memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap perkembangan populasi sapi lokal di Indonesia. Tingginya pemotongan sapi betina produktif disebabkan karena masih
rendahnya penghasilan masyarakat sehingga dengan terpaksa peternak menjual sapi betina produktif yang mereka miliki untuk kebutuhan
keluarga. Berkurangnya jumlah betina produktif berakibat berkurangnya jumlah akseptor yang akan di IB sehingga semen beku sapi potong lokal
tidak terserap.
Perumusan Strategi Pemasaran 1.
Analisis Matriks IFE
Internal Faktor Evaluation Matrix Matriks IFE membantu mengatur faktor-faktor strategis ke dalam kekuatan dan kelemahan. Matriks IFE
menampilkan data kuantitatif dari bobot, rating, dan skor yang dibobotkan dari kekuatan dan kelemahan. Skor masing-masing faktor internal seperti pada
Tabel .
. Tabel
. Hasil Evaluasi Faktor Internal BIB Lembang Faktor Internal
Bobot a
Rating b
Skor axb
A. Kekuatan
1. Mutu semen beku terjamin
2. SDM produksi semen beku handal
3. Sarana dan prasarana memadai
4. Harga semen beku terjangkau
5. Pelayanan prima
6. Mutu genetik pejantan bagus dan bebas
penyakit menular B.
Kelemahan 7.
Jumlah pejantan lokal sedikit 8.
Sulit mendapa tkan pejantan lokal 9.
Promosi masih kurang 10.
Biaya promosi terbatas 11.
Pemasaran belum optimal TOTAL
Sumber : Data diolah Berdasarkan Tabel
tersebut diketahui skor tertinggi pada faktor kekuatan adalah pada mutu semen beku dan SDM yang handal dengan skor sebesar 0,4
. Skor terendah pada faktor kekuatan adalah harga semen beku terjangkau yaitu
sebesar 0, . Sedangkan pada faktor kelemahan, skor tertinggi adalah jumlah
pejantan lokal sedikit dan biaya promosi terbatas, sebesar 0,2 . Skor terendah
adalah promosi masih kurang yaitu sebesar , . Total skor matriks IFE sebesar
, , hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki BIB Lembang dapat mengatasi kelemahan dengan cukup baik.
2. Analisa Matriks EFE