Interaksi Simbolik, Inti Pandangannya

Menurut Blommer dan Spradly dalam Endraswara 2001 ada beberapa premis dasar interaksi simbolik; pertama manusia melakukan berbagai hal atas makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka. Kedua makna berbagai hal itu berasal atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Kebudayaan sebagai sistem makna yang dimiliki bersama, dipelajari, diperbaiki, dipertahankan dan didefinisikan dalam konteks orang yang berinteraksi. Ketiga, makna ditangani atau dimodifikasi melalui satu proses penafsiran yang digunakan oleh orang dalam berbagai hal yang dia hadapi. Di samping tiga premis dasar di atas, Muhajir dalam Endraswara 2001 menambahkan tujuh proposisi,yaitu : 1 Perilaku manusia itu mempunyai makna dibalik yang mengejala, 2 Kemaknaan manusia dicari sumbernya kedalam interaksi sosial, 3 Manusia itu merumuskan proses yang berkembang secara holistik, tidak terpisahkan, tidak linier, dan tidak terduga, 4 Pemaknaan berlaku menurut penafsiran fenomenologi, yaitu sejalan dengan tujuan, dan maksud, bukan berdasarkan mekanik, 5 Konsep mental manusia berkembang secara dialektik, 6 Perilaku manusia itu wajar, kreatif dan konstruktif, bukan elementer-reaktif, 7 Perlu menggunakan metode introspeksi simpatetik, menekankan pendekatan intuitif untuk menangkap makna.

2.3.5 Prinsip-prinsip Dasar Interaksionisme Simbolik

Beberapa tokoh interaksionisme simbolik merumuskan beberapa prinsip dasar teori ini, yang meliputi ; 1 Manusia dibekali kemampuan untuk berpikir 2 Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial 3 Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka 4 Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan khusus dan berinteraksi 5 Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi 6 Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, sebagian karena kemampua mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan, dan kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih satu diantara serangkaian peluang itu. 7 Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat Ritzer Goodman, 2007. Kapasitas Berpikir Salah satu konsep dasar mengenai interaksi simbolik adalah apa yang disebut oleh George Herbert Mead Charon, 1998 sebagai “mind, self and socity.” Mind didefinisikan sebagai the ability of the invidual to indicate to one’s self the response that one’s gestures indicates to others.” Mind juga dinamakan “reflecting thinking” memungkinkan individu untuk berhenti sejenak dan menunda respons kepada stimuli. Proses mental itu bertujuan untuk mengorganisir dan mengontrol respons individu kepada stimuli. Mead menjelaskan komponen perilaku yang penting untuk diobservasi, yaitu apa yang disebut Mead sebagai minded behavior, yang tidak lain adalah kegiatan berpikir dalam diri individu, atau intra-komunikasi. Komponen ini dipandang tidak kalah penting dengan perilaku itu sendiri, walaupun adakalanya sulit diobservasi. Intra-komunikasi dalam diri individu dimungkinkan karena tiap-tiap individu memiliki self diri-pribadi. Self merupakan bagian dari lingkungan yang menjadi obyek perbuatan seseorang. Manusia pun bisa menilai perbuatannya, atau marah terhadap diri sendiri, menyesali tindakan sendiri atau mengakui bahwa perbuatannya salah. Singkat kata ia bisa mengenal diri sendiri make indication to himself. Bahkan ia bisa berdialog dengan diri sendiri yang dinamakan self-interaction interaksi pribadi atau minded activity berpikir Charon, 1998