Hasil Tahap Kesimpulan dan Verifikasi

“Terbangunnya budaya kekeluargaan di KemChicks adalah karena Bapak dan Ibu menempatkan diri mereka sebagai orang tua kami. Dalam kesehariannya mereka selalu tampil sederhana dan tidak pernah mengambil jarak dengan kami apalagi memperlihatkan arogansinya sebagai Pemilik perusahaan. Orang siapapun dia dan apapun posisinya, bisa bicara langsung sama mereka, tidak ada komunikasi yang formal, orang didorong untuk berekspresi agar diperoleh ide- ide yang segar dan berguna untuk perusahaan.” Gambar 4 berikut, kiranya dapat mewakili pesan yang ingin disampaikan para informan tentang “budaya kekeluargaan” di KemChicks. Gambar 4. Fenomena Simbolik Budaya “Kekeluargaan” di KemChicks Menurut para informan, Ibu istri Pemilik perusahaan adalah figur yang paling berperan dalam membangun budaya kekeluargaan di KemChicks. Ibu seperti yang diungkapkan oleh para informan, lebih suka menempatkan dirinya sebagai orangtua foto di atas dapat menunjukkan hal tersebut. Ibu selalu memilih cara-cara yang halus ketika harus menegur “anak-anaknya,” Ia sama sekali tidak keberatan “mengambil” melakukan pekerjaan para staf, jika hal itu dapat “mengajari” anak- anaknya. Demikian antara lain pendapat para informan tentang situasi sosial lingkungan KemChicks. Semua informan mendefinisikan situasi sosial KemChicks sebagai situasi perusahaan yang nyaman dengan pendekatan kekeluargaan, dan Pemilik perusahaan yang lebih menempatkan diri mereka sebagai orang tua dari pada sebagai pimpinan, namun demikian, ketika dua elemen penting dari aspek situasi sosial KemChicks tersebut dihubungkan dengan pembentukan jiwa kewirausahaan, maka makna kedua elemen tersebut menjadi berbeda bagi masing-masing informan. Pada umumnya para informan menyebut beberapa nama figur yang mereka anggap sangat berperan dalam “mewarnai” situasi sosial KemChicks. Namun dalam hal pembentukan dan pengembangan jiwa kewirausahaan entrepreneurship mereka, figur yang mereka anggap memberi pengaruh secara signifikan significant others adalah Pemilik perusahaan. Gambaran makna definisi situasi sosial perusahaan termasuk significant others bagi masing-masing pengelola KemChicks dan pengaruhnya dalam pembentukan dan pengembangan jiwa kewirausahaan mereka, secara ringkas disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Definisi situasi sosial dalam pembentukan jiwa kewirausahaan entrepreneurship pengelola KemChicks Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi sosial dalam pembentukan jiwa kewirausahaan D’utama Divora Divuma Asila Divsara Divua A. Berorientasi tugas dan hasil d,e,f,g c,d c,d,e,f a,d,e,f,g B. Pengambil resiko a,b a a a,b C. Kepemimpinan a,b,c,d,e a,b,c,d,e a,b,c,d,e f b, c,d,e f D. Keorisinilan b,c,d a,b,c d b,d a,b,c,d E. Percaya diri a a F. Berorientasi ke masa depan b,d,e b.e Keterangan : A. a kebutuhan berprestasi, c tekun dan tabah, d mempunyai tekad, e kerja keras, f mempunyai doronganmotif, g energitik dan inisiatif Meredith et al. 2002. B. a tidak kuatir akan situasi yang serba tidak pasti, b berani mengambil resiko dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan gagal Sukardi, 1991, C. a menjaga keharmonisan organisasi, b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi, c menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf, e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi, f mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab memberi ; kepercayaan, pengukuhan, kebebasan membuat keputusan, menerapkan tindakan dan mengambil tindakan korektif Meredith et al. 2002, D. a bekerja keras, mencari cara-cara baru untuk memperbaiki kinerja, b terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru, c tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama tetapi berpandangan ke depan dan mencari ide-ide baru, d mampu menciptakan caraide baru atau membuat kombinasi-kombinasi baru Alma, 2003, E a optimis dan yakin bahwa usahanya akan berhasil. Sukardi, 1991, F. b Memiliki visi sasaran yang ingin dicapai; intuitif dan inisiatif, d Ekonomis dan Efisien cerdas, bijak, bekerja keras, ekonomis dan efisien; e Penentu Resiko bukan penanggung resiko Fadel Muhamad dalam Alma, 2003 Dari Tabel 2 diketahui, secara umum dapat dikatakan bahwa situasi sosial KemChicks medukung pembentukan dan pengembangan jiwa kewirausahaan pengelolanya, hanya saja dimensi dan derajad pengembangan-nya berbeda bagi masing-masing pengelola. Dari Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa, di antara pengelola Kemchicks, dimensi jiwa kewirausahaan D’utama berkembang dengan derajad yang lebih baik. Begitu pula halnya dengan Divhuma, Divsara dan Asila. Situasi sosial KemChicks berpengaruh positif dalam pengembangan dimensi jiwa kewirausahaan mereka. Tetapi sebaliknya pengembangan dimensi kewirausahaan Divua dan Divora praktis tidak banyak dipengaruhi oleh situasi sosial KemChicks. Definisi situasi sosial perusahaan bagi masing-masing pengelola KemChicks disajikan sebagaimana bahasan berikut ini. Dari pernyataan-pernyataan informan, kiranya dapat menjadi penjelasan mengapa definisi mereka terhadap situasi sosial KemChicks berbeda satu sama lain. Definisi Situasi Sosial Perusahaan bagi D’utama Seperti dapat dilihat pada Tabel 2, situasi sosial KemChicks dimaknai D’utama sedemikian rupa dan membawa pengaruh hampir pada semua dimensi kewirausahaan D’utama. D’utama mengaku banyak belajar dari lingkungan, terutama dari Pemilik perusahaan dan “kakak-kakaknya” yang dulu ikut membantu Pemilik perusahaan di KemChicks. Pelajaran utama yang didapat D’utama dari situasi sosial KemChicks berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya baik sebagai pekerja pemula diawal karirnya maupun sebagai pimpinan perusahaan semenjak tanggung jawab itu diserahkan padanya. Berikut ini pernyataan D’utama tentang hal tersebut; “Beliau Pemilik perusahaan memberi saya dukungan dan sekaligus kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri menjadi seorang entrepreneur... 40 tahun bersama beliau, pastilah banyak pelajaran yang saya dapat darinya…………………. Saya juga banyak belajar dari kakak-kakak dan adik-adik saya yang dulu membantu Bapak di KemChicks, mereka adalah orang-orang yang hebat yang bisa memahami dan merealisasikan kemauan Bapak, saya tahu hal itu tidak mudah, karena beliau selalu punya ide-ide “gila” berbeda.” Pernyataan D’utama di atas, kemudian ditransformasikan kedalam nilai-nilai kewirausahaan menurut Meredith et al. 2002, Sukardi 1991 dan Alma 2003. Kemauan D’utama untuk belajar dapat diartikan bahwa D’utama memiliki tekad e, dorongan atau motif f, energi dan inisiatif g dalam Tabel ditulis e,f,g. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi sosial KemChicks berperan dalam pembentukan dimensi kewirausahaan A D’utama. Pengembangan dimensi “B” dari D’utama. Seperti yang dinyatakan D’utama sendiri, bahwa dirinya banyak meniru gaya Pemilik perusahaan, bisa dikatakan bahwa dirinya meneruskan pola Pemilik perusahaan, hanya cara atau gayanya dimodifikasi sedemikian rupa, agar sesuai dengan zaman dan kepribadian D’utama. Pemilik perusahaan menurut D’utama “mengajarkan” padanya dengan cara menunjukan, bahwa sebagai entrepreneur ia harus berani mengambil resiko. Simbol a,b pada Tabel menunjukan karakter kewirausahaan D’utama yang ‘ambil tantangan’ a; tidak kuatir akan menghadapi situasi yang serba tidak pasti dimana usahanya belum tentu berhasil, dan berani mengambil resiko, b; selalu antisipatif terhadap kemungkinan kegagalan segala tindakannya diperhitungkannya secara cermat. Kedua nilai tersebut a,b mengacu pada Sukardi, 1991. Berikut pernyataan D’utama tentang hal tersebut. “Menjalankan KemChicks juga ngga gampang, karena KemChicks beda dengan supermarket lainnya, punya karakter sendiri. Memiliki “gudang” ide yang beda dari lain yang, seperti; interiornya, barang-barangnya, packaging barangnya, orang- orangnya, segmentasi pasarnya, ornamennya dll. Kalo dihitung untung-ruginya, ngga masuk..., Over budget. Tapi itulah KemChicks, kita ngga mikirin kapan modal bisa balik? Jalan aja dulu, kita yakin aja, saatnya kita akan memetik buah dari yang kita tanam.” Pengembangan dimensi “C” dari D’utama. D’utama mengaku banyak belajar dari Pemilik perusahaan, Menurut D’utama Pemilik perusahaan sangat menekankan nilai-nilai kekeluargaan dalam kepemimpinannya. Berikut pernyataannya; “Setiap orang yang bernaung di dalam KemChicks, diperlakukan sebagai anggota keluarga. Bapak menyebut mereka ”anaknya.” Karena Bapak dan Ibu sudah mengajarinnya, maka kita semua ikut dengan budaya seperti itu.” Sebagai pimpinan, “budaya kekeluargaan” bagi D’utama dimaknainya sebagai suatu pendekatan atau strategi kepemimpinan yang cukup berhasil dalam membangun komitmen staf. Berikut ini adalah pernyataan D’utama tentang konteks tersebut; “...dengan pendekatan kekeluargaan, diharapkan semua orang merasa memiliki perusahaan, jika perusahaan untung, dia akan ikut menikmati keuntungan itu, dan jika perusahaan rugi, mereka pun ikut merasakan akibatnya. Orang tidak perlu diawasi atau disuruh-suruh mengerjakan tanggung jawabnya, komitmen untuk bertanggung jawab harus datang dari dalam diri setiap orang staf, bukan karena tekananan atau paksaan..” D’utama hampir memenuhi semua kualifikasi entrepreneur yang memiliki jiwa kepemimpinan a,b,c,d,e; a menjaga keharmonisan organisasi b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf dan e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi. Dalam hal Keorisinilan D, D’utama juga dapat dikategorikan sebagai entrepreneur yang mampu menghasilkan inovasi-inovasi segar baru dan atau kombinasi inovasi baru. Menurut D’utama KemChicks saat ini sudah bergerak dari supermarket yang awalnya berorientasi pasar marked oriented kemudian berorientasi pada product oriented, dan sekarang sudah berorientasi pada upaya mendidik educated oriented. Pernyataan D’utama berikut ini dapat menjelaskan inovasi KemChicks ini; “Kemchicks sudah satu tahap di depan supermarket-supermarket lain yang masih market oriented, yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. Sementara kita product oriented... Bahkan kita udah bergerak ke market educated. Kita didik orang untuk tau dan terbiasa dengan produk-produk asing.” Kemampuan D’utama menghasilkan inovasi-inovasi baru tentunya tidak terlepas dari peran KemChicks sebagai wadah yang mampu menerima perkembangannya, itu artinya D’utama juga mendapat dukungan dari seluruh staf KemChicks. Kemchicks juga sangat menekankan ‘Kepercayaan keyakinan dan kemandirian pada seluruh stafnya E. Semua informan menyatakan bahwa mereka belajar menjadi pelaku usaha di KemChicks atas inisiatif sendiri, belajar sendiri tanpa ada yang menyuruh-nyuruh atau mengawasi. Begitu pula halnya dengan D’utama, diberi dan memberi kepercayaan bagi D’utama adalah tantangan yang sama besarnya. Berikut pernyataan D’utama tentang hal itu; “...yang menjadi tantangan buat saya adalah Bapak tidak pernah meminta atau mengarahkan saya untuk begini atau begitu, tetapi beliau berpesan; silahkan anda berjuang sendiri, tentukan apa yang anda inginkan, bacalah situasi, peluang apa yang anda lihat, telaah, silahkan mengambil kesimpulan dan keputusan, berkaryalah dan berkembanglah sendiri. Kepribadian saya tidak akan seperti sekarang jika Bapak tidak memperlakukan saya seperti itu...” Pengembangan dimensi “B” dari D’utama tentang kepercayaan diri seorang entreprneur, D’utama juga dapat dikategorikan sebagai entrepreneur yang memiliki kepercayaan diri untuk berhasil, masuk kategori; entrepreneur yang a optimis dan yakin bahwa usahanya akan berhasil. b percaya diri dengan langsung terlibat dalam kegiatan konkret, c keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan- tindakan pribadi d lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak. Berikut pernyataan D’utama; “Di KemChicks orang dididik dengan memberinya kepercayaan. Seorang supervisor misalnya, itu adalah karyawan, Bapak memberi keleluasaan yang luas pada dia untuk mengelola sebuah counter, karena itu dia harus menemukan dan memilih sendiri produk apa yang ingin dia jual. Dia harus bisa merencanakan, memutuskan, dengan demikian dia harus tahu segala hal tentang produk yang akan dijualnya. Seperti harga, sumber, kebutuhan pasar, daya tahan poduk, tingkat keuntungan, dan lain sebagainya. Jadi dia seperti pengusaha kecil dalam KemChicks.” Definisi Situasi Sosial Perusahaan bagi Divora Divora sangat nyaman dengan situasi sosial KemChicks, namun jika dihubungkan dengan pembentukan atau perkembangan kewirausahaan, Divora hanya memaknai situasi sosial KemChicks dalam dimensi, kepemimpinan saja. Dengan kata lain, situasi sosial kewirausahaan KemChicks yang “nyaman,” tidak mampu menggerakan perkembangan kewirausahaan Divora kecuali dalam dimensi Kepemimpinan C. Dalam hal “Kepemimpinan”, Divora mengaku banyak belajar dari gaya Pemilik perusahaan. Sebagaimana yang sudah menjadi budaya di KemChicks, orang saling menghargai, tidak ada formalitas antara pimpinan dan staf. Berdasarkan kriteria Meredith et al. 2002 tentang kepemimpinan, Divora memiliki perilaku; a menjaga keharmonisan organisasi b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf dan e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi . Perilaku kewirausahaan Divora sangat dipengaruhi oleh pandangan Divora terhadap dirinya sendiri makna diri, yang dibahas panjang lebar pada bagian makna diri dan kewirausahaan. Namun secara singkat dapat dijelaskan; bahwa Divora mendefinisikan dirinya sama sekali bukan seorang entrepreneur, hanya pekerja biasa yang menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan perusahaan. Sepanjang karirnya selama 25 tahun lebih di KemChick, Divora tidak pernah dan tidak merasa perlu menyumbangkan ide-ide kreatif bagi pengembangan KemChicks. Divora juga tidak merasakan tantangan dan resiko dalam pekerjaannya, semua berjalan sesuai protap presedur tetap. Penjelasan singkat ini kiranya dapat menjadi jawaban tentang makna situasi sosial KemChicks bagi Divora. Definisi Situasi Sosial Perusahaan bagi Divuma Divuma mengaku mendapat banyak “pelajaran” dari situasi sosial kewirausahaan KemChicks yang memberikan pengaruh dalam pengembangan entrepreneurship dirinya terlihat pada Tabel 2. Makna situasi sosial KemChicks bagi Divuma, berperan dalam pengembangan kewirausahaan Divuma pada dimensi; orientasi tugas dan hasil A. Pada dimensi ini Divuma belajar tentang prinsip-prinsip atau nilai c ketekunan, ketabahan dan d tekad untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Berikut pernyataan Divuma tentang hal tersebut; “Disini di KemChicks kalo lagi banyak kerjaan, saya bisa ngga pulang, kalo rasa capek, ngantuk, lapar atau apapun yang menganggu menyerang saya, saya negosiasi dengan diri saya, saya katakan kediri sendiri sebentar lagi pekerjaan ini akan selesai, tinggal sedikit waktu lagi.., jadi bersabarlah.” Dalam pengembangan dimensi kewirausahaan Pengambil resiko B, Divuma mendapat pelajaran tentang a mengambil tantangan, tidak kwatir akan menghadapi situasi yang serba tidak pasti dimana usahanya belum tentu berhasil. Hal tersebut sangat berkaitan dengan perannya sebagai pengelola SDM. Pernyataan Divuma berikut dapat menjawab bagaimana makna dan peran situasi sosial KemChicks dalam pengembangan kewirausahaan Divuma; “Memilih SDM inti yang akan menempati posisi strategis, merupakan tugas yang sangat penting. Tidak semua SDM berbakat. Sering kita tidak tahu seorang SDM cocok di posisi apa, terutama pendatang baru. Karena itu, untuk mengetahuinya mereka kita tempatkan dulu pada posisi-posisi yang tanggung jawabnya paling ringan, seterusnya mereka akan pindah hampir ke tiap bagian. Situasi ini biasanya tidak nyaman bagi staf baru, apalagi mereka dengan latar belakang pendidikan dan status sosial yang bagus... Banyak di antara mereka kemudian tiba-tiba berhenti karena tidak kuat menjalani proses itu. Namun bagi mereka yang memang memiliki motivasi untuk menjadi entrepreneur, pola tersebut menjadi peluang besar baginya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman bisnis. Untuk mereka yang berpotensi dan berbakat, harus dipikirkan bagaimana caranya agar mereka loyal dan tidak direbut oleh perusahaan lain.” Dalam Pengembangan dimensi Kepemimpinan C, Divuma mendapat banyak pelajaran dari KemChicks, Tabel 2 juga dapat menunjukan hal itu. Apresiasi Divuma terhadap KemChicks dapat disimpulkan dengan mentransformasikannya kepada nilai-nilai Meredith et al. 2002 tentang kepemimpinan, yaitu a menjaga keharmonisan organisasi b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi Hal ini dapat disimak dari pernyataan Divuma Berikut ini; “Saya rasa inilah satu-satunya perusahaan yang memberi keleluasaan yang luas pada karyawannya. Kita mau berkreasi seperti apa...? silahkan Misalnya kalo saya punya ide, saya bisa sampaikan secara resmi ke Pak Ari. Kalo bagus dan dananya tersedia, akan disuruh teruskan. Kalo belum sempurna, Pak Ari akan menambahkan atau mengkoreksi beberapa hal. Intinya mereka selalu menghargai ide-ide kita, tidak pernah dikecilkan atau direndahkan.” Dalam dimensi Keorisinilan D Divuma mendapat pelajaran dari KemChicks bagaimana mengelola SDM dengan bijak. Divuma berusaha menemukan cara-cara bagaimana mengelola dan mempertahankan SDM yang berbakat, telah terlatih dan berpengalaman, berikut ini pernyataan Divuma tentang hal tersebut: “Untuk mereka yang berpotensi dan berbakat, harus dipikirkan bagaimana caranya agar mereka loyal dan tidak direbut oleh perusahaan lain. Biasanya dengan mempromosikan yang bersangkutan. Cara ini efektif memotivasi mereka untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Inovasi lainnya “pemerkayaan pekerjaan” yaitu memberikan tanggung jawab tambahan disamping tugas-tugasnya sekarang. Pada awalnya ide tersebut tidak mudah dipahami oleh pimpinan, karena kebijakan ini akan membawa konsekwensi logis pada peningkatan pengeluaran perusahaan. Naik jabatan atau rangkap jabatan berarti naik pula income staf yang bersangkutan. Pertanyaan berkisar pada “seberapa efektifkah” inovasi ini bagi upaya mengatasi kelangkaan dan kehilangan SDM potensial. Setelah kita terapkan ternyata cukup berhasil.” Dalam dimensi Kepercayaan diri E. Divuma mendapat pelajaran dan bercermin dari sikap dan perilaku Pemilik perusahaan. Berikut pernyataan Divuma tentang nilai-nilai kepercayaan diri yang ia pelajari dari Pemilik perusahaan; “Beliau suka bilang seperti itu; ...”bertindak saja, lakukanlah, ngga usaha banyak perhitungan dan tidak perlu direncanakan sedetil itu...” yang ingin beliau sampaikan adalah; kalo mau usaha tapi mesti direncanakan dengan detil banget begitu...,seperti; ngga punya modal, ngga punya gerobak, ngga punya relasi, dsb, pasti ngga jadi kan? Itu yang ingin beliau “patahkan” dengan mengatakan bahwa Ia membangun bisnisnya ngga pake rencana. Rencana itu bukan garis lurus, tapi berbelok-belok, karena itu jangan terlalu bergantung dengan rencana.” Definisi Situasi Sosial Perusahaan bagi Asila Asila mendapat banyak pelajaran dari situasi sosial KemChicks. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2, Asila menunjukan perkembangannya hampir pada semua dimensi kewirausahaan berdasarkan rujukan kepustakaan yang dipakai sebagai acuan. Pada dimensi Berorientasi pada tugas dan hasil A, Asila memaknai KemChicks sebagai wadahtempat belajar banyak hal, tentang; c ketekunan dan ketabahan, d tekad, e kerja keras, f dorongan dan motif. Pernyataan Asila berikut kiranya dapat menunjukan orientasi Asila tehadap tugas dan hasil secara keseluruhan. “Begitu jam kantor di mulai, saya langsung turun ke lapangan ke seluruh bagian, memastikan staf yang bekerja di bagian tersebut sudah masuk dan menjalankan aktivitasnya. Jika ada yang tidak masuk, saya harus membantu dulu bagian itu terutama jika keadaannya mendesak. Misalnya bagian gudang harus segera mengeluarkan barang, tetapi packing nya belum selesai, maka saya akan bantu dulu disana”. Dalam dimensi Pengambil resiko B; Asila mengaku belajar dari lingkungan KemChicks tentang a keberanian mengambil tantangan, Tidak kwatir akan situasi yang serba tidak pasti b berani mengambil resiko dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan gagal. Pernyataan Asila berikut ini dapat mempertegas makna dan peran situasi sosial KemChicks bagi pengembangan kewirausahaan dirinya. “Di HRD tugas utama saya adalah mengembangkan sikap-sikap positif karyawan, saya harus memastikan staf siap bekerja, tidak hanya hadir fisiknya, tapi juga hadir jiwanya. Yang paling sulit adalah pada saat saya harus menegur staf, sering menimbulkan konflik.., yang ditegur ngga terima dirinya salah. Saya dalam posisi sulit; kalo saya tegur, itu bisa menimbulkan konflik, kalo saya tidak tegur, saya yang ditegur oleh pimpinan.. Senang atau susah saya melakukannya hampir setiap hari, dan itu sudah berlangsung delapan tahun ini. Demikian lamanya mengamati dan mempelajari karakter orang, memberi saya pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang sifat dan atau karakter orang. Hal ini menjadi sangat berguna dalam penseleksian calon karyawan baru dan dalam mengevaluasi kenerja staf.” Dalam dimensi Kepemimpinan C; menurut Asila, situasi sosial KemChicks memberinya pengalaman tentang bagaimana bersikap tegas pada saat yang tepat, menyikapi dan menindaklanjuti dengan bijaksana. Menurut Asila, ia berusaha membangun komunikasi dengan staf, walaupun mungkin mereka sudah tahu tentang tugas dan kewajiban mereka, tetapi menurut Asila ia akan dan terus mengingatkan mereka lagi. Pernyataan Asila berikut dapat memberi penjelasan tentang kewirausahaan Asila. “Saya belajar banyak hal di KemChicks, dari Bapak saya belajar berani menerima tantangan, tidak takut ambil resiko. Dari Pak Ari saya belajar ketelitian dan ketelatenan, dan dari Pak Drajad saya belajar bagaimana harus bersikap tegas pada saat yang tepat. Saya juga selalu berdiskusi dengan Bapak Arif Widodo manager marketing, dan Bapak Drajad manager HRD tentang pekerjaan. Pak Drajad pimpinan saya langsung di HRD, beliau banyak mengajarkan pada saya bagaimana menghadapi dan menjalanani tugas-tugas, yang banyak berhubungan dengan SDM.” Asila mengaku bahwa ia juga berusaha meniru cara pendekatan Ibu Sadino dalam memimpin. Tiap hari Asila keliling ke tiap bagian, disamping bertujuan untuk mengontrol, juga berusaha bisa ngobrol dan bercanda dengan “adik-adiknya”, dengan demikian menurut Asila dapat menghapus jarak gap antara dirinya dan staf, serta terbangun saling pengertian. Menurut Asila, dari Ibu Sadino ia belajar bagaimana bekerja dengan hati, penuh perhatian dan kelembutan. Jika penjelasan Asila di atas ditransformasikan kepada kategori Meredith et al. 2002 maka dapat dikatakan bahwa Asila adalah pelaku usaha yang memenuhi kriteria kepemimpinan yang a menjaga keharmonisan organisasi b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf . Dalam dimensi Keorisinilan D, Asila juga banyak belajar dari lingkungan KemChicks terutama Pemilik perusahaan. Saat ini Asila sedang mencoba mempraktekan ilmu yang ia dapat dari KemChicks, yaitu membuka usaha kecil- kecilan berjualan nuget, namun itu menantang jiwa kewirausahaannya, ia lakukan hal itu setelah pulang dari KemChicks malam hari. Menurut Asila walaupun hasilnya hanya bisa untuk bayar listrik, tapi buat permulaan hal ini tidak masalah baginya. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesadarannya bahwa ia tidak mungkin selamanya bekerja di KemChicks, pada saat berhenti, ia berharap usaha yang dirintisnya sekarang sudah jalan running. Menurut Alma 2003, entrepreneur sifat keorisinilan mempunyai ciri prilaku a bekerja keras, mencari cara-cara baru untuk memperbaiki kinerja b terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru c berpandangan ke depan dan mencari ide-ide baru dan d Mampu menciptakan caraide baru atau membuat kombinasi-kombinasi baru. Jika kewirausahaan Asila ditransformasikan menurut kriteria Alma 2003, maka dapat dikatakan bahwa Asila memenuhi kriteria a dan c. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2 di atas, Asila memiliki orientasi terhadap masa depan F. Menurut Asila; Pemilik perusahaan dan lingkungan KemChicks, menjadi inspirasi dari kemandirian Asila. Hal ini terkait dengan visi dan misi Asila membuka usaha sendiri, kemauannya bekerja lebih keras jika dibandingkan informan lain, ketabahan dan keuletannya dalam merintis usaha serta tekad yang dimilikinya. Semua nilai-nilai perilaku yang ditunjukan Asila sesuai dengan kriteria entrepreneur yang memiliki orientasi ke masa depan berdasarkan pendapat Fadel Muhammad 1991 dalam Alma 2003 yaitu; b memiliki visi sasaran yang ingin dicapai; intuitif dan inisiatif d ekonomis dan efisien cerdas, bijak, bekerja keras, ekonomis dan efisien; dan d memiliki Visi Masa Depan ; yang merupakan pencerminan komitmen – kompetensi – konsistensi. Definisi Situasi Sosial Perusahaan Bagi Divsara Seperti dapat dilihat pada Tabel 2 situasi sosial KemChicks memiliki makna dan peran dalam pengembangan kewirausahaan Divsara terutama dalam dimensi; A, C, D dan F. Dalam dimensi A; Divsara memaknai situasi sosial KemChicks sebagai situasi yang sangat nyaman. Divsara tidak pernah merasa ada tekanan dari siapapun, namun menurut Divsara, hal itulah yang memotivasi dirinya untuk berbuat bekerja dengan sebaik-baiknya. Berikut pernyataan Divsara tentang hal tersebut; Saya berusaha mendisiplinkan diri; meskipun Bapak atau pimpinan tidak pernah menekan kami staf mereka; bahkan cendrung sangat memberi ruang dan kebebasan. Tapi karena kebaikan mereka itulah yang memotivasi saya untuk berbuat lebih... Saya berusaha agar tanggung jawab yang diserahkan pada saya dapat saya penuhi, meskipun untuk itu saya harus bekerja lebih keras dan lebih lama dari yang seharusnya. Dengan mentransformasikan pernyataan Divsara tersebut pada kriteria sifat dan ciri ‘berorientasi tugas dan hasil’ menurut Meredith et al. 2002, maka dapat dikatakan bahwa Divsara memiliki ciri a mempunyai kebutuhan berprestasi, d mempunyai tekad, e kerja keras, f mempunyai dorongan motif dan g energitik dan inisiatif. Dalam dimensi D; Divsara banyak belajar dari lingkungan KemChicks. Sebagaimana budaya yang berkembang, Divsara pun berusaha menyesuaikan diri dengan budaya tersebut. Berikut pernyataan Divsara tentang hal itu; “Saya tidak menempatkan diri saya sebagai pimpinan yang menakutkan, karena saya tidak bisa seperti itu. Lagi pula tidak ada budaya seperti itu di KemChicks, semua orang dihargai kedudukannya. Bapak dan Ibu Sadino mengajarkannya seperti itu, kami “anak-anaknya” melanjutkan pola yang sudah dibangun.” Berdasarkan kriteria Meredith et al. 2002 tentang kepemimpinan, Divsara memiliki ciri b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi. Definisi Situasi Sosial Perusahaan Bagi Divua Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya; tidak semua informan memiliki pemaknaan sama terhadap situasi sosial KemChicks, hal ini pun terlihat dari Tabel 2 di atas. Yang paling ekstrim adalah Divua. Berdasarkan Tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa situasi sosial KemChicks hampir tidak memiliki makna sama sekali bagi pembentukan atau pengembangan kewirausahaan informan. Nilai yang ia maknai dari situasi sosial KemChicks adalah kebebasan f pada dimensi kepemimmpinan D berdasarkan kriteria Meredith et al. 2002, situasi yang memungkinkan informan bisa mendelegasikan tugas-tugasnya pada staf. Divua juga memaknai situasi sosial KemChicks sebagai perusahaan yang “mendidik kepercayaan diri F.” Berdasarkan kriteria Sukardi 1991, Divua memiliki perilaku b percaya diri dengan langsung terlibat dalam kegiatan konkret dan d lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak tidak mau bergantung pada orang lain. Pada umumnya pernyataan Divua terhadap KemChicks sebagai organisasi berupa kritikan, apalagi terhadap aktor-aktorpengelola KemChicks yang lain. Berikut ini adalah beberapa pernyataan Divua tentang situasi sosial KemChicks; “...ngga ada sistem yang jelas, manajemen perusahaan sangat lemah. Saya melihat, teman-teman dan adik-adik di KemChicks umumnya adalah para savety player, orang yang lebih suka cari aman dan tidak mau mengambil inisisatif, lebih suka menunggu perintah, tidak proaktif. Disisi lain, pimpinan sungkan suruh-suruh, beliau maunya kita sadar sendiri dan kreatif. Jadinya ngga ketemu kan? pimpinan ngga suka perintah-perintah, tapi yang dipimpin senangnya nunggu perintah, akhirnya ngga kerja kan? Kelemahan Bapak dan Ibu Sadino, adalah mereka terlalu memberi kepercayaan sama orang..,” Pandangan-pandangan negatif Divua terhadap situasi sosial KemChicks, kiranya dapat menjadi jawaban bagaimana makna dan peran situasi sosial KemChicks bagi pengembangan jiwa kewirausahaan Divua. 5.1.2 Pembahasan Pesan yang ingin disampaikan oleh pemilik dan pimpinan KemChicks melalui pendekatan budaya kekeluargaan adalah “kenyamanan” bagi semua orang yang berada di KemChicks, terutama para pengelolanya. Menurut D’utama, Budaya kekeluargaan yang “diajarkan” melalui teladan pemilik KemChicks dan diteruskan hingga sekarang merupakan bagian dari upaya menumbuhkan rasa memiliki dalam diri setiap orang. Dengan demikian, diharapkan akan muncul tindakan aksi dalam bentuk tanggung jawab dan motivasi pencapaian yang tinggi pada diri setiap staf KemChicks. Budaya yang kuat merupakan kekuatan pendorong di belakang sukses yang terus menerus. Curtis, et al. 2000, mengatakan bahwa iklim organisasi merupakan suatu hal yang penting. Rasa harga diri dan iklim yang mendukung merupakan persyaratan bagi terciptanya suatu hubungan bisnis yang berhasil. Hubungan yang positif dan profesional dalam lingkungan bisnis merupakan hal penting bagi tim kerja dan akan menimbulkan produktivitas. Menurut Kartono 2002, Atmosfir psikis dalam perusahaan sangatlah penting, karena iklim tersebut akan menentukan semua tingkah laku dan sikap anggota atau karyawan dari perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan dengan iklim psikis yang buruk, semua perlakuan dan situasi akan dirasakan sebagai buruk dan menjengkelkan oleh setiap orang. Setiap situasi akan diinterpretasikan jelek, salah dan mencurigakan. Misalnya saja iklim perusahaan yang sangat otokratis, pastilah menimbulkan respon ketidaksenangan, kebencian, kemarahan dan agresi, baik sesama karyawan maupun terhadap atasan atau pimpinan. Sebaliknya, iklim psikis yang demokaratis akan diliputi oleh suasana wirheit atau “kekamian”, dimana orang merasa enak, senang, “masuk-dalam-kelompok-sendiri”, lalu merasa aman dan nyaman di dalamnya. Sesungguhnya iklim dan budaya yang terbangun adalah hasil interaksi dari semua elemen lingkungan KemChicks termasuk didalamnya interaksi antara manusianya. Dari peryataan-pernyataan para informan, tergambar pemahaman mereka atas keinginan dan upaya yang sunguh-sunguh dari pimpinan KemChicks dalam menstimulasi kreatifitas staf, pengembangan personality staf hingga lebih profesional dan memiliki performa atau attitude yang baik, serta dorongan lahirnya jiwa entrepreneur pada diri mereka. Dari hasil wawancara dengan para informan diketahui bahwa sebagian besar staf dan atau pengelola, awalnya sama sekali tidak berlatar belakang bisnis, mereka belajar bisnis dan bagaimana berbisnis setelah mereka bekerja di KemChicks. Berdasarkan pernyataan para informan tersebut, dapat dikatakan bahwa KemChiks bukan hanya tempat mereka bekerja dan memperoleh pendapatan, tapi juga menjadi tempat mereka memperoleh pengetahuan, terutama tentang usaha bisnis dan bagaimana menjadi seorang pelaku usaha atau seorang pebisnis entrepreneur. Menurut para informan, mereka belajar dengan mengamati dan memahami lingkungan perusahaan, lalu beradaptasi sesuai dengan budaya yang ada, setiap orang memberi pengaruh terhadap yang lain baik disadari ataupun tidak, secara langsung atau tidak langsung. Menurut Kartono 2002 selain fungsi ekonomisnya yaitu memproduksi barang atau jasa, industri dan perusahaan mempunyai fungsi sosial yaitu menciptakan dan medistribusikan kepuasan manusiawi dan kesejahteraan sosial. Oleh sebab itu, individu karyawan tidak dilihat sebagai “elemen tunggal yang terisolasi” yang harus diutamakan, akan tetapi mereka dilihat sebagai anggota atau satu bagian dari satu kelompok primer yang berperan atau berfungsi dan bermartabat. Selanjutnya Kartono 2002 menjelaskan bahwa, motivasi-motivasi kerja yang jelas-gamblang dan kuat, adalah jauh lebih penting artinya daripada segala macam hadiah dan keenakan serta kondisi fisik, karena motivasi tersebut menjadi tenaga penggerak utama untuk bekerja dan berkarya. Karena itu baik fungsi ekonomis maupun fungsi sosial dari perusahaan kedua-duanya adalah sama pentingnya; dan kedua-duanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Jika organisasi dengan aspek- aspek sosialnya tidak imbang dan tidak diperhatikan sama sekali, maka semua bentuk sistem efisiensi yang bagaimanapun efektifnya di dunia ini tidak mungkin bisa mempertinggi efisiensi kerja dan menambah kapasitas produksi. Tidak semua informan memiliki pemaknaan yang sama terhadap pendekatan “kekeluargaan” tersebut, di antara orang-orang yang merasa nyaman dengan pendekatan tersebut, ada pula informan yang mengkuatirkannya. Salah satu alasan yang dikemukakannya adalah karena pendekatan tersebut cendrung lemah dalam manajemen dan sistem. Staf tidak bekerja dengan efektif, menunggu perintah, sementara pimpinan tidak suka memerintah. Beban perusahaan menjadi berat karena SDM kurang profesional dan produktivitas kerja rendah. Manusia berinteraksi dengan dunia di luar diri yang merupakan lingkungannya, karenanya manusia sangat kaya dengan berbagai informasi yang disumbangkan oleh lingkungannya tersebut, namun manusia tidak akan begitu saja meniru perilaku-perilaku, kebiasaan-kebiasaan atau budaya orang lain, tanpa memikirkan terlebih dahulu tindakan yang diambilnya. Keputusan manusia untuk bersikap atau berperilaku tertentu, sepenuhnya lahir dari dari proses berfikir atau pemaknaanya terhadap obyek sikap dan perilaku tersebut Charon,1998. Masyarakat mungkin memiliki arti yang universal untuk istilah kekeluargaan, tetapi setiap orang akan memaknai budaya kekeluargaan itu berdasarkan pemahaman dan interest kepentingan masing-masing. Temuan ini sesuai dengan konsep Berlo 1960 yang menjelaskan bahwa; kita setiap orang cendrung bersifat egosentris, kita menginterpretasikan dunia dari sudut pandang kita yang menguntungkan. Sering dikatakan bahwa kata-kata tidak berarti sama bagi semua orang. Temuan ini juga sesuai dengan dengan konsep-konsep teori interaksi simbolik, antara lain menyatakan: makna definisi situasi suatu obyek bisa berbeda antar individu, hal itu sangat bergantung pada personaliti individu itu sendiri. Sedangkan diri self akan sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan sosial social interaction dan interaksi dengan diri sendiri self interaction Charon, 1998. Dari hasil interaksi sosialnya, individu juga menyadari adanya kebudayaan the generalized other, istilah yang dipergunakan oleh Mead yang perlu diperhatikan, bahkan ditaati dalam interaksi sosial. Dikatakan oleh Mead “the matured self arises when a generalized other is internalized so that the community exercise control over the conduct of its individual members.” Hanya dengan menghayati dan melaksanakan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat tempat terjadinya interaksi, individu dikatakan bisa mencapai tingkat kedewasaan yang matang. Dengan demikian Mead percaya bahwa masyarakat yang direpresentasikan oleh kebudayaan menjadi faktor penting bagi pemikiran dan tindakan individu Charon, 1998. Makna Significant Others bagi Pengelola KemChicks Pemilik perusahaan KemChicks merupakan salah satu pilar utama yang membangun dan mengembangkan sistuasi sosial kewirausahaan di KemChicks. Pemilik perusahaan ini dinilai sebagai figur penting dan berpengaruh secara dominan Significant Others pada perusahaan dan pada pengelolanya. Sebagai entrepreneur Pemilik perusahaan dinilai memiliki sifat-sifat dan ciri seorang entrepreneur sejati, ia memiliki semua kualifikasi diri sebagai entreprenmeur. Dimensi kewirausahaan Pemilik perusahaan yang dinilai paling menonjol adalah dimensi originalitasnya. Pemilik perusahaan disebut sebagai gudang ide; selalu memiliki ide-ide “gila,” yang tidak terpikirkan oleh orang lain, D’utama menyebutnya pioner. D’utama sendiri kadang merasa harus mematahkan ide-idenya sendiri, demi menampung ide-ide Pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan juga seorang pengambil resiko. Ide hanya akan menjadi sebuah angan-angan, jika tidak direalisasikan. Keberanian Pemilik perusahaan untuk merealisasikan ide-ide “gilanya” dalam bentuk inovasi baru, tentunya membutuhkan keberanian untuk mengambil tantangan dan resiko. Pemilik perusahaan lebih suka berbuat dari pada berteori, “berbuat” adalah kata-kata sederhana yang sering diucapkan Pemilik perusahaan namun memiliki implikasi luas. Pemilik perusahaan demikian dikagumi oleh para informan, ia dinilai sederhana, bijak, lebih menempatkan dirinya sebagai orang tua, dari pada sebagai pimpinan, meskipun beberapa informan juga menyebut Pemilik perusahaan sangat tegas, kadang kasar membuat mereka malu kalau mendapat teguran darinya, dan beberapa informan menyebut otoriter. Namun menurut para informan, perpaduan kesederhanaan, kebapakkan dan ketegasan Pemilik perusahaan justru dinilai pantas dan diperlukan dalam kapasitasnya sebagai pimpinan. Para informan dapat memaklumi dan menerima ‘diri’ Pemilik perusahaan sebagaimana adanya. Hampir semua pengelola KemChicks menjadikan Pemilik perusahaan sebagai rujukan dalam pengembangan diri. Manusia dipengaruhi oleh manusia lain. Orang mungkin membuat patokan sendiri dan bertindak berdasarkan patokan tersebut, tetapi patokan dan tindakan tersebut akan berhubungan dengan patokan dan tindakan orang lain. Jadi setiap pribadi dapat dilihat sebagai satu terminal yang dihubungkan dengan ratusan terminal yang lain dan secara ajeg mendengungkan pesan-pesan yang dikirim dan pesan yang diterima. Interaksi sosial mengajarkan pada individu keyakinan, nilai dan perilaku yang dapat diterima orang di sekitar. Melalui interaksi dengan orang lain, orang belajar mengendalikan tubuh, lisan dan pikiran agar sesuai dengan kebiasaan dan aturan dalam masyarakat. Memberi tanggapan kepada orang lain, mempedulikan mereka dan mengambil perilaku yang cocok, intinya orang belajar menjadi sosial. Proses penyesuaian diri tersebut disebut sosialisasi Charon, 1998. Dalam pandangan teori interaksi simbolik, diri-pribadi terutama dibentuk oleh interaksi sosial yang dilakukan seseorang, dengan siapa ia berinteraksi akan sangat menentukan kepribadian orang itu. Mead dalam hal ini memakai istilah “the sigificant other,” yaitu orang-orang yang mempunyai arti penting, yang dihormati atau menjadi panutan bagi individu dalam hal tertentu Charon, 1998. Semua informan kecuali Divua, menyatakan bahwa hampir setiap orang yang ada di KemChicks, saling mempengaruhi satu sama lain. Bukan hanya dari pimpinan, tetapi hampir dari semua “saudara-saudaranya” di KemChicks, beberapa informan bahkan mengatakan bahwa ia pun mendapat “pelajaran” para pelanggannya. Semua berperan dan mempengaruhi pengembangan diri dan pembentukan entrepreneurship mereka, namun orang yang dianggap paling berperan adalah Pemilik perusahaan. Pemaknaan para informan tentang significant others SO - diri Pemilik perusahaan tidak lahir tiba-tiba, tidak berasal dari pemahaman yang dipaksakan, namun sepenuhnya bersumber dari pengalaman batin yang diperoleh dari perjalanan panjang mereka selama belasan hingga puluhan tahun berada di KemChicks bersama Pemilik perusahaan dan bersama saudara-saudara mereka yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna para informan terhadap ‘diri’, peran dan pengaruh Pemilik perusahaan terhadap diri mereka, adalah apa yang sesungguhnya mereka rasakan terhadap Pemilik perusahaan. Pemberian makna merupakan proses yang aktif. Makna diciptakan dengan kerjasama di antara sumber dan penerima, pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca, Makna pesan dapat di ilustrasikan sebagai lambang atau simbol komunikasi. Karena pesan bersifat abstrak, dengan akal budinya manusia melahirkan sejumlah lambang komunikasi: mimik, gerak-gerik, suara, bahasa lisan, dan bahasa tulisan; yang berfungsi untuk merubah pesan yang abstrak menjadi kongkritberwujud DeVito, 1996. Mulyana 2001 menjelaskan bahwa; akar pemikiran interaksi simbolik mengasumsikan realitas sosial sebagai proses dan bukan sebagai sesuatu yang statis. Artinya masyarakat dilihat sebagai sebuah interaksi simbolik bagi individu-individu yang ada didalammnya. Pada hakekatnya tiap manusia bukanlah ”barang jadi” melainkan barang yang ”akan jadi”, karenanya teori interaksi simbolik membahas pula konsep mengenai ”diri” self yang tumbuh berdasarkan ”negosiasi makna” dengan orang lain. Keberanian Pemilik perusahaan untuk merealisasikan ide-ide “gilanya” dalam bentuk inovasi, tentunya membutuhkan keberanian dan konsekwensi yang luar biasa. Pemilik perusahaan mengajarkan dengan menunjukkan kepada anak-anaknya bahwa untuk semua itu, Ia harus jatuh bangun, “berdarah-darah” untuk sampai pada apa yang namanya sukses keberhasilan. Namun Pemilik perusahaan tidak pernah jera, apalagi berhenti. “Saya ini orang bodoh, karena saya bodoh, saya tidak punya pilihan lain selain harus berhasil dengan yang saya pilih,” demikian ucap Pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan pun selalu mendorong anak-anaknya mengembangkan diri mereka agar berani bertindak, “lakukan, berbuat, jangan hanya berteori, anda tidak akan tahu apa yang akan terjadi sebelum anda melaluinya,” demikian kata-kata Pemilik perusahaan memberi dorongan dan dukungan. Dalam dunia usaha, dorongan dan dukungan dari pemilik dan pimpinan perusahaan, tidak bisa hanya sekedar kata-kata dan wacana belaka. Pemilik perusahaan pun sangat paham bahwa untuk mengembangkan suatu ide menjadi suatu produk kreativitas, membutuhkan ketrampilan, pengetahuan dan pembiayaan. Menurut para informan, mereka mendapat dukungan penuh untuk itu. Beberapa orang informan mengatakan bahwa mereka pernah dikirim ke luar negeri untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Menurut para informan, Kem Group di dalamnya ada KemChicks, bisa besar seperti sekarang adalah karena kepercayaan Pemilik perusahaan dalam memberi dukungan kepada anak- anaknya. Kelebihan Pemilik perusahaan yang lain, ia bisa menemukan orang-orang pintar dan handal yang bisa menampung dan merealisasikan ide-ide “gilanya,” sambil mereka sendiri juga harus mengembangkan ide-ide mereka. D’utama, juga tidak kalah heroik dalam pandangan para informan lain. D’utama dinilai sebagai pribadi yang baik hati dan halus. Berbeda dengan Pemilik perusahaan, D’utama jarang sekali “menegur “ adik-adiknya para staf – pengelola KemChicks. Kalau ada, itu pun dengan bahasa yang sangat santun. Seperti yang dikatakan Divuma, orang lain pasti susah menebak apa yang dirasa dan dipikirkan oleh D’utama, emosinya datar sehingga orang lain tidak tahu kapan ia marah atau senang. Namun jika D’utama memberi pengarahan, itu bisa lama, ia sangat detil dalam menyampaikan pemikirannya, begitupun dalam bekerja, ia memperhatikan hal- hal kecil yang tidak menjadi perhatian orang lain. D’utama juga dinilai kaya dengan ide-ide kreatif, KemChicks yang sekarang, sebagian besar adalah hasil kreasinya. Mulai dari design ruang dan interior, pengadaan pengembangan jenis dan pengolahan produk brands KemChicks-group, serta pengembangan jenis dan mutu pelayanan services. Sebagai mana ia menyebut dirinya seorang “pekerja keras,” para informan lain pun menilainya seperti itu. Divuma sangat kagum dengan semangat kerja D’utama, ia mengatakan; “saya mendampingi beliau bekerja, itu bisa berhari-hari, dan kadang kami tidak pulang ke rumah.” Menurut Divora, jika D’utama bekerja, ia bisa lupa hal lainnya, termasuk lupa pada kondisi phisiknya yang sebenarnya tidak sanggup menerima beban yang berat. Sering kali D’utama jatuh sakit setelah melakukan bekerja berat itu. Sebagaimana dapat disimak dari uraian di atas, masing-masing informan memiliki penekanan makna yang berbeda terhadap nilai-nilaiciri-ciri enreprneurship SO. Ada yang menekankan sisi diri Pemilik perusahaan sebagai seorang yang tegas dan disiplin, lalu memaknai sifat tersebut sebagai hal yang biasa dan memang harus ditunjukan baik dalam kapasitas SO sebagai “Bapak” maupun sebagai pimpinan. Sementara informan lain menekankan sisi kepiawaian Pemilik perusahaan berkomunikasi, menurut informan tersebut, hal itulah yang menjadikan SO sebagai pemimpin yang disegani. Informan lain menyebut SO sebagai entrepreneur yang memiliki banyak gudang ide dan sosok yang berani menanggung resiko demi merealisasikan ide-idenya tersebut. Setiap orang memiliki penekanan makna yang berbeda-beda. Perbedaan itu tidak bersumber dari diri Pemilik perusahaan, tetapi bersumber dari diri pemaknaan mereka sendiri. Keputusan para informan untuk mengadop nilai-nilai mana dari yang ditunjukkandiajarkan oleh Pemilik perusahaan, sangat tergantung pada nilai- nilai dan pandangan mereka. Tindakan yang diambil selalu sesuai dengan makna gambaran Pemilik perusahaan bagi mereka. Informan yang lebih intens melihat sisi diri Pemilik perusahaan yang tegas dan disiplin, mereka cendrung mengadopsi nilai- nilai tersebut dan menjadi pimpinan yang tegas dan disiplin pula. Informan yang lebih intens memperhatikan keberanian Pemilik perusahaan mengambil resiko, cendrung mengadopsi nilai-nilai tersebut dan menjadi orang yang berani mengambil resiko pula. Informan memaknai Diri Pemilik perusahaan dari sudut pandang dan pemikiran mereka masing-masing, dan itu menuntunnya untuk ”menjadi” sesuai pandangan dan pemikirannya itu. Menurut Dewey dalam Denzin 1992 manusia tidak akan bertindak sebelum memahami situasi, dan tindakannya selalu disesuaikannya dengan definisi situasi yang dibuatnya. Karena situasi bisa berubah-rubah, kebenaranpun bersifat relatif. Kebenaran, bagi penganut pragmatisme, tidak pernah bersifat absolut, selalu dikaitkan dengan kebutuhan dan kepentingan manusia. Kebenaran suatu pemikiran atau makna sebuah pernyataan dipengaruhi oleh konsekwensi praktis dari pemikiran dan pernyataan Hewitt, 1991. Menurut William James dalam Denzin 1992 kebenaran suatu pemikiran harus bisa diuji dan diverifikasi di lapangan. Suatu pemikiran bisa bermanfaat untuk sebuah situasi, namun tidak bermanfaat untuk situasi yang lainnya. Dengan kata lain James pun percaya bahwa kebenaran itu bersifat relatif. 5.2 Definisi Situasi Diri dalam Pembentukan Jiwa Kewirausahaan entrepreneurship Pengelola KemChicks 5.2.1 Hasil Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada bagian definisi konseptual, definisi situasi diri dalam pembentukan jiwa kewirausahaan pengelola KemChicks diartikan sebagai pemaknaan pengelola KemChiks terhadap dirinya sendiri yang mempengaruhi terbentuk dan berkembangnya jiwa kewirausahaan dalam dirinya. Gambaran ringkas tentang definisi situasi diri dalam pembentukan jiwa kewirausahaan pengelola KemChiks yang dimaksud, disajikan seperti Tabel 3. Tabel 3 Definisi situasi diri dalam pembentukan jiwa kewirausahaan pengelola KemChicks Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi diri dan kewirausahaan D’utama Divora Divuma Asila Divsara Divua A. Berorientasi Tugas dan Hasil a,c,d,e,f,g c,f a,c,d,e,f,g a,c,d,f,g a,d,e,f,g d,e,f B. Pengambil Resiko a,b a a,b a,b a,b a,b C. Kepemimpinan a,b,c,d,e,f a,b,c,d,e, d,e,f, a,b,c,d,e,f a,b,c,d,e a,b,e D. Keorisinilan a,b,c,d - a,b,c,d a,b,c,d a,b,c,d a,b,c,d E. Percaya diri a,b,c,d - a,b,c a,b,c,d - a,b,c,d F. Berorientasi kemasa depan a,b,c,d,e - a a,b,c,d,e a,e Keterangan - bertentangan dengan nilai-nilai kewirausahaan : A.a kebutuhan berprestasi c tekun dan tabah d mempunyai tekad e kerja keras f mempunyai doronganmotif g energitik dan inisiatif Meredith et al. 2002. B. a Tidak kuatir akan situasi yang serba tidak pasti b berani mengambil resiko dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan gagal Sukardi, 1991. C. a menjaga keharmonisan organisasi b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c Menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi f mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab Meredith et al. 2002. D. a bekerja keras, mencari cara- cara baru untuk memperbaiki kinerja b terbuka terhadap; gagasan, pandangan, dan penemuan baru c tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama tetapi berpandangan ke depan dan mencari ide- ide baru d Mampu menciptakan caraide baru atau membuat kombinasi-kombinasi baru Alma, 2003. E. a optimis dan yakin bahwa usahanya akan berhasil. b percaya diri dengan langsung terlibat dalam kegiatan konkret, c keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadi d lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak tidak mau bergantung pada orang lain Sukardi, 1991. F. a memdorong pengembangan staf b Memiliki visi sasaran yang ingin dicapai; intuitif dan inisiatif c tanggap terhadap perubahan setiap perubahan dianggap mengandung peluang; d Ekonomis dan Efisien cerdas, bijak, bekerja keras, ekonomis dan efisien; e Memiliki Visi Masa Depan visi pada hakekadnya merupakan pencerminan komitmen – kompetensi – konsistensi; Fadel Muhamad, 1992 dalam Alma, 2003 Tabel 3 memperlihatkan bahwa definisi situasi diri dari pengelola KemChicks mempengaruhi terbentuk dan berkembangnya jiwa kewirausahaan mereka. Setiap dimensi kewirausahaan hampir pada semua informan berkembang dengan baik kecuali pada Divora, yang pengembangan dimensi kewirausahaannya hanya berkembang pada beberapa dimensi saja yaitu dimensi A,B dan C. Namun demikian temuan ini secara umum menunjukan adanya pengaruh definisi situasi diri dalam pembentukan dan pengembangan jiwa kewirausahaan pengelola KemChicks. Seperti terlihat pada Tabel 3, dimensi A dan B, derajad pengembangan dimensi kewirausahaannya juga terbatas, bahkan, perkembangan dimensi kewirausahaan divora yang lain pun bernilai negatif negatif artinya, nilai-nilai yang diyakini Divora bertentangan dengan nilai-nilai kewirausahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tidak atau kurang berkembangnya dimensi kewirausahaan Divora disebabkan karena pandangan-pandang negatif Divora terhadap dunia kewirausahaan itu sendiri. Pembahasan lebih jauh tentang Divora dan tentang pengelola-pengelola KemChicks lain yang menjadi informan pada penelitian ini terkait konteks definisi situasi diri dan kewirausahaan masing-masing informan, dibahas satu persatu pada bahasan berikut ini. Masing-masing bahasan akan disertai dengan Tabel dan penjelasanannya tentang sumber-sumber aspek-aspek yang membangun pembentukan definisi situasi diri masing-masing pengelola. Sumber Definisi Situasi Diri dan Kewirausahaan D’utama Aspek yang membangun definisi situasi diri seseorang adalah; pandangan atau prinsip-prinsip hidup, pengalaman, tujuan dan atau harapan-harapannya. Ketiga aspek inilah yang pada akhirnya menentukan apakah seorang pengelola usaha pada perusahaan KemChicks akan dan ingin mengembangkan dirinya sebagai entrepreneur atau yang lainnya. Gambaran definisi situasi diri D’utama sumber dalam proses pembentukan jiwa kewirausahaannya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Sumber definisi situasi diri dalam kewirausahan D’utama Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi diri Sumber definisi situasi diri Makna Diri Pengala- man Harapan Tujuan Pandangan A. Berorientasi Tugas dan Hasil a,c,d,e,f,g a,c,d,e,f,g c,e d,f,g a,d,f B. Pengambil Resiko a, b a,b a,b a,b a,b C. Kepemimpinan a,b,c,e,f a,b,c,e,f b,e,f a,e D. Keorisinilan a,b,c,d a,b,c,d b,c,d a,b,c a,b,c,d E. Percaya diri a,b,c,d a,b,c, a b,c a,b F. Berorientasi kemasa depan b,c,d,e b,c,d,e c b,c,e b,d,e Sebagaimana dapat dilihat dari Tabel 4 di atas, D’utama memiliki semua kualifikasi untuk bisa disebut sebagai entrepreneur pengusaha berdasarkan rujukan yang diacu dalam studi ini, yaitu Meredith et al. 2002, Sukardi 1991 dan Alma 2003. Semua dimensi sifatciri kewirausahaan dirinya berkembang dengan baik. Tabel 4 adalah gambaran singkat dari definisi situasi diri dan kewirausahaan D’utama, gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 1 Mengacu pada kedua Tabel tersebut Tabel 4 dan Lampitan 1, maka secara ringkas definisi situasi diri dan kewirausahaan D’utama adalah sebagai berikut: D’utama adalah pribadi yang ulet, tekun dan pekerja keras, ia memulai karirnya dari dasar, naik setapak demi setapak hingga akhirnya bisa menjadi orang nomor satu pimpinan tertinggi di KemChicks. D’utama adalah juga pribadi yang sabar. Berdasarkan penuturan D’utama, tidak mudah baginya untuk sampai pada level sekarang, tidak mudah baginya memahamai dan mengapresiasi kemauan pimpinan Pemilik perusahaan, yang disebut D’utama sebagai “gudang ide,” namun tidak mau tahu bagaimana “ide-ide” tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk inovasi. Hal itu menjadi tugas utama D’utama, disamping ia juga harus memimpin organisasi agar bisa berjalan dan berkembang dengan baik. Berikut ini pernyataan D’utama tentang hal tersebut; “Beliau Pemilik perusahaan sering banget mengeluarkan ide-ide gila, saya bukan orang yang tidak punya ide, tapi saya harus memikirkan bagaimana melaksanakan ide-ide tersebut, beliau ngga mau tau bagaimana merealisasikan ide tersebut. Luckyly, KemChicks bisa sebesar ini, karena selalu ada yang bisa menjalankan ide- ide baliau tersebut.” Menurut D’utama, ia memiliki standar selera yang tinggi, tidak mau kerja “asalan.” Ia berkomitmen dengan dirinya sendiri untuk terus mempertahankan citra atau ciri KemChicks sebagai supermarket yang memiliki kelas tersendiri, harapannya adalah ia bisa menterjemahkan harapan dan keinginan pelanggan. Ia terus menggali ide-ide, antara lain dengan cara “ngulik” memperhatikan hal-hal kecil agar bisa membuatmenciptakan inovasi yang ‘berbeda’. Berdasarkan pengalamannya menjadi bagian selama empat puluh tahun ini dan memimpin KemChicks hingga sekarang, akhirnya D’utama memiliki pandangan, kunci sukses KemChicks adalah ‘memberi apa yang diinginkan pelanggan’. Menurut D’utama, ia mengambil resiko; seperti membengkaknya biaya over budget untuk mewujudkan ide-ide kreatifnya. Namun ia yakin dengan keputusannya ia percaya bahwa usahanya akan berbuah hasil. D’utama juga mendapat kepercayaan dan dukungan yang sangat besar dari Pemilik perusahaan, menurut D’utama, seperti itulah Pemilik perusahaan mengajarkan dan mengembangkan keberanian “anak- anaknya” dalam mengambil resiko. Pola didikan Pemilik perusahaan yang memberi kepercayaan penuh pada dirinya termasuk dalam mengambil keputusan, menjadikan D’utama berkembang seperti sekarang, menjadi pimpinan yang mandiri dan memiliki kepercayaan diri. “Saya sadari atau tidak, pastilah kepribadian saya sangat dipengaruhi oleh mereka berdua yang memiliki perusahaan ini dan sekaligus orang tua saya. Rasanya apa yang menjadi tantangan buat saya adalah, bahwa Bapak tidak pernah meminta atau mengarahkan saya untuk begini atau begitu, tetapi beliau berpesan; silahkan anda berjuang sendiri, tentukan apa yang anda inginkan, bacalah situasi, peluang apa yang anda lihat, telaah, silahkan mengambil kesimpulan dan keputusan, berkaryalah dan berkembanglah sendiri. Kepribadian saya tidak akan seperti sekarang jika Bapak tidak memperlakukan saya seperti itu.” Dalam kepemimpinannya, D’utama pun banyak merujuk pada pola kepemimpinan Pemilik perusahaan, hanya menyesuaikan dengan kepribadiannya dan situasi saat ini. Sebagaimana Pemilik perusahaan, D’utama pun menggunakan pendekatan kekeluargaan; tidak ada formalitas, setiap orang dihargai dan menghargai, tidak hirarki dalam komunikasi, setiap orang diberi kepercayaan yang luas agar muncul kreatifitas. Sama seperti Pemilik perusahaan D’utama pun berpandangan, ‘seorang entrepreneur harus memiliki keberanian memberi kepercayaan pada orang lain’. Dari pengalamannya memimpin D’utama memahami satu hal bahwa; dengan memberi perhatian, penghargaan dan kepercayaan, bisa membangun kesetiaan dan prestasi. Komitmennya adalah mensejahterakan karyawan yang mensejahterakan perusahaan. Namun kepemimpinan D’utama mendapat ujian ketika ia harus memimpin KemChicks keluar dari krisis, seiring dengan terjadinya krisis global pada tahun 1998. Pengalaman itu memberi pemahaman lain pada D’utama, bahwa ia harus merobah paradigma diri dan stafnya yang tidak sesuai lagi dengan situasi saat ini. Karena itu orientasi D’utama ke depan adalah mengembangkan SDM menjadi lebih profesional. Harapannya adalah setiap orang staf dapat bersinergi membesarkan perusahaan KemChicks. Dalam konteks ‘keorisinilan’; menurut D’utama sifat kreatifnya adalah bakat bawaan, namun intuisi, ide-ide dan pengetahuan ia peroleh dari lingkungan dan melalui pendidikan formal. Menurut pandangan D’utama; salah satu kunci sukses seorang entrepreneur ‘harus terus menggali ide-ide kreatif’. Pandangan ini sekaligus menjadi harapan, tujuan serta komitmen D’utama untuk terus menggali ide-ide baru, atau menyempurnakan ide-ide yang sudah ada. Inovasi terbaru dari D’utama adalah design interior ruang KemChicks, yang sekarang berada di apartemen “The Mension”, termasuk di antaranya penataan display. D’utama juga menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam bentuk produk seperti menghasilkan makanan berbahan dasar daging, susu, sayur dan buah, dalam bentuk produksi masal, maupun fresh oven. Inovasi D’utama lainnya adalah inovasi-inovasi dalam bentuk service pelayanan. Menurut D’utama KemChicks sudah bergerak dari market oriented ke produk oriented dan sekarang educate oriented. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa : interaksi D’utama dalam situasi sosial KemChicks membawa pengaruh yang sangat besar pada pembentukan dan atau pengembangan jiwa kewirausahaannya hampir pada semua dimensi dan disetiap kategori. Sumber Definisi Situasi Diri dan Kewirausahaan Divora Secara umum definisi situasi diri seseorang dibangun oleh; pandangan atau prinsip-prinsip hidup, pengalaman, tujuan dan atau harapan-harapannya. Ketiga aspek inilah yang menentukan apakah seorang pengelola usaha akan dan ingin mengembangkan dirinya sebagai entrepreneur atau yang lainnya. Gambaran definisi situasi diri Divora sumber dan proses pembentukan jiwa kewirausahaannya secara ringkas disajikan pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Sumber definisi situasi diri dalam kewirausahaan “Divora” Keterangan: - = Bertentangan dengan nilai-nilai kewirausahaan = Tidak memiliki nilai dalam pengembangan kewirausahaan yang bersangkutan Kosong = Tidak ada data A. c tekun dan tabah f mempunyai doronganmotif Meredith et al. 2002. B. a Tidak kuatir akan situasi yang serba tidak pasti Sukardi, 1991. C. a menjaga keharmonisan organisasi b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi Meredith et al. 2002 Sebagaimana dapat dilihat dari Tabel 5 di atas, hampir semua dimensi kewirausahaan diri Divora kurangtidak berkembang dengan baik, kecuali dimensi kepemimpinan. Tabel tersebut adalah gambaran singkat dari definisi situasi diri dan kewirausahaan Divora, gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Mengacu Tabel 5 dan Lampiran 2 tersebut, maka secara ringkas definisi situasi diri dan kewirausahaan Divora adalah sebagai berikut: Tugas utama Divora adalah mengkoordinir seluruh sistem operasional KemChicks, seperti SDM, peralatan hardware dan software; memonitor ketersediaan stock barang, display dan tugas-tugas yang lainnya. Menurut Divora, ia berusaha menjalankan tugas dan tangung jawabnya tersebut dengan sebaik-baiknya, dan hanya itu kewajibannya. Baik pada waktu wawancara pertama maupun pada wawancara ke dua verifikasi data, dengan tegas Divora mengatakan bahwa dirinya bukan Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi Diri Sumber definisi situasi diri Makna Diri Pengala- man Harapan Tujuan Pandang- an A. Berorientasi Tugas dan Hasil c, f, - c,f - B. Pengambil Resiko a - C. Kepemimpinan a,b, c,d,e, a,b,c,d,e e D. Keorisinilan - - - - E. Percaya diri - - - F. Berorientasi kemasa depan - - entrepreneur, dan mengatakan bahwa dirinya hanya salah seorang pekerja di KemChicks. Berikut pernyataannya; “Saya karyawan, saya manusia pekerja, bukan pengusaha,. Jadi pengusaha harus memiliki berbagai syarat; kemampuan, nasib dan keberuntungan.. ngga enak jadi pengusaha, hutangnya banyak. Kalo mati bagaimana saya mempertanggung- jawabkannya. Yang di urus itu uang, Tuhan akan tanya darimana dapat untuk apa digunakan?. kita ngga bisa seperti nabi dagang, zaman nabi tidak ada penipuan, sekarang kalo tidak suap ngga bisa dagang. misalnya untuk badan POM, izin DepKes, Badan Karantina, izin notaris, izin lingkungan, dsb. tanggung jawabnya terlalu besar. Pemilik perusahaan, bisa jual barang apapun, ngga ada yang berani sama dia, tapi saya kan tidak bisa.” Orientasi Divora terhadap tugas semata ingin menjalankan tugasnya sesuai standar operasional. Tidak ada tuntutan pada dirinya sendiri untuk melakukanberbuat lebih. Dalam kapasitasnya sebagai salah seorang pimpinan salah satu divisi di KemChicks, Divora tidak memiliki orientasi ke masa depan, harapannya sebatas menjalankan tanggung jawabnya sesuai standar, selaku manager operasional, harapannya hanyalah agar semua sistem software dan hardware bekerja dan berjalan lancar. Namun seandainya pun sistem tidak berjalan lancar, juga tidak ada resiko bagi Divora. Jika Ia tidak bisa mengatasi masalah di lapangan karena salah satu komponen sistem tidak bekerja, Divora hanya perlu melaporkan hambatan tersebut pada manager yang bersangkutan. Misalnya staf tidak bekerja dengan kompeten; display kosong, staf gudang tidak masuk, atau komputer macet dan lain sebagainya. Selama bisa diatasinya, masalah-masalah itu akan ia tanggulangi langsung. Namun jika tidak, ia akan laporkan pada manager yang bersangkutan. Satu-satunya dimensi kewirausahaan yang terbentukberkembang pada diri Divora adalah dalam hal kepemimpinan. Peran dan fungsinya menuntut Divora lebih banyak bersama staf di lapangan. Sebagaimana budaya yang dibangun Pemilik perusahaan dan pimpinan lainnya, yaitu budaya “kekeluargaan”, Divora pun menggunakan pendekatan tersebut dalam memimpin. Ia berusaha mengembangkan sikap saling pengertian, ia lebih suka mengawasi dan menghimbau dari pada memberi sanksi. Divora berpandangan bahwa pendekatan kekeluargaan cukup efektif dalam tugasnya. Teguran kritikan ia sampaikan secara kekeluargaan. Menurut Divora pengalamannya bekerja memberinya pengetahuan tentang bagaimana mengkoordinasi SDM dengan baik. “Kita mengkritik secara kekeluargaan. Sebelum saya memegang jabatan ini, saya sudah pernah bekerja di bagian mead daging, groseri PD, purchasing, gudang, dsb nya. Jadi saya sudah tahu pekerjaan dan staf disana seperti apa dan bagaimana. Jadi kami saling mengerti dan menjaga saja, semuanya didasari azaz kekeluargaan, sehingga tidak pernah ada gesekan.” Dalam hal keorisinilan; Divora mengatakan, tidak ada inovasi yang bisa ia tawarkan untuk pengembangan KemChicks. Menurut pandangannya, tidak ada tuntutan baginya untuk itu menghasilkan inovasi, karena tugasnya adalah di operasional. Divora juga berpandangan; tidak mudah meyakinkan Pemilik perusahaan dan pimpinan jika sebuah ide datang dari staf. Yang ia tahu; jika Pemilik perusahaan ingin mengembangkan diversifikasi usaha, Pemilik perusahaan akan undang profesional dari luar untuk merencanakan dan menanganinya. Jika pengembangan untuk tujuan penguatan KemChicks, ide-ide biasanya datang dari Pemilik perusahaan sekarang lebih banyak dari D’utama, sedangkan inovasi bisa direalisasikan oleh siapa saja. Divora mengaku tidak banyak tahu dengan hal-hal di luar bidangnya, bahkan ketika Divora disuruh “belajar” ke luar negeri untuk pencarian ide-ide kreatif, kesempatan itu lebih banyak ia manfaatkan untuk lessure, karena ia berpandangan sulit mengaplikasikan budaya bisnis luar negeri untuk konteks bisnis di negeri sendiri. Dalam hal kepercayaan diri. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Divora tidak mau dan tidak ingin disebut sebagai pengusaha entrepreneur dengan berbagai alasan. Alasan lainnya adalah; Divora mengaku bahwa ia tidak bisa disiplin, ia displin karena ada sistem yang mengaturnya, jadi kalau dia jadi pengusaha pasti bangkrut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan; bahwa Divora hampir tidak memaknai dirinya sebagai entrepreneeur. Ia tidak berfikir, tidak merasa dan karenanya juga tidak menunjukan perilaku sebagai seorang entrepreneur. Divora bahkan mempunyai pandangan yang negatif - terhadap dunia usaha dan pelaku usaha entrepreneur seperti ; banyak hutang, menghalalkan segala cara dan lainnya. Kerena itu ia tidak ingin dan tidak mau menjadi dan disebut sebagai pelaku usaha entrepreneur. Sumber Definisi Situasi Diri dalam Kewirausahaan Divuma D efinisi situasi diri Divuma lebih banyak dibangun oleh pandangan atau prinsip- prinsip hidup dan pengalaman hidupnya. Gambaran definisi situasi diri Divuma sumber dan proses pembentukan jiwa kewirausahaannya secara ringkas disajikan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Sumber, definisi situasi diri dalam Kewirausahaan “Divuma” Keterangan : A a kebutuhan berprestasi c tekun dan tabah d mempunyai tekad e kerja keras f mempunyai doronganmotif g energitik dan inisiatif Meredith et al. 2002. B. a Tidak kuatir akan situasi yang serba tidak pasti b Berani mengambil resiko dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan gagal Sukardi, 1991. C. c Menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi f mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab memberi ; kepercayaan, pengukuhan, kebebasan membuat keputusan, menerapkan tindakan, berbuat salah, dan mengambil tindakan korektif Meredith et al. 2002. D. a Bekerja keras mencari cara- cara baru untuk memperbaiki kinerja b terbuka terhadap; gagasan, pandangan, dan penemuan baru c tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama tetapi berpandangan ke depan dan mencari ide-ide baru d Mampu menciptakan caraide baru atau membuat kombinasi-kombinasi baru Alma, 2003. E. a optimis dan yakin bahwa usahanya akan berhasil. b percaya diri dengan langsung terlibat dalam kegiatan konkret, c keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadi d lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak tidak mau bergantung pada orang lain Sukardi, 1991. F.a Memiliki Jiwa Kepemimpinan hangat, memdorong pengem-bangan staf, disenangi bawahan Fadel Muhamad, 1992 dalam Alma, 2003. Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi Diri Sumber definisi situasi diri Makna Diri Pengala- man Harapan Tujuan Pandang- an A. Berorientasi Tugas dan Hasil a,c,d,e,f,g a,c,d,e,f,g c,d,e c,d,e,f B. Pengambil Resiko a,b a,b a.b a C. Kepemimpinan c,d,e,f d,e,f, c D. Keorisinilan a,b,c,d a,b,c,d a,d a,c E. Percaya diri a,b,c a,b,c c a F. Berorientasi kemasa depan a a Sebagaimana dapat dilihat dari Tabel 6, Divuma memiliki kualifikasi untuk bisa disebut sebagai entrepreneur pengusaha berdasarkan rujukan yang diacu dalam studi ini, yaitu Meredith et al. 2002, Sukardi 1991 dan Alma 2003. Semua dimensi sifatciri kewirausahaan dirinya berkembang dengan baik. Tabel tersebut adalah gambaran singkat dari definisi situasi diri dan kewirausahaan Divuma, gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 3 Mengacu pada Tabel 6 dan Lampiran 3 tersebut, maka secara ringkas definisi situasi diri dan kewirausahaan Divuma adalah sebagai berikut: Divuma adalah tipe entrepreneur yang berorientasi pada tugas dan hasil. Ia adalah pekerja keras, tekun dan tabah dalam menjalankan tugas-tugasnya. Ia memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaan, bahkan tekanan dalam pekerjaan dianggap sebagai pertarungan dalam kehidupannya. Ia bertekad tidak akan kalah, atau pun berhenti ditengah pertarungan bagaimanapun tantangannya. Prinsip-prinsip tersebut sudah tertanam dalam dirinya jauh sebelum Divuma bekerja di KemChicks. Nilai-nilai itu telah ia peroleh dari didikan orang tuanya – dan melalui kegiatan olah raga bela diri yang ditekuninya ketika ia masih remaja. Ketika ia bekerja di KemChicks, prinsip-prinsip tersebut menjadi sangat berarti baginya, karena dengan itu ia dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan suasa pekerjaan yang juga sering menuntut; ketabahan, ketelitian dan ketelatenan serta tekad pantangtidak mudah menyerah. Divuma menyebutnya “bekerja dengan hati.” Dari pengalamannya itu lahirlah suatu pandangan dalam dirinya; orang tidak perlu pintar, yang penting ia memiliki jiwa entrepreneur, yaitu jiwa yang tidak ‘cengeng’ terlalu banyak mengasihani diri sendiri. Berikut pernyataan Divuma tentang hal tersebut. “Ngga boleh cengeng, itu aja. Orang harus memiliki daya tahan, nah untuk menjadi seorang entrepreneur, seseorang harus memiliki daya tahan berfikir, daya tahan bekerja, daya tahan menerima tantangan, daya tahan menerima kegagalan. Orang cengeng, sedikit capek aja, ngeluh kesana-kemari, kalo mengalami hambatan sedikit aja – dia akan patah semangat, kalo gagal – dia cari kambing hitam. Jadi orang cengeng, sama dengan orang sakit, dia mau berbuat apapun, fisiknya ngga mampu. Orang cengeng terlalu banyak mengasihi diri sendiri, itu sifat mbak, dan ujian paling berat adalah melawan sifat itu. Padahal sebenarnya secara fisik dia mampu melakukan hal-hal yang berguna bagi hidupnya, tapi karena yang sakit adalah jiwanya cengeng, belum apa-apa, dia udah bilang ngga bisa, ngga sanggup pada dirinya, dan..., pada akhirnya tentu saja dia tidak akan sanggup berbuat apapun.” Divuma juga “pengambil resiko.” Ia mengaku; pada awal karirnya ia sering mendapat teguran dari Pemilik perusahaan, “tiada hari dimana Pemilik perusahaan tidak marah,” demikian Divuma menyebutnya. Namun teguran-demi teguran dijadikannya tantangan, semakin ia ditekan, semakin ia tertantang, Divuma menganggap bahwa dirinya sedang bertarung, Ia bertekad tidak akan berhenti di tengah permainan. Prinsipnya; “orang kalo sudah melewati titik lelah, maka waktu selanjutnya rasa lelah itu akan hilang. Dari pernyataan-pernyataan Divuma di atas, sangat jelas bahwa makna kewirausaan baginya bisa diungkapkan dengan sepotong kalimat yaitu “daya tahan.” Hal ini dapat berarti bahwa entrepreneurship bagi Divuma adalah “kerja keras dan motivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya motivasi pencapaian – need for achivement.” Pernyataan Divuma berikut ini mempertegas hal tersebut: “Disini di KemChicks kalo lagi banyak kerjaan, saya bisa ngga pulang, kalo rasa capek, ngantuk, lapar atau apapun yang menganggu, menyerang saya, saya negosiasi dengan diri saya, saya katakan kepada diri sendiri, sebentar lagi pekerjaan ini akan selesai, tinggal sedikit waktu lagi.., jadi bersabarlah...” Dalam hal kepemimpinan, seperti yang lain maka ia pun banyak mengambil “pelajaran” dari Pemilik perusahaan dan Ibu Sadino. Menggunakan pendekaatan kekeluargaan; tidak ingin membuat jarak dengan staf, berusaha untuk selalu membangun komunikasi, menghargai staf sebagai manusia. Intinya mengelola perusahaan dengan “hati,” namun sebagaimana Pemilik perusahaan, ia pun bisa sangat tegas jika menyangkut disiplin dan kejujuran. Sebagai orang yang dipimpin, Divuma berusaha memahami sikap pimpinan, cara dan budaya kerja, dan bijak menerima teguran. Prinsipnya; untuk menjadi seorang entrepreneur orang harus me – nol – kan dirinya lebih dulu, melepaskan egonya, melupakan latar belakang dirinya dan sebagainya. Dalam hal orisinalitas; Divuma memiliki pandangan; ” SDM adalah harta yang paling berharga” karena itu ia bertekad mengelolanya dengan baik. Divuma berusaha memahami dan memenuhi harapan keinginan, perasaan dan pemikiran staf, mengembangkan SDM yang handal untuk mencapai tujuan perusahaan “mensejahterakan orang yang mensejahterakan perusahaan. Yang sering menjadi tantangan baginya adalah bahwa; ‘tidak semua SDM berbakat’ dan sering pula ia tidak tahu dimana pada posisi apa SDM yang dimaksud harus ditempatkan. Idealnya mereka belajar dulu dari bawah, menimba pengalaman dan pengetahuan dari tiap-tiap konter, tetapi tidak semua orang positif memandang pekerjaan kasar. Bagi SDM berbakat, Divuma juga harus terus mencari cara bagaimana agar SDM tersebut tidak pergi atau “dicaplok” oleh perusahaan lain. Sejauh ini inovasi yang diterapkan adalah promosi jabatan atau dengan “pemerkayaan” yaitu memberi tanggung jawab tambahan disamping tugas-tugas pokoknya yang ia jalani sekarang. Dalam hal kepercayaan diri: mengambil contoh pada dua inovasi diatas. Promosi jabatan atau pemerkayaan jabatan, keduanya mengandung konsekwensi dimana perusahaan harus memberi reward atau kompensasi. Tantangan berikutnya adalah bagaimana caranya bisa meyakinkan pimpinan, sebagaimana pengakuan Divuma, usulan tersebut tidak mudah diterima pimpinan. Berikut pernyataan Divuma tentang hal tersebut; “ Ada tidak enaknya bekerja dalam hubungan yang sangat kekeluargaan, bagaimanapun bagusnya ide seorang adik, kakaknya tetap menganggap adiknya masih perlu dibimbing, yang masih perlu tuntunan”. Pimpinan kadang bahkan sering menganggap kita tidak mampu untuk melakukan suatu pekerjaan dengan baik, sehingga kita harus tahu benar bagaimana caranya meyakinkan pimpinan, harus tahu betul waktu mood nya.” Divuma harus mencari cara agar pimpinan bisa mengerti atau dirinyalah yang harus mengerti. Divuma mengatakan, ia memaklumi sikap pimpinannya, ia menyadari bahwa mungkin ia hanya berpikir dari satu sudut pandang, yaitu dari idenya saja, tapi pimpinan berpikirnya dari berbagai aspek; dari segi teknisnya, marketable, financial pendanaan, pengelolaannya, dan sebagainya. Sampai pada titik itu, Divuma kembali mengatakan” semua orang harus melakukan pekerjaan dengan hati”, memahami dengan baik pekerjaan dan permasalahan yang dihadapi “kami semua mulai dari situ” ungkap Divuma berphilosofi. Sumber Definisi Situasi Diri dalam Kewirausahaan Asila Dimensi kewirausahaan Asila berkembang dengan baik. Definisi situasi diri Asila juga dibangun atas berbagai aspek dirinya, antara lain pengalaman, tujuanharapan yang ingin diraih dan pandangan hidupnya. Gambaran definisi situasi diri Asila, sumber dan proses pembentukan jiwa kewirausahaannya secara ringkas disajikan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Sumber definisi situasi diri dalam Kewirausahaan “Asila” Keterangan : A. a kebutuhan berprestasi c tekun dan tabah d mempunyai tekad e kerja keras f mempunyai doronganmotif g energitik dan inisiatif Meredith et al.,2002. B. a Tidak kuatir akan situasi yang serba tidak pasti b Berani mengambil resiko dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan gagal Sukardi, 1991. C. a Menjaga keharmonisan organisasi b Memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c Menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan d membangun komunikasi timbal balik yang baik dengan staf e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi Meredith et al. 2002. D. a bekerja keras, mencari cara- cara baru untuk memperbaiki kinerja Alma, 2003. E. a optimis dan yakin bahwa usahanya akan berhasil. b percaya diri dengan langsung terlibat dalam kegiatan konkret, c keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadi d lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak tidak mau bergantung pada orang lain Sukardi, 1991. F.a Memiliki Jiwa Kepemimpinan hangat, memdorong pengem-bangan staf, disenangi bawahan b Memiliki visi sasaran yang ingin dicapai; intuitif dan inisiatif c Tanggap terhadap perubahan setiap perubahan dianggap mengandung peluang; d Ekonomis dan Efisien cerdas, bijak, bekerja keras, ekonomis dan efisien; d Memiliki Visi Masa Depan visi pada hakekadnya merupakan pencerminan komitmen – kompetensi – konsistensi; e Penentu Resiko bukan penanggung resiko Fadel Muhamad, 1992 dalam Alma 2003 Sebagaimana yang dapat dilihat dari Tabel di atas, Asila memiliki kualifikasi untuk bisa disebut sebagai entrepreneur pengusaha berdasarkan rujukan yang diacu dalam studi ini, yaitu Meredith et al., 2002, Sukardi 1991 dan Alma 2003. Semua dimensi sifatciri kewirausahaan dirinya berkembang dengan baik. Tabel tersebut adalah gambaran singkat dari definisi situasi diri dan kewirausahaan Asila, gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4 Mengacu kedua Tabel 7 dan Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi Diri Sumber definisi situasi diri Makna Diri Pengala- man Harapan Tujuan Pandangan A. Berorientasi tugas dan hasil a,c,d,e,f,g c,d,f,g c,d,e,f,g a d,e,f,g B. Pengambil Resiko a,b b a,b a,b C. Kepemimpinan a,b,c,d,e, d,e,c a,c a,b,c D. Keorisinilan a a a E. Percaya diri a,b,c,d a,b,d a,b,c,d c F. Berorientasi kemasa depan a a Lampiran 4 tersebut, maka secara ringkas definisi situasi diri dan kewirausahaan Asila adalah sebagai berikut : Asila memiliki sikap dan perilaku yang positif sebagai pelaku bisnis dan pekerja profesional. Ia memaknai setiap dimensi kewirausahaan dengan baik dan terbuka. Berkembang baiknya jiwa entrepreneur pada diri Asila adalah hasil interaksi yang positif antara dirinya dengan lingkungan KemChicks termasuk di dalamnya interaksinya dengan significant others Pemilik perusahaan dan interaksi dengan dirinya sendiri. Tuntutan perannya di KemChicks menjadikan Asila sebagai pribadi yang sangat positif. Di samping itu Asila juga memiliki pengalaman, harapantujuan, serta pandangan hidup yang positf, sehingga hal itu berkontribusi pula pada positifnya pemaknaan diri yang bersangkutan. Penuturan Asila berikut ini dapat menjadi penguatan analisis di atas: Di HRD tugas utama saya adalah mengembangkan sikap-sikap positif karyawan, tugas sehari-hari, memastikan semua SDM staf bekerja dengan kompeten. Saya harus memastikan staf siap bekerja, tidak hanya hadir fisiknya, tapi juga hadir jiwanya. Begitu jam kantor di mulai, saya langsung turun ke lapangan ke seluruh bagian, memastikan staf yang bekerja di bagian tersebut sudah masuk dan menjalankan aktivitasnya. Jika ada yang tidak masuk, saya harus membantu dulu bagian itu terutama jika keadaannya mendesak. Misalnya bagian gudang harus segera mengeluarkan barang, tetapi packing nya belum selesai, maka saya akan bantu dulu disana Asila mengaku, dalam beberapa hal banyak meniru gaya Pemilik perusahaan, terutama hal-hal positif, seperti keberanian mengambil keputusan resiko, berorientasi kedepan, memberi kepercayaan, selalu mendorong kreatifitas dll. Asila juga mendapat banyak “pelajaran dari D’utama. Menurut penilaian Asila, D’utama sangat pintar dan detil, terutama dalam hal display menempatkan suatu product ditempat yang pas. D’utama selalu menekankan pentingnya hal tersebut diperhatikan pada saat ia menerima karyawan baru. Menurut Asila, ia mencoba mempraktekan ilmu yang ia dapat dari KemChicks. Sore hari setelah pulang dari KemChicks ia berjualan nuget. Menurut Asila, walaupun hasilnya hanya bisa untuk bayar listrik, tapi buat permulaan hal ini tidak masalah baginya, hal itu dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa ia tidak mungkin selamanya bekerja di KemChicks, pada saat ia berhenti, ia ingin usaha yang di rintisnya dari sekarang udah running jalan. Menurut penuturannya, setiap hari Asila harus datang lebih awal, untuk memastikan semua staf disemua bidang terutama bidang pengadaan barang dan pelayanan sudah siap dengan aktivitas mereka pada hari itu. Menurut Asila, ia punya kegiatan rutin di administasi, tapi kalau tidak ada kesibukan setelah ia mengerjakan pekerjaan rutin tsb, ia jalan kesetiap counter. Ia sudah punya catatan, kemana ia harus pergi, misalnya ke gudang untuk memeriksa ketersediaan barang, kemudian ke bagian pengepakan. Setelah selesai ia ke counter atau ke bagian lain, kalau kebetulan di salah satu bagian kekurangan SDM, ia akan turun tangan untuk membantu. Hal-hal seperti biasa ia lakukan, membantu apa saja. Menurut Asila ia tidak bisa diam “hanya berpangku tangan,” hal itu pasti akan membuatnya jenuh, demikian katanya. Menurut pengakuan Asila, dalam menjalankan tugas-tugasnya, ia banyak meniru gaya Pemilik perusahaan dan Ibu Sadino. Ia tiap hari keliling ke tiap bagian, disamping bertujuan untuk mengontrol, ia juga berusaha bisa berkomunikasi dan bercanda dengan “adik-adiknya,” dengan demikian ia berharap tidak ada gap di antara mereka, dan terbangun saling pengertian, ia berharap mereka dapat memahami, jika mereka membuat kesalahan, ia pasti akan menegurnya. Resiko yang paling sering ia hadapi adalah dalam hubungannya dengan rekan- rekannya, katanya ia pada posisi di tengah, kadang ia ditegur pimpinan langsung atau pimpinan lain yang terkait, kadang dari Pemilik perusahaan. Informan bercerita, bahwa ia pernah bertengkar karena ia menegur salah seorang staf. Informan sempat merasa takut karena keluarganya marah dan mengancam. Untungnya pimpinan manager HRD meyakinkan dan menguatkannya. Itu membuatnya kuat dan lebih berani menjalankan fungsinya pada waktu-waktu selanjutnya. Menurut informan, ia mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian itu, ia merasa posisinya tidak enak, masalah bisa datang dari atas atau dari bawah, sering ia harus menerima teguran karena kesalahan yang tidak ia buat. Asila bercerita; pada waktu ia masih menjadi staf keuangan, pernah ada kejadian, dimana KemChicks harus melakukan pembayaran pada salah satu distributor. Tetapi Manager Keuangan bilang, “jangan bayar dulu,” distributor mengancam, kalau tidak dilakukan pembayaran, pengiriman selanjutnya akan distop. Begitu barang tidak masuk, ia “dimarahi” Manager Pengadaan Pemasaran dan Direktur, saya dianggap salah, karena dinilai keputusan saya tidak tepat. Saya sedih sekali waktu itu, tetapi itulah resiko pekerajaan, “itu tantangan bagi saya.” Demikian informan meyakinkan dirinya sendiri. Meskipun mengalami berbagai masalah, namun informan tetap merasa senang. Penuturan Asila berikut ini kiranya dapat menggambarkan sikap positifnya dalam menghadapi masalah : “Saya berusaha memahami setiap orang, mengenal watak dan sifat-sifat masing- masingnya, dengan begitu saya bisa mengerti apa yang mereka inginkan. Kalo saya bisa, saya akan lakukan apa yang mereka harapkan... Saya berusaha membangun komunikasi yang baik dengan staf. Mendengarkan segala keluh kesah mereka, berusaha memahami dan menanggapi, jika perlu tindakan korektif, saya akan bicara dari hati ke hati, dan menghargai pemikiran- pemikiran mereka. Hal yang terakhir ini saya pelajari dari Bapak dan Ibu Sadino. Intinya, saya selalu berusaha menempatkan diri saya pada posisi mereka, selalu saya tanyakan pada diri sendiri “bagaimana saya ingin diperlakukan jika saya ada dalam posisi mereka?” Cara seperti ini sangat efektif pada saat saya harus membuat keputusan untuk mereka.” Pernyataan dan obsesi Asila sangat menarik perhatian peneliti. Pernyataan tersebut seakan menunjukkan konsep dirinya yang sangat terbuka untuk pembaharuan. Ia terus memperbaiki dan mengembang dirinya. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang alasan Asila untuk melanjutkan studinya ke jenjang S2 pertanyaan yang sebenarnya kurang relevan dengan obyek studi ini, namun di luar dugaan ternyata justru mendapat jawaban yang sangat relevan dengan tujuan studi ini, berikut jawaban Asila: “Tidak ada yang menuntut saya untuk melanjutkan sekolah. Saya hanya takut tidak bisa berkembang lagi, saya yakin saya akan bertemu dengan orang-orang yang lebih hebat dari saya, saya ingin bisa mengimbangi mereka...walaupun Bapak mengatakan pendidikan tidak menjamin orang bisa lebih hebat, banyak yang berpendidikan tinggi, tapi tidak punya pengetahuan seperti kita...tapi saya tetap berfikir bahwa tingkat pendidikan menentukan kualitas personal seseorang. Saya kan dibagian HRD, salah satu tugas saya adalah menseleksi karyawan baru, bagaimana bisa menilai orang?, kalo saya tidak paham bagaimana caranya menilai dengan benar”. Sumber Definisi Situasi Diri dalam Kewirausahaan Divsara Definisi situasi diri Divsara banyak dipengaruhi oleh makna diri dan pengalaman hidupnya. Gambaran definisi situasi diri Divsara, sumber dan proses pembentukan jiwa kewirausahaannya secara ringkas disajikan pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Sumber definisi situasi diri dalam kewirausahaan “Divsara” Keterangan : A. b berorientasi laba d mempunyai tekad e kerja keras f mempunyai doronganmotif Meredith et al. 2002. B. a tidak kuatir akan situasi yang serba tidak pasti b berani mengambil resiko dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan gagal Sukardi, 1991. C. a menjaga keharmonisan organisasi b memandang staf sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi c menghargai dan menghormati kebutuhan, tujuan, keinginan, perasaan dan ide karyawan e menciptakan suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi Meredith et al. 2002. D. a Bekerja keras, mencari cara- cara baru untuk memperbaiki kinerja b terbuka terhadap; gagasan, pandangan, dan penemuan baru d Mampu menciptakan caraide baru atau membuat kombinasi-kombinasi baru Alma, 2003. E. a optimis dan yakin bahwa usahanya akan berhasil. Sukardi, 1991. F. b Memiliki visi sasaran yang ingin dicapai; intuitif dan inisiatif c Tanggap terhadap perubahan setiap perubahan dianggap mengandung peluang; d Ekonomis dan Efisien cerdas, bijak, bekerja keras, ekonomis dan efisien; e Memiliki Visi Masa Depan visi pada hakekadnya merupakan pencerminan komitmen – kompetensi – konsistensi; Fadel Muhamad, 1992 dalam Alma, 2003. Sebagaimana yang dapat dilihat dari Tabel 8 dimana, Divsara memiliki kualifikasi untuk bisa disebut sebagai entrepreneur pengusaha berdasarkan rujukan yang diacu dalam studi ini, yaitu Meredith et al. 2002, Sukardi 1991 dan Alma 2003. Semua dimensi sifatciri kewirausahaan dirinya berkembang dengan baik. Tabel tersebut adalah gambaran singkat dari definisi situasi diri dan kewirausahaan Divsara, gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 5 Mengacu pada Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi Diri Sumber definisi situasi diri Makna Diri Pengala- man Harapan Tujuan Pandang- an A. Berorientasi Tugas dan Hasil b,d,e,f d,e,f d b b B. Pengambil Resiko a,b a b C. Kepemimpinan a,b,c,e, a b,c,e D. Keorisinilan a,b,d d b a a E. Percaya diri a - a F. Berorientasi kemasa depan b,c,d,e b,c,e b,e b,d,e b,d,e Tabel 8 dan Lampiran 5 tersebut, maka secara ringkas definisi situasi diri dan kewirausahaan Divsara adalah sebagai berikut: Tugas utama Divsara adalah memastikan stafnya bertugas secara kompeten, yang tidak hanya hadir secara phisik tapi juga hadir jiwa dan kemampuannya yaitu “memasarkan”. Divsara sangat menyadari bahwa staf pemasaran adalah ujung tombak dari bisnis KemChicks, karena itu ia berupaya menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya memasarkan barang sebanyak-banyaknya. Divsara pun terus berusaha mengembangkan diri mengasah kemampuan, berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya sekarang. Tantangan utama bagi Divsara adalah ; tidak semua staf pemasaran memiliki ilmu sekaligus seni menjualmemasarkan. Sebagai pimpinan Divsara harus terus mendidik staf agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun karena mendidik bisa berarti menegurmengkritisi, Divsara sering berada dalam situasi dilematis. Menurut Divsara masalahnya adalah ; ia tidak bisa bersikap keras apalagi menjatuhkan sanksi, pertama karena ia sendiri adalah pribadi yang halus, sulit sekali bagi Divsara untuk melakukan hal itu. Divsara lebih memilih untuk menutupi kelemahan stafnya dengan ia bekerja lebih dari pada ia harus berkonflik. Yang kedua menjatuhkan sanksi bukanlah kewenangannya, tapi wewenang manager HRD. Manager HRD pun mengetahui dan menyadari bahwa; lebih banyak SDM KemChicks yang tidak berbakat, seperti sudah dijelaskan di bagian penjelasan Divuma, sulit mendapatkan SDM yang benar-benar berbakat, jika ada, sulit pula mempertahankannya. Persoalan SDM pada akhirnya menjadi masalah KemChiks secara keseluruhan, tidak ada solusi yang mudah. Menurut Divsara, sementara ini semua orang saling membantu, termasuk kedua Pemilik perusahaan, meskipun saat ini mereka seharusnya sudah pensiun, namun tiap hari mereka tetap datang untuk menyapa, membangun hubungan emosional dan mengedukasi pelanggan dan sekaligus “anak-anaknya.” Meskipun Pemilik perusahaan tidak pernah memberi arahan secara khusus, namun Divsara dan seluruh staf melihat Pemilik perusahaan “mengajarkan” dengan cara menunjukan, suatu pendekatan yang paling penting dalam bidang pemasaran yaitu membangun hubungankomunikasi dengan pelanggan. Berikut ini pernyataan Divsara tentang hal tersebut; “Bapak dan Ibu Sadino adalah guru utama saya, tiap hari datang kesini hanya untuk menyapa pelanggan mereka dan kami semua, biasanya Bapak akan menyapa mereka dengan bahasa mereka sendiri. Orang Prancis akan disapa dengan bahasa Perancis, orang Jerman atau orang Belanda akan disapa dengan bahasa mereka masing-masing. Itulah hebatnya Bapak, beliau memiliki kemampuan dan kesenangan berkomunikasi dalam berbagai bahasa. Point nya bukan hanya pada kemampuan berbahasa yang dimiliki Bapak, tetapi pada kesenangannya membangun hubungan dan menunjukan emphaty pada orang lain.” Dari Tabel 8, juga terlihat adanya dimensi kewirausahaan yang tidak dimiliki Divsara, yaitu dimensi kepercayaan diri. Namun masalah Divsara berbeda dengan Divora, Divsara tidak memiliki pandangan yang bertentangan dengan konsep-konsep kewirausahaan. . Menurut Divsara, ketidakpercayaan dirinya semata disebabkan ketidakmampuannya untuk bersikap tegas pada stafnya, sementara jabatan yang dia pimpin sangat membutuhkan kemampuan seperti itu. Divsara sendiri sangat menyadari situasi diri dan atau kelemahan dirinya, oleh sebab itu ia berusaha mengimbangi kelemahan-kelemahan tersebut dengan berbuat lebih banyak dari yang seharusnya ia tanggung. Situasi diri Divsara ini dapat disimak melalui pernyataannya seperti berikut; “Orang-orang pemasaran harus memiliki ilmu sekaligus seni.. Tantangannya adalah; tidak semua staf memiliki kemampuan seperti itu, kadang ada yang bahkan tidak memiliki keduanya. Staf juga dituntut memiliki standar etika yang tinggi dan tidak ketinggalan informasi. Hal-hal seperti itu sering menjadi hambatan. Mereka tidak percaya diri, takut salah. Akhirnya mengambil posisis diam..”. sela; bagaimana Bp mengatasi hal ini? “Masalahnya; saya pun bukanlah orang yang bisa tegas, saya tidak bisa pecat orang. Akhirnya dari pada menimbulkan konflik, saya lebih memilih melakukan pekerjaan itu sendiri semampu saya..”. Salah satu syarat penting untuk menjadi entrepreneur menurut Divsara adalah mampu memimpin, kunci sukses memimpin adalah komunikasi. Pandai berkomunikasi dalam artian tidak hanya mempunyai keahlian dalam menguasai beberapa bahasa, tetapi juga dalam artian mampu membangun hubungan dan membina hubungan yang baik dengan semua orang yang terlibat dalam usahanya, Menurut Divsara, kemampuan seorang pemimpin mengelola sebuah organisasi juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi ini. “Saya tidak bisa memimpin, karena saya tidak bisa berkomunikasi. Saya tidak bisa marah sama orang. Kalo ada yang kerjaannya ngga benar atau salah lebih baik memilih diam, mengerjakan apa yang bisa kerjakan, dari pada saya negor, terus timbul masalah.” Dari pernyataan Divsara tersebut, Tabel 8 dapat dipahami dengan lebih mudah; bahwa meskipun dimensi kewirausahaan Divsara khususnya dalam konteks kepercayaan diri rendah, namun orientasinya terhadap tugas dan hasil baik, demikian pula dengan orientasinya terhadap masa depan. Sumber Definisi Situasi Diri daalam Kewirausahaan Divua Definisi situasi Divua lebih banyak dipengaruhi oleh aspek konsep makna dirinya sebagai pengelola KemChicks. Gambaran definisi situasi diri Divua, sumber dan proses pembentukan jiwa kewirausahaannya secara ringkas disajikan pada Tabel 9 berikut. Tabel 9 Sumber definisi situasi diri dalam kewirausahaan “Divua” Keterangan: A d mempunyai tekad e kerja keras f mempunyai doronganmotif Meredith et al. 2002. B. a Tidak kwatir akan situasi yang serba tidak pasti b Berani mengambil resiko dan selalu antisipatif terhadap kemungkinan gagal Sukardi, 1991. C. f mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab memberi ; kepercayaan, pengukuhan, kebebasan membuat keputusan, menerapkan tindakan, berbuat salah, dan mengambil tindakan korektif Meredith et al.,2002. D. b terbuka terhadap; gagasan, pandangan, dan penemuan baru d Mampu menciptakan caraide baru atau membuat kombinasi-kombinasi baru Alma, 2003. E. a optimis dan yakin bahwa usahanya akan berhasil. b percaya diri dengan langsung terlibat dalam kegiatan konkret, c keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadi d lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak tidak mau bergantung pada orang lain Sukardi, 1991. F. e Penentu Resiko bukan penanggung resiko Fadel Muhamad, 1992 dalam Alma 2003 Dimensi Kewirausahaan Definisi situasi Diri Sumber definisi situasi diri Makna Diri Pengala- man Harapan Tujuan Pandang- an A. Berorientasi Tugas dan Hasil d,e,f d,e,f B. Pengambil Resiko a,b a,b a,b a,b a,b C. Kepemimpinan f f D. Keorisinilan b,d d d b,d E. Percaya diri a,b,c,d a,b,d a,b a,b c,d F. Berorientasi kemasa depan e e e Sebagaimana yang dapat dilihat dari Tabel 9, Divua memiliki kualifikasi untuk bisa disebut sebagai entrepreneur pengusaha berdasarkan rujukan yang diacu dalam studi ini, yaitu Meredith et al. 2002, Sukardi 1991 dan Alma 2003. Semua dimensi sifatciri kewirausahaan dirinya berkembang. Tabel tersebut adalah gambaran singkat dari definisi situasi diri dan kewirausahaan Divua, gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 6. Mengacu pada Tabel 9 dan Lampiran 6 tersebut, maka secara ringkas definisi situasi diri dan kewirausahaan D’utama adalah sebagai berikut: Divua mendefinisikan dirinya sebagai orang yang ingin selalu exist; selalu menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Ia punya motif dan target untuk berhasil. Sesuai tuntutan perannya; ia terus belajar hal-hal baru, memanfaatkan jaringan kerja. Divua mengaku mengerti sistematika kerja atau admisnistrasi, karena pada dasarnya ia adalah orang yang dibelakang meja back office Dalam hal ‘pengambil resiko’ ia adalah orang yang berbuat, bertanggung jawab dan tidak takut salah. Dalam kepemimpinan; Divua mengaku sebagai orang yang memiliki jiwa kepemimpinan, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan memiliki sifat melayani. Ia adalah orang yang menjaga kepercayaan, ia berusaha mengerjakan tugas dengan baik. Divua juga tidak banyak mengungkapkan makna diri dan tuntutan peran yang membuatnya mau atau tidak mau harus mengasah jiwa kewirausahaannya. Tentang tuntutan perannya, Divua antara lain mengatakan bahwa hingga saat ini ia masih suka belajar hal-hal baru, terutama dalam hal mengembangkan sistem jaringan. Dengan sistem jaringan yang ia bangun, Divua mengaku dapat mengerjakan tugas- tugasnya, mengemban tanggung jawabnya tanpa harus hadir di KemChicks. Dengan kemampuannya itu, Divua mengaku sering dimintai tolong untuk menyelesaikan masalah di KemChicks. Hal lain yang diuangkapkan Divua lebih banyak tentang kelemahan Pemilik perusahaan yang dinilai Divua terlalu banyak memberi kepercayaan dan kepemimpinan yang dinilai Divua sangat lemah, yang menyebabkan rendahnya kinerja staf. Namun sayangnya informasi tersebut tidak relevan dengan pembentukan entrepreneurship diri yang bersangkutan. Sisanya adalah tentang dirinya dengan berbagai kelebihan seperti pernyataan-pernyataan berikut ini. Saya sendiri memang punya sifat perfectionist, saya merasa selama kerja di KemChicks, banyak berbuat untuk menyelamatkannya. Saya memiliki selera tinggi, saya punya kelebihan bisa meyakinkan orang. Saya orangnya pemilih dan berwatak keras, saya punya keyakinan kuat, punya target, harus ada yang bisa saya capai, Prinsip saya, saya tidak semata cari uang, saya ingin dipercaya, oleh sebab itu saya bertekat bahwa saya harus bisa meyakinkan orang, kalo saya berhasil, tentu orang itu akan percaya sama saya. Bapak Pemilik perusahaan Sadino paling benci sama orang yang sok tau, tapi kalo saya disuruh, saya tidak mau menolak, saya lakukan aja dulu apa yang saya bisa, saya tipe orang yang ambil resiko, saya ngga takut salah, kalo salah saya juga bisa bertanggung jawab. Ada beberapa teman saya tipe savety player. Takut resiko, cari aman, tapi ngga menyelesaikan masalah, selalu nunggu perintah, menurut saya yang seperti susah juga buat atasan, tidak ada improve. Dari pernyataan-pernyataan Divua di atas, sepertinya informan memiliki hampir semua sifat dan ciri seorang entrepreneur sejati, namun informan tidak menjelaskan pada konteks atau peristiwa apa sebuah pernyataan muncul, dan pada situasi dan kondisi seperti apa suatu perilaku muncul, serta ada peristiwa atau pengalaman hidup yang bagaimana sehingga ia memiliki sifat-sifat seperti itu. Berbeda dengan informan-informan yang lain, meskipun hanya satu atau dua sifat yang ia sebut sebagai identitas dirinya, namun dengan lugas mereka menjelaskan situasi, history perjalanpengalaman hidup yang mereka lalui, lingkungan, pola pengasuhan dan pendidikan yang bisa mendukung pernyataan mereka atas identitas diri mereka itu. Dengan kenyataan seperti itu, lebih banyak inormasi dari Divua yang tidak bermanfaat karena tidak relevan. Menurut informan, seorang entrepreneur harus cerdas, menarik, orang yang memiliki kepercayaan diri dan mempunyai bakat sebagai pemimpin, dan dia bisa memberi kepercayaan. Divua juga mengaku, ia adalah tipe pimpinan yang general, ia mengetahui banyak hal yang berhubungan dengan IT, tapi tidak ahli. Disamping itu ia juga menyebut dirinya sebagai problem solver karena ia selalu diminta untuk memecahkan berbagai persoalan di perusahaan, katanya juga tipe perfect dan konservatif dalam beberapa hal, itu menjadi kelebihan informan, dan ia juga bisa jadi leader. Pandangan-pandangan informan lainnya, terutama menyangkut identitas dirinya disajikan seperti yang berikut ini : Sampai sekarang saya masih dipercayai untuk mengurusi masalah finance dan akutansinya tapi belakang mulai dari 2 tahun yang lalu saya juga diminta membangun IT system, memang saya ngga bisa create sepenuhnya, tapi saya udah bilang sama Pak Ari D’utama, kita harus bangun sistem. Sampai sekarang, belum bisa jalan sepenuhnya, hal ini karena SDM didalam paradigmanya belum bisa berubah, terlalu konfensional, aku-nya terlalu besar, jadi susah melompat. Sepertinya ada ketakutan, kalo sistem dibangun orang akan menjadi robot, tapi tidak selalu seperti itu kan?... Ada kelebihan kalo kita membangun sistem yang bagus, orang mau goblok atau mau pintar, sistem tetap bisa jalan. Yang salah adalah kalo sistem diakalin, sehingga orang bisa berdalih, sistemnya yang ngga benar.

5.2.2 Pembahasan

Diri dapat didefinisikan sebagai suatu konsep hypothetis yang merujuk pada perangkat kompleks dari karakteristik fisik, perilaku dan kejiwaan seseorang. Diri sebagai konsep hypothetik artinya orang tidak dapat menggunakan panca indera untuk membuktikan keberadaannya, sebaliknya hal tersebut adalah sesuatu yang dikatakan ada karena orang membutuhkan satu kesatuan istilah untuk menggambarkan segala sesuatu yang dialami panca inderanya Calhoun Acocella, 1990. Dalam bidang ilmu psikologi, banyak aspek yang menyangkut diri yang sudah biasa menjadi kupasan. Menurut Markus dan Nurius 1986 dalam Calhoun Acocella, 1990, konsep tentang diri meliputi aspek-aspek: 1 Fisik–diri, tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung di dalamnya. Meskipun banyak orang mengidentifikasi diri mereka lebih pada akal dan pikiran dari pada dengan tubuh mereka sendiri, tidak dapat disangkal bahwa mana kala tubuh terancam bahaya atau benar-benar cidera–misalnya ketika kaki seseorang harus diamputasi, maka pengertian diri menjadi terganggu. 2 Diri–sebagai proses; suatu aliran akal pikiran, emosi dan perilaku yang konstan. Apabila seseorang mendapat suatu masalah, memberikan respon secara emosional, membuat suatu perencanaan seperti misalnya bagaimana memecahkannya, dan kemudian melakukan tindakan, semua peristiwa tersebut adalah bagian dari diri – sebagai proses. Maka diri–sebagai proses, menjadi markas besar penyesuaian. 3 Diri–sosial, adalah sebuah konsep yang paling penting bagi ahli ilmu-ilmu sosial. Diri-sosial terdiri dari akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain dan masyarakat. Menurut banyak ahli ilmu sosial, salah satunya Brim 1960 dalam Calhoun dan Acocella 1990, perilaku lebih banyak merupakan hasil dari peran yang dimainkan pada saat tertentu dan bukan bagian dalam ”diri” yang terkait. 4 Konsep–diri, adalah apa yang terlintas dalam pikiran saat berfikir tentang ”saya”. Tiap orang melukis sebuah gambaran mental tentang dirinya sendiri, meskipun gambaran itu mungkin sangat tidak realistis, tetapi semua itu tetap milik diri dan berpengaruh besar pada pemikiran dan perilaku. 5 Citra–diri, citra diri adalah apa yang diinginkan diri atau cita-cita. Citra diri akan menentukan konsep–diri. Tiap bagian diri tersebut saling bergantung satu sama lain; mereka saling tumpang tindih dan saling berkaitan. Misalnya jika fisik–diri mengalami cidera, maka konsep diri akan menderita, akibatnya pikiran dan tingkah laku seseorang diri sebagai–proses akan menjadi terganggu, begitu seterusnya. Singkatnya kesatuan bagian-bagian diri saling mendukung untuk membentuk suatu konsep diri yang utuh. Bagi teori interaksionisme simbolik, diri self merupakan konsep yang sangat penting. Self merupakan bagian dari lingkungan yang menjadi obyek perbuatan seseorang. Manusia pun bisa menilai perbuatannya, atau marah terhadap diri sendiri, menyesali tindakan sendiri atau mengakui bahwa perbuatannya salah. Singkat kata ia bisa mengenal diri sendiri make indication to himself. Bahkan ia bisa berdialog dengan diri sendiri self-interaction interaksi pribadi atau minded activity berfikir. Studi ini pada intinya menyelidiki bagaimana para informan memberikan definisi atau memaknai tentang diri mereka terutama dalam kaitannya dengan fungsi