Peta Batimetri Pemetaan Batimetri

obyek pada masing-masing kanal. Pada peneltitian ini peta batimetri dibuat berdasarkan persamaan regresi Nomor 12. Hasil dari transformasi algoritma Lyzenga merupakan nilai kedalaman dan nilai faktor koreksi kedalaman berdasarkan data pasang surut Z+K. Histogram yang dihasilkan dari persamaan regresi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 8 berikut. Gambar 8. Histogram nilai transformasi algoritma Lyzenga. Peta estimasi kedalaman perairan laut dangkal gugusan Pulau Tiga yang dihasilkan dari histogram diatas sebelum dikelaskan ke dalam beberapa kelas baru, dapat dilihat pada Gambar 9 berikut. Gambar 9. Peta estimasi kedalaman perairan laut dangkal Pulau Tiga dengan menggunakan algoritma Lyzenga. Pengkelasan kedalaman untuk pemetaan dilakukan dengan mengkelaskan nilai hasil transformasi ke dalam beberapa kelas baru. Pengkelasan ini berdasarkan penyesuaian dengan histogram pada citra hasil transformasi dan dilakukan dengan mengukur nilai-nilai pada tiap puncak pada histogram dan menggunakan nilai-nilai tersebut sebagai acuan untuk memetakan kedalaman dugaan ke rentang kelas baru, seperti terlihat pada Gambar 10 berikut. Gambar 10. Peta estimasi kedalaman perairan laut dangkal Pulau Tiga dengan menggunakan algoritma Lyzenga yang telah di kelaskan kedalam beberapa kelas kedalaman. Estimasi kedalaman perairan laut dangkal hasil turunan dari citra ALOS AVNIR-2 ini hanya mampu mengintepretasikan kedalaman hingga kedalaman sekitar 8 meter Gambar 10, lebih dari itu gelombang elektromagnetik tidak dapat lagi menembus perairan sampai ke dasar laut dikarenakan adanya faktor kekeruhan dan merupakan laut dalam. Namun model regresi yang digunakan untuk membuat peta batimetri perairan laut dangkal masih dapat digunakan karena nilai kedalaman pemeruman yang digunakan pada saat pengolahan analisis regresi hanya mencapai 15,80 meter yang dapat dilihat di Lampiran 4.

4.2. Galat Error Model Nilai Digital Asli dengan Algoritma Lyzenga

Grafik antara kedalaman pemeruman dan estimasi kedalaman dengan algoritma Lyzenga pada Gambar 11 untuk kedalaman perairan laut dangkal Pulau Tiga, Kabupaten Natuna menunjukkan bias yang tinggi pada kedalaman duga lebih dari 8 meter. Maka persamaan regresi linier yang digunakan untuk menduga kedalaman di perairan laut dangkal Pulau Tiga dapat dikatakan hanya mampu menduga kedalaman mendekati kedalaman yang sebenarnya hingga nilai kedalaman sekitar 8 meter saja. Selain itu, keakuratan data hasil analisis regresi pada kanal hijau juga dapat terlihat dari RMSE atau standard error yaitu sebesar 0,14 meter yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil korelasi antara kedalaman pemeruman dan data hasil transformasi algoritma Lyzenga pada wilayah kajian menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,89 dengan standard error sebesar 0,72 m Lampiran 2. Nilai ini menunjukkan korelasi yang baik antara nilai kedua kedalaman. Hal ini juga dibuktikan dengan rata-rata bias selisih antara nilai kedalaman pemeruman dan kedalaman duga yang kecil pada setiap data kedalaman Lampiran 4. Gambar 11. Nilai kedalaman duga estimated depth terhadap nilai kedalaman pemeruman actual depth. Seperti yang terlihat pada Lampiran 2 RMSE atau standard error dan variabilitas pada nilai kedalaman duga akan meningkat seiring meningkatnya kedalaman pemeruman. Mishra et al. 2001 menyatakan bahwa apabila semakin dalam penetrasi gelombang sinar tampak, maka akan semakin bertambah besar atenuasi yang terjadi pada energy gelombang tersebut. Hasil analisis residual merupakan selisih antara hasil model dugaan kedalaman dengan kedalaman pemeruman Gambar 12. Analisis residual dalam analisis regresi memegang peranan penting, yang umumnya digunakan untuk pendeteksian atau penafsiran kesesuaian antara data dugaan dengan data hasil pemeruman yang digunakan. Gambar 12. Analisis residual antara nilai kedalaman pemeruman actual depth dengan kedalaman duga estimated depth. Kisaran keakurasian yang digunakan sebesar ±2 meter pada masing- masing analisis residual data kedalaman, dimana pada gambar diatas jumlah data adalah 237 dan jumlah data yang tidak masuk pada kisaran ±2 meter adalah sebanya 41 data. Berdasarkan data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sekitar 82,70 data kedalaman dugaan perairan laut dangkal Pulau Tiga dapat dipercaya tingkat keakurasiannya dan dapat dikatakan bahwa model regresi linier yang dianalisis cukup memadai untuk digunakan pada transformasi citra ALOS AVNIR-2.