Kondisi Iklim di Indonesia

3.4.2 Analisis Keterkaitan Perubahan

Iklim dengan Sektor Lain Hasil identifikasi selanjutnya dianalisis terkait keterkaitan perubahan iklim dengan kerentanan pangan, kesehatan, dan di kawasan pesisir. Beberapa indikator perubahan iklim adalah kecenderungan peningkatan suhu udara, perubahan pola distribusi hingga intensitas curah hujan yang meningkat dan nantinya berpengaruh pada seluruh aspek.

3.4.3 Pengembangan Startegi Adaptasi

Hasil analisis keterkaitan perubahan iklim dan sektor, nantinya akan menghasilkan solusi adaptasi yang dapat disimpulkan untuk menjadi bagian dari strategi adaptasi perubahan iklim sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut di kehidupan masyarakat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Iklim di Indonesia

Iklim di Indonesia pada dasarnya ditentukan oleh sirkulasi monsun Asia dan Australia yang dicirikan oleh sistem angin dekat permukaan yang berubah arah hampir sekitar setengah tahun sekali. Perubahan tersebut menyebabkan pula perubahan musim yang utama yakni musim penghujan dan musim kemarau. Dalam literatur mengenai monsun Asia, dikenal dengan adanya summer monsoon dalam periode Juni-Juli-Agustus JJA dan winter monsoon dalam periode Desember-Januari-Februari DJF. Periode ini kurang lebih sama dengan apa yang dikenal masyarakat awam di Indonesia dengan istilah “Musim Timur“, yang identik dengan musim kemarau dan “Musim Barat“ untuk musim penghujan khususnya di Pulau Jawa DNPI, 2009. Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 o C sejak 1900 dengan suhu tahun 1990-an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1 o C di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 10821983, 19861987 dan 19971998. Perubahan yang terjadi itulah yang membuat Indonesia menjadi negara yang sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim DNPI, 2009. Secara umum, fenomena El Nino dicirikan oleh menghangatnya suhu muka laut seiring dengan melemahnya angin timuran di tengah Pasifik sehingga daerah pertumbuhan awan dan pembentukan hujan yang biasanya terdapat di Pasifik Barat termasuk wilayah Indonesia bergeser ke Pasifik Tengah Sebaliknya, La Nina adalah terkait dengan mendinginnya suhu muka laut seiring dengan menguatnya angin timuran di Pasifik Tengah. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas pembentukan awan dan hujan di Pasifik Barat dan sebagian wilayah di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara paling rentan terhadap ancaman dan dampak dari perubahan iklim sehingga harus lebih waspada. Perubahan iklim mengakibatkan peningkatan frekuensi dan magnitute dari cuaca ekstrim dan meningkatkan potensi bencana iklim banjir, kekeringan dan anomali curah hujan. Hasil kajian dan studi literatur menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan peningkatan variabilitas dan peningkatan anomali curah hujan di beberapa wilayah berupa tren penurunan curah hujan serta pergeseran musim. Perlu dikaji lebih dalam untuk menentukan tren jangka panjang yang diakibatkan perubahan iklim atau variasi yang terjadi dalam jangka tahunan. Diprediksi bahwa sampai tahun 2050 peningkatan suhu udara terkait pemanasan global di Indonesia dapat mencapai 2°C dengan variasi yang beragam di berbagai wilayah. Kajian IPCC, organisasi yang dibentuk tahun 1988 oleh Organisasi Meteorologi Dunia WMO dan Program Lingkungan PBB UNEP, memperkirakan Indonesia akan mengalami kenaikan suhu 1-4 derajat celsius pada tahun 2050 IPCC, 2007. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak ganda perubahan iklim. Meskipun kepastian mengenai besarnya bahaya masih belum dapat dipastikan, namun beberapa yang diperkirakan akan sangat signifikan, yaitu: • Curah hujan yang lebih tinggi. Diperkirakan, akibat perubahan iklim, Indonesia akan mengalami kenaikan curah hujan 2-3 persen per tahun, serta musim hujan yang lebih pendek lebih sedikit jumlah hari hujan dalam setahun, yang menyebabkan resiko banjir meningkat secara signifikan. • Kenaikan permukaan air laut. Daerah berpopulasi padat akan sangat dipengaruhi oleh kenaikan permukaan air laut. Ada sekitar 40 juta masyarakat Indonesia yang bermukim dalam jarak 10m dari permukaan air laut rata-rata, yang berarti sangat rentan terhadap perubahan permukaan air laut. • Ketahanan pangan. Perubahan iklim akan mengubah curah hujan, penguapan, limpasan air, dan kelembapan tanah; yang akan mempengaruhi produktivitas pertanian. Kesuburan tanah akan berkurung 2-8 persen dalam jangka panjang, yang akan berakibat pada penurunan produksi tahunan padi sebesar 4 persen, kedelai sebesar 10 persen, dan jagung sebesar 50 persen. Sebagai tambahan, kenaikan permukaan air laut akan menggenangi tambak di pesisir, dan berpengaruh pada produksi ikan dan udang di seluruh negeri. • Pengaruh pada keanekaragaman bahari. Diperkirakan bahwa iklim yang berubah akan meningkatkan suhu air laut Indonesia sebesar 0.2 – 2.5 o C. Hal ini akan menambah tekanan pada 50,000 km 2 terumbu karang, yang sudah dalam keadaan darurat. Pemutihan terumbu karang diperkirakan akan meningkat secara konstan pada suhu air laut, seperti yang diamati pada saat terjadinya El Nino. • Peningkatan berjangkitnya penyakit yang dibawa air dan vektor. Walaupun hubungan antara perubahan iklim dan masalah kesehatan belum banyak diteliti, ada potensi bahwa berjangkitnya penyakit yang dibawa air dan vector akan meningkat. Beberapa berspekulasi bahwa peningkatan berjangkitnya kasus demam berdarah selama musim hujan di Indonesia, sebagiannya mungkin saja disebabkan oleh iklim yang lebih hangat World Bank, 2010. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki kerentanan tinggi terhadap dampak perubahan iklim dan memerlukan upaya adaptasi, misalnya terhadap perubahan curah hujan, kekurangan airkekeringan, banjir, kenaikan muka air laut, cuaca ekstrim, dan penyakit menular. Hingga saat ini Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam menangani dampak perubahan iklim, yang diperkirakan akan semakin membahayakan pencapaian target pembangunan jangka panjang apabila tidak dilakukan antisipasi.

4.2 Analisis Pengetahuan Masyarakat