Tata Ruang Kawasan Sub DAS Ciliwung Hulu

dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang Rustiadi et al., 2010. Dalam kaitannya dengan tujuan tersebut, maka Rustiadi et al. 2011 menyatakan tiga hal yang membuat unsur fisik menjadi peran penting dalam penataan ruang. Pertama, efisiensi dan produktivitas dapat dipenuhi dengan adanya alokasi sumberdaya fisik wilayah dilakukan secara tepat, sehingga peruntukan berbagai kawasan dapat sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya. Kedua, unsur fisik dapat memenuhi tujuan keadilan dan keberimbangan hanya jika alokasi sumberdaya fisik dapat bermanfaat bagi wilayah yang bersangkutan dan memberikan dampak positif bagi wilayah di sekitarnya. Ketiga, tujuan untuk menjaga keberlanjutan sustainability, hanya mungkin dicapai bila alokasi sumberdaya fisik wilayah dilakukan dengan cara bijaksana sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, unsur fisik penataan ruang harus diperlakukan sesuai dengan daya dukung, daya tampung, dan potensi wilayah.

2.4. Tata Ruang Kawasan Sub DAS Ciliwung Hulu

Menurut Denny 2004, tujuan penataan ruang Kawasan Jabodetabek- Punjur adalah untuk: 1. Keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah Kabupaten dan Kota sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan; 2. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan serta penanggulangan banjir; 3. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah, bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan. Adapun sasaran penyelenggaraan penataan ruang Kawasan Jabodetabek- Punjur adalah: 1. Terwujudnya kerjasama penataan ruang antar Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam Kawasan Bopunjur, yaitu: a. Sinkronisasi pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup yang penduduk; b. Sinkronisasi pengembangan prasarana dan sarana wilayah secara terpadu; c. Kesepakatan antar daerah untuk mengembangkan sektor-sektor prioritas dan kawasan-kawasan prioritas menurut tingkat kepentingan bersama. 2. Terwujudnya peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora, dan fauna dengan ketentuan: a. Tingkat erosi yang tidak mengganggu; b. Tingkat peresapan air hujan dan air permukaan yang menjamin tercegahnya bencana banjir dan ketersediaan air sepanjang tahun; c. Kualitas air yang menjamin kesehatan lingkungan; d. Situ yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sumber air baku, dan sistem irigasi; e. Pelestarian flora dan fauna yang menjamin pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; f. Tingkat perubahan suhu dan kualitas udara tetap menjamin kenyamanan kehidupan lingkungan hidup. 3. Terciptanya optimalisasi fungsi budidaya, dengan ketentuan: a. Kegiatan budidaya yang tidak melampaui daya dukung dan ketersediaan sumber daya alam dan energi; b. Kegiatan usaha pertanian yang memperhatikan konservasi air dan tanah; c. Daya tampung bagi penduduk yang selaras dengan kemampuan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan yang bersih dan sehat serta dapat mewujudkan jasa pelayanan yang optimal; d. Pengembangan kegiatan industri yang menunjang pengembangan kegiatan ekonomi lainnya; e. Kegiatan pariwisata yang tetap menjamin kenyamanan dan keamanan masyarakat, serasi dengan lingkungan, serta dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk; f. Tingkat gangguan pencemaran lingkungan serendah-rendahnya dari kegiatan transportasi, industri, dan pemukiman melalui penerapan baku mutu lingkungan hidup. 4. Tercapainya keseimbangan antara fungsi lindung dan budidaya.

2.5. DAS Daerah Aliran Sungai Ciliwung