4. Ekstraksi Landform
Tahap ekstraksi ini bertujuan untuk menghasilkan beberapa parameter peta dari suatu peta dari data atribut peta tersebut. Peta Tanah Semidetil diekstrak
menjadi peta kemiringan lereng, peta drainase tanah dan peta tekstur tanah, sedangkan Peta Land System diekstrak menjadi peta kedalaman tanah dengan
modifikasi skala menggunakan bantuan dari DEM SRTM dan Peta Tanah Semidetil.
5. Tumpang Tindih Overlay
Pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode overlay peta digital. Peta kelas erosi diperoleh dari hasil
overlay antara peta penggunaanpenutupan lahan dan peta tanah. Lima faktor pembatas yang
ditumpangtindihkan, yaitu peta kemiringan lereng, peta erosi, peta kedalaman tanah, peta tekstur tanah, dan peta drainase tanah.
6. Penetapan Kemampuan Fisik Lahan
Pada tahap ini, penentuan kemampuan fisik lahan yang dikategorikan ke dalam bentuk kelas dan subkelas. Besarnya hambatan yang ada untuk masing-
masing parameter menentukan masuk ke dalam kelas dan subkelas mana lahan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009, penentuan kelas dan subkelas kemampuan lahan dilakukan dengan teknik
Boolean. Kemampuan fisik lahan dikelaskan ke dalam 8 delapan kelas, yaitu kelas I sampai dengan kelas VIII. Kemampuan lahan kategori kelas dapat dibagi
ke dalam kategori subkelas yang didasarkan pada jenis faktor penghambat atau ancaman dalam penggunaannya. Kategori subkelas hanya berlaku untuk kelas II
sampai dengan kelas VIII, karena lahan kelas I tidak mempunyai faktor penghambat. Kelas kemampuan lahan dapat dirinci ke dalam subkelas
berdasarkan empat faktor penghambat, yaitu kemiringan lereng t, penghambat terhadap perakaran tanaman s, tingkat erosibahaya erosi e, dan genangan air
w.
Dari hasil overlay peta, diperoleh kombinasi kelima faktor pembatas, yaitu kemiringan lereng, tingkat kelas erosi, kedalaman tanah, drainase tanah, dan
tekstur tanah, sehingga dapat dilakukan identifikasi kelas kemampuan lahan. Besarnya faktor pembatas yang ada menentukan masuk ke dalam kelas dan
subkelas mana lahan tersebut. Sebagai contoh, lahan yang memiliki kemiringan lereng datar dan tidak mempunyai faktor pembatas dari parameter lainnya masuk
ke dalam kelas I. Contoh yang lebih rinci untuk mengidentifikasi kelas dan subkelas lahan dijabarkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Contoh Identifikasi Kelas dan Subkelas Kemampuan Lahan
No. No. Sampel
1 Kode
Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas Data
1 Kemiringan Lereng 3 - 8
B II
2 Tingkat Erosi Erosi Ringan
e1 II
3 Kedalaman Tanah Dalam
k0 I
4 Tekstur Tanah Halus
t1 I
5 Drainase Tanah Baik
d0 I
Kelas II
Subkelas II t, e
Dari penjabaran pada Tabel 3, maka lahan dengan unit karakteristik tersebut masuk ke dalam kategori kelas II dengan faktor pembatas kemiringan
lereng t dan tingkat erosi e. Setelah peta penggunaanpenutupan lahan didigitasi dan diinterpretasi dan
setelah ditentukan kelas kemampuan lahan beserta faktor-faktor pembatasnya, selanjutnya dilakukan tumpang tindih overlay. Kombinasi peta yang
ditumpangtindihkan, yaitu peta penggunaanpenutupan lahan eksisting dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025,
peta penggunaanpenutupan lahan eksisting dengan peta kemampuan lahan, dan peta Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025
dengan peta kemampuan lahan. Masing-masing kombinasi peta yang ditumpangtindihkan tersebut dioverlay dengan peta administrasi Sub DAS
Ciliwung Hulu. Kemudian dilakukan penghitungan luas masing-masing poligon dalam satuan meter. Kemudian peta hasil kombinasi tumpang tindih di-query
berdasarkan matrik logika inkonsistensi terhadap RTRW Lampiran 1 dan matrik
logika ketidaksesuaian terhadap kemampuan lahan Lampiran 2 dan 3 yang menghasilkan 3 kombinasi peta tersebut.
3.3.3. Pengecekan Lapang