limpa, meningkatkan pernafasan dan kenaikan tekanan darah. Sebagian besar dari efek-efek ini  telah  dilaporkan  juga  pada  ikan,  meskipun  mekanisme  pengaturannya  belum  diketahui
benar Nabib dan Pasaribu 1989.
Tingkat  stress  yang  terjadi  pada  ikan  juga  berbeda-beda.  Kajian  yang  lebih  mendalam menunjukkan  tingkatan  stress  yang  terjadi    dapat  ditelusuri  dengan  kandungan kortisol.  Banyak
hal  berkenaan  dengan  kortisol  selama  proses  metabolisme,  misalnya  saat  starvasi  puasa, osmoregulasi, pengerahan simpanan energi untuk migrasi, proses pematangan gonad, pemijahan
dan selama stress yang dialami oleh ikan itu sendiri Van Ginneken et al. 1997.
Pada  saat  ditransportasikan,  ikan  harus  dikondisikan  dalam  keadaan  aktivitas  biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah sehingga kemungkinan terjadinya
stress pada ikan dapat dicegah. Penggunaan transportasi sistem kering merupakan salah satu cara  yang  efektif  untuk  untuk  mengkondisikan  ikan  dalam  keadaan  aktivitas  biologis  yang
rendah.  Untuk  menurunkan  aktivitas  biologis  ikan  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan suhu rendah dan menggunakan bahan metabolik atau anestetikum Wibowo 2001.
Anestesi  diperlukan  ikan  dalam  sistem  transportasi,  kegiatan  penelitian,  diagnosa penyakit,  penandaan  ikan  pada  bagian  kulit  atau  insang,  pengambilan  sampel  darah  dan
proses pembedahan. Pada kegiatan penelitian, anestesi bertujuan untuk menurunkan seluruh aktivitas ikan untuk menghindari stress. Ikan dapat menyerap bahan anestesi melalui jaringan
otot,  saluran  pencernaan  dengan  cara  injeksi  atau  melalui  insang.  Anestesi  melalui  insang adalah cara yang ideal karena konsentrasi bahan anestesi yang digunakan dapat dikontrol dan
stress  dapat  diminimalisir.  Salinitas,  suhu,  pH,  dan  oksigen  harus  diperhitungkan  dalam penggunaan  bahan  anestesi  karena  faktor-faktor  ini  dapat  mempengaruhi  aktivitas  bahan
anestesi, kecepatan metabolisme ikan, dan kemampuan ikan untuk menyerap bahan anestesi Gunn 2001.
2.3  Anestesi
Anestesi berarti  pembiusan;  berasal  dari bahasa  Yunani an-tidak,  tanpa  dan aesthētos, persepsi,  kemampuan  untuk  merasa,  secara  umum  berarti  suatu  tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan  rasa  sakit  pada  tubuh.  Istilah  anestesi  digunakan  pertama  kali  oleh Oliver
Wendel  Holmes  Sr pada  tahun  1846.  Obat untuk  menghilangkan  nyeri  terbagi  dalam  2 kelompok,  yaitu  analgetik dan anestesi.  Analgetik  adalah  obat  pereda  nyeri  tanpa  disertai
hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan  sadar.  Analgetik  tidak  selalu  menghilangkan  seluruh  rasa nyeri,  tetapi  selalu
meringankan  rasa  nyeri.  Beberapa  jenis  anestesi  menyebabkan  hilangnya  kesadaran, sedangkan  jenis  yang  lainnya  hanya  menghilangkan  nyeri  dari  bagian  tubuh  tertentu  dan
pemakainya tetap sadar Suryanto 1998. Anestesi  menurut  Mckelvey  dan  Wayne  2003  ada  4  tahapan,  tahap  pertama  atau
sering  disebut  stadium  analgesia,  hewan  masih  sadar  tetapi  disorientasi  dan  menunjukkan sensitivitas  terhadap  rasa  sakit  berkurang,  respirasi  dan  denyut  jantung  normal  atau
meningkat,  semua  reflek  masih  ada,  hewan  masih  bangun  dan  dapat  juga  urinasi,  defekasi. Tahap  kedua  yaitu  kesadaran  mulai  hilang  namun  refleks  masih  ada,  pupil  membesar
dilatasi  tetapi  akan  menyempit  konstriksi  ketika  ada  cahaya  masuk.  Tahap  kedua  atau stadium  eksitasi  berakhir  ketika  hewan  menunjukkan  tanda-tanda  otot  relaksasi,  respirasi
menurun  dan  refleks  juga  menurun.  Tahap  ketiga  atau  stadium  anestesi,  pada  stadium  ini biasanya  dilakukan  operasi.  Hewan  kehilangan  kesadaran,  pupil  mengalami  konstriksi  dan
tidak  merespon  cahaya  yang  masuk,  refleks  hilang  refleks  palpebrae.  Tahapan  keempat adalah  pernafasan  dan  jantung  terhenti,  dan  hewan  mati.  Indikator  tahapan  anestesi  antara
lain  aktivitas refleks refleks palpebrae, pedal refleks, kornea refleks, refleks laring, refleks menelan, relaksasi otot, posisi mata dan ukuran pupil, sekresi saliva dan air mata, respirasi
dan denyut jantung.
Stadium  anestesi  dan  gejalanya  pada  ikan  menurut  Scott  et  al.  2009  yaitu  stadium eksitasi ditandai dengan peningkatan gerakan opercular atau aktivitas. Setelah beberapa menit
gerakan  ikan  melambat,  menjadi  ataksia,  berenang  tidak  seimbang  dan  mulai  memutar  ke samping.  Kadang-kadang  posisi  ikan    menjadi  dorsal  recumbency,  depresi,  ikan  menjadi
berada  di  dasar  kolam  dan  respirasi  meningkat.  Menurut  Bowser  2001,  tahapan  anestesi dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1 Tahapan Anestesi Ikan
Tahapan Deskripsi
Gejala Normal
Kesadaran ada; opercular rate dan otot normal 1
Awal Sedasi Mulai  kehilangan  kesadaran;  opercular  rate  sedikit
menurun; keseimbangan  normal 2
Sedasi total Kehilangan  kesadaran  total;  penurunan    opercular  rate;
keseimbangan menurun 3
Kehilangan sebagian keseimbangan
Sebagian  Otot  mulai  relaksasi;  berenang  tidak  teratur; peningkatan  opercular rate;
Bereaksi  hanya  ketika  ada  tactile  yang  kuat  dan rangsangan getaran
4 Kehilangan keseimbangan
total Kehilangan keseimbangan dan otot  secara total; lambat
tetapi teratur opercular rate; kehilangan refleks spinal 5
Kehilangan reflex Kehilangan  kesadaran  total;  opercular  lambat  dan  tidak
teratur; denyut jantung sangat lambat; kehilangan refleks 6
Medulla kolaps
stadium asphyxia
Opercular berhenti bergerak; jantung menahan biasanya diikuti  dengan gerakan cepat.
Menurut Harms 1998, anestesi pada ikan dilakukan untuk pemeriksaan, transportasi, diagnostik  dan  operasi.  Prosedurnya  yaitu  menyiapkan  air,  memeriksa  kondisi  ikan,
mengistirahatkan ikan. Penggunaan anestesi yang berlebihan atau overdosis digunakan untuk euthanasia. Anestesi untuk ikan biasanya penggunaannya melalui air perendaman, dan bisa
juga  dengan  cara  anestesi  inhalasi  seperti  anestesi  gas  pada  mamalia.  Anestesi  melalui injeksi efektif digunakan pada mamalia dan tidak efektif pada ikan
. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon penggunaan anestetikum antara lain spesies,
kualitas  air  dan  status  kesehatan  ikan.  Berbeda  spesies  berbeda  juga  responnya,  spesies dengan berat badan yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda pula. Ikan dengan
berat  badan  yang  lebih  besar  akan  menimbulkan  respon  yang  lebih  efektif.  Ikan  dengan lapisan lemak yang tinggi, ikan yang berumur tua, dan ikan betina gravid berproduksi akan
memperpanjang  durasi  dan  recovery  akan  semakin  lama  apabila  menggunakan  anestetikum yang  mudah  larut  misal  MS-222  atau  benzocaine.  Kualitas  air  berupa  temperatur  sangat
mempengaruhi  tetapi  polanya  tidak  dapat  dipercaya,  misalnya  MS-222  dan  benzocaine memerlukan  suhu  tinggi  untuk  dosis  yang  tinggi.  Keasaman  juga  mempunyai  efek  terhadap
respon  anestetikum,  contohnya  sebagian  besar  anestetikum  bekerja  pada  air  laut  tetapi barbiturat  bersifat  antagonis  terhadap  ion  Ca
2+
.  Nilai    pH  juga  mempengaruhi  ionisasi  obat sehingga efek obat menjadi meningkat. Ikan yang sakit akan menjadi subjek yang jelek pada
proses anestesi Ferguson 1988. Ferguson  1988  menyatakan  bahwa  tipe  anestesi  dan  anestetikum  yang  biasa
digunakan antara lain anestesi irigasi atau perendaman, jenis anestetikumnya yaitu MS-222, 2-phenoxyethanol dan benzocaine. Anestesi parenteral contoh sediaan anestetikumnya adalah
alphaxolone  saffan,  propanidid  epontol,  sodium  pentobarbitone  nembutal,  ketamin hydrochloride ketalar. Carbon dioxide, halothan, hypothermia menggunakan metode yang
lainnya. Tipe anestesi yang lainnya yaitu dengan elektrik anestesi. Anestetikum  yang  digunakan  pada  ikan  banyak  jenisnya,  misalnya  ethanol,  diethyl
ether,  halothane,  lidocaine,  tricaine  methanesulfonate  MS-222,  eugenol,  ketamine, metomidate, propofol, and carbon dioxide. Dua diantaranya yang sering digunakan sekarang
adalah  tricaine  methanesulfonate  MS-222  dan  eugenol.  Isofluran  digunakan  sebagai anestesi inhalasi pada mamalia dan burung, dapat juga untuk ikan dengan cara dicampurkan
ke dalam air meskipun ada juga efek sampingnya Harms 1998
. Tricaine nama kimianya yaitu 3-aminobenzoic acid ethyl ester methanesulfonate, ethyl
m-aminobenzoate  methadesulfonate,  methadesulfonate  salt  of  alkyl  aminobenzoate,  and
methandesulfonate  salt  of  ethyl  meta-aminobenzoate.  Nama  dagangnya  adalah  tricaine methanesulfonate  MS-222,  Tricaine-S
tm
and  Meta-caine.  Finquel
tm
and  Tricaine-S
tm
yang biasa  digunakan  pada  ikan.  Ikan  yang  telah  diberi  anestesikum  Finquel
tm
and  Tricaine-S
tm
tidak  boleh  dimakan  sebelum  21  hari  setelah  pemberian.  Komposisinya  larut  air  dan  juga larut  dalam  lemak.  Konsentrasi  tricaine  15-330  mgL.  Dosis  yang  digunakan  disesuaikan
dengan  jenis  anestesi,  ukuran,  spesies,  temperatur  air  dan  tekanan  air.  Tricaine  lebih  baik digunakan  dalam  air  hangat  dan  tekanan  air  yang  rendah  Bowser  2001.  Cara  kerja  tricain
menurut  Lewbart  2001  adalah  dengan  cara  memblokir  saluran  sodium  dan  penggunaanya melalui pakan ikan.
Sediaan  sedatif  tertentu  dalam  dosis  tinggi  akan  mendepres  sistem  saraf  pusat  hingga tingkat  tertentu  yang  dikenal  sebagai  tahap  III  dari  anestesi  umum.  Akan  tetapi  kecocokan
suatu  senyawa  tertentu  sebagai  senyawa  pembantu  dalam  anestesi  sangat  bergantung  pada sifat  fisikokimia  yang  menentukan  kecepatan  mulai  kerja  dan  lama  kerja  dari  efek  obat.
Redistribusi dalam jaringan yang sangat cepat menentukan lama kerja yang singkat dari obat- obat tersebut, yang sangat berguna di dalam praktik anestesi Katzung 2001.
2.4  Acepromazine