3  METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian  ini  dilakukan  di Laboratorium  Karekteristik  Bahan  Baku,  Teknologi  Hasil
Perairan  dan  Laboratorium  Lingkungan  Budidaya  Perairan,  Fakultas  Perikanan  dan  Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2010 sampai Desember 2011.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain, ikan nila sebanyak 90 ekor yang berumur 1 bulan, memiliki  bobot  sekitar  40  gram  dan  ikan  nila  sebanyak  15  ekor  berumur  4  bulan  dengan
bobot  200  gram  serta  bahan  anestesi  kimia  acepromazine.  Alat  yang  digunakan  antara  lain, pipet volumetrik, gelas ukur, toples, akuarium, DO meter dan pH meter.
3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan  percobaan  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  Rancangan  Acak Lengkap RAL yang terdiri atas 6 perlakuan. Selanjutnya, setiap perlakuan tersebut diulang
sebanyak  3  kali.  Masing-masing  ulangan  terdiri  atas  5  ekor  ikan.  Selain  itu,  untuk meminimalisir  galat  penelitian  ini  menggunakan  replikasi  sebanyak 3  kali  pada  waktu  yang
berbeda. Selanjutnya, perlakuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Perlakuan 0 P0 : Kelompok ikan nila yang tidak direndam dipping acepromazine
kontrol
Perlakuan 1 P1 :  Kelompok  ikan  nila  yang  direndam  dipping  acepromazine
dengan dosis 10 ppm
Perlakuan 2 P2 :  kelompok  ikan  nila  yang  direndam  dipping  acepromazine
dengan dosis 20 ppm Perlakuan 3 P3
:  Kelompok  ikan  nila  yang  direndam  dipping    acepromazine
dengan dosis 30 ppm
Perlakuan 4 P4 :  Kelompok  ikan  nila  yang  direndam  dipping    acepromazine
dengan dosis 40 ppm
Perlakuan 5 P5 :  Kelompok  ikan  nila  yang  direndam  dipping    acepromazine
dengan dosis 50 ppm
Perlakuan nila besar  :  Kelompok  ikan  nila  yang  direndam  dipping    acepromazine
dengan dosis terbaik Parameter  kualitas  air  yang  diamati  meliputi  derajat  keasaman  pH,  oksigen  terlarut
DO, dan kadar total amoniak nitrogen TAN. a  Derajat keasaman pH Rand et al. 1975
Perubahan  pH  menyebabkan  stress  pada  ikan.  Kemampuan  air  menahan perubahan pH sangatlah penting bagi kelangsungan hidup ikan. Kemampuan kapasitas
buffer  perairan  ini  berhubungan  dengan  adanya  karbonat,  bikarbonat,  dan  hidroksida. Air  dengan  kesadahan  rendah  memiliki  kemampuan  yang  rendah  dalam  menahan
keasaman Shepherd 1992. Pengaruh pH terhadap ikan disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Pengaruh perubahan pH terhadap ikan
Kisaran pH Pengaruh terhadap ikan
4,0 Titik mati asam
4,0 – 5,0 Tidak ada reproduksi
5,0 – 6,5 Pertumbuhan lambat
6,5 – 9,0 Kisaran yang layak untuk reproduksi
9,0 Titik mati basa
Sumber: Swingle 1969 dalam Boyd 1982
Derajat  keasaman  pH  air  diukur  dengan  melakukan  pembacaan  skala mengunakan pH meter.
b  Oksigen terlarut DO Rand et al. 1975 Konsentrasi  DO  merupakan  salah  satu  parameter  kualitas  air  yang  penting  bagi
kelangsungan  hidup  lobster  air  tawar.  Deplesi  oksigen  merupakan  penyebab  kematian kematian  ikan  secara  mendadak  dalam  jumlah  besar.  Rust  2000  menyatakan  bahwa
oksigen  dibutuhkan  untuk  mempertahankan  kesehatan  ikan  dan  sebagai  fasilitator proses  oksidatif  kimiawi.  Jika  konsentrasi  DO  yang  sesuai  tidak  dipertahankan,  ikan
akan  mengalami  stres  dan  mati.  Kisaran  nilai  konsentrasi  DO  dan  pengaruhnya terhadap kehidupan ikan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Kisaran nilai konsentrasi DO dan pengaruhnya pada ikan Kisaran DO mgl
Kondisi ikan 0,0 – 0,3
Ikan kecil hidup untuk beberapa saat 0,3 – 1,0
Mematikan dalam jangka waktu yang lama 1,0 – 5,0
Ikan  hidup  tapi  pertumbuhan  lambat  bila  terjadi dalam jangka waktu yang lama
5,0 Baik untuk pertumbuhan
Sumber: Swingle 1969 dalam Boyd 1982 Oksigen  terlarut  DO  diukur  menggunakan  DO-meter.    Nilai  DO  yang  terukur
dapat  diketahui  melalui  pembacaan  skala.    Metode  penggunaan  DO-meter  adalah sebagai  berikut:  DO-meter  dikalibrasi  terlebih  dahulu  dengan  air  dari  hasil  analisis
metode  Winkler,  kemudian  DO-meter  nilainya  dibuat  nol.    Air  uji  sebanyak  100  ml dimasukkan  ke  dalam  gelas  piala  125  ml,  ke  dalam  gelas  piala  ditambahkan  stirer
magnetik,  gelas  piala  tersebut  selanjutnya  diletakkan  di  atas  stirer.    Stikbatang  DO- meter  dicelupkan  ke  dalam  air  uji  tersebut.    Stirer  dan  DO-meter  dinyalakan  secara
bersamaan untuk mengetahui DO pada air uji.  Nilai DO yang terukur diketahui melalui pembacaan skala pada alat.
c  Amonia Rand et al. 1975 Sumber  utama  amonia  di  lingkungan  perairan  adalah  metabolisme  ikan,  eksresi
ikan,  pemupukan  dan  dekomposisi  mikrobial  dari  komponen  nitrogen  Boyd  1982. Ketika  amonia  memasuki  perairan,  ion  hidrogen  langsung  bereaksi  dan  mengubah
amonia ke dalam suatu kondisi kesetimbangan antara ion amonium yang tidak beracun NH
4 +
dan amonia tidak terionisasi NH
3
yang beracun. Total amoniak nitrogen TAN diukur menggunakan alat spektrofotometer dengan
metode sebagai berikut: air uji dipipet sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam gelas beker  100  ml.  Larutan  standar  NH
4
Cl  sebanyak  25  ml  disiapkan  dari  larutan  standar amoniak.  Blanko  dibuat  dengan  menggunakan  25  ml  akuades.  Satu  tetes  MnSO
4
,  0,5 ml chlorox, dan 0,6 ml reagen fenat ditambahkan ke dalam larutan standar, air uji, dan
blanko  sampai  warna  biru  kehijauan  kemudian  dibiarkan  sampai  15  menit. Spektrofotometer  diatur  pada  absorbansi  0  dan  panjang  gelombang  630  nm
menggunakan  larutan  blanko.  Konsentrasi  amoniak  TAN  pada  air  uji  dihitung menggunakan rumus:
Mg NH
3
L
Keterangan:
C : konsentrasi larutan standar 0,30 mgL
Abs sampel  : nilai absorbance larutan sampel Abs standar  : nilai absorbance larutan standar
3.4 Parameter yang Diamati