Kematian Ikan Nila Potensi Penggunaan Acepromazine sebagai Bahan Alternatif Anestesi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Tanda-tanda pulih kembali menurut Mckelvey dan Wayne 2003 antara lain refleks, tonus otot dan rasa nyeri telah pulih kembali dan hewan mulai sadar. Hal ini terlihat jelas pada ikan nila yang kembali sadar setelah beberapa menit dipindahkan ke dalam air tanpa ACP. Tubuh ikan kembali seimbang, terlihat dari ikan berenang dengan aktif. Ikan merespon ketika diberi rangsangan, hal ini berarti refleks ikan telah pulih kembali. Gambar ikan telah recovery dapat ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Ikan nila recovery

4.3 Kematian Ikan Nila

Penggunaan anestetikum selalu mempunyai resiko. Pemberian anestetikum mempengaruhi otak terutama otak pada bagian yang mengontrol kardiovaskular, respirasi dan termoregulasi. Kematian terjadi apabila aktivitas pada pusat pengontrol tersebut di otak terdepres dan berhenti Mckelvey dan Wayne 2003. Hasil rataan kematian ACP disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil rataan persentase kematian ACP Perlakuan R1 R2 R3 P0 P1 P2 20 P3 P4 P5 20 40 20 Ketererangan P0: kelompok ikan nila yang tidak direndam dipping acepromazine kontrol; P1: kelompok ikan nila dipping acepromazine dengan dosis 10 ppm; P2: kelompok ikan nila dipping acepromazine dengan dosis 20 ppm; P3: kelompok ikan nila yang direndam dipping acepromazine dengan dosis 30 ppm; P4: kelompok ikan nila yang direndam dipping acepromazine dengan dosis 40 ppm; P5: kelompok ikan nila yang direndam dipping acepromazine dengan dosis 50 ppm; R1: replikasi 1; R2: Replikasi 2; R3: replikasi 3. Berdasarkan Tabel 7 terlihat kematian ikan nila pada P0 adalah 0, karena ikan nila pada P0 tidak diberikan perlakuan ACP. Kematian ikan nila pada P0 ini menunjukkan air yang digunakan aman terhadap ikan nila dan kepadatan ikan masih dalam kepadatan yang normal. Sementara itu, kematian ikan nila pada P1 sampai P4 sebesar 0. Meskipun pada P2 replikasi ke-3 terdapat kematian sebesar 20 namun kematian ini mungkin terjadi dikarenakan kondisi ikan yang mati kurang baik. Sedangkan pada P5 menunjukkan tingkat kematian 20 pada replikasi pertama, 40 pada replikasi ke-2, dan 20 pada replikasi ke-3. Data ini sebanding dengan pemingsanan ikan menggunakan MS-222 40 ppm yaitu memiliki tingkat kelangsungan hidup yang masih 100 Daud et al. 1997. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 50 ppm dapat menyebabkan kematian pada pemingsanan ikan nila, sebagaimana tampak pada Gambar 6. Gambar 6 Ikan nila mati Kematian pada dosis 50 ppm menurut Wiryoatmodjo 2000 disebabkan oleh kelebihan dosis overdosis, terlalu dalam, keracunan sehingga terjadi kelumpuhan pada pusat pernafasan dan sirkulasi yang letaknya di medulla oblongata. Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa kematian terbesar pada perlakuan 5, hal ini disebabkan perlakuan 5 mendapatkan dosis yang terlalu tinggi overdosis. Menurut Crowell-Davis dan Murray 2005 senyawa acepromazine dapat mendepres saluran respirasi. Ikan yang banyak mati adalah ikan dengan kandungan lemak yang besar. Hal ini berkaitan dengan sifat dari acepromazine yang mudah terlarut atau terabsorbsi pada lemak Crowell-Davis dan Murray 2005. Ikan yang mempunyai lemak tinggi akan lebih cepat teranestesi dan proses ekskresi ACP dari tubuh berlangsung lama, sehingga durasinya menjadi lama dan ACP mendepres pusat respirasi lebih lama sehingga terjadi asphyxia. Kematian oleh karena anestesi dalam waktu singkat akut terjadi karena yaitu anestesi terlalu dalam overdose, kelebihan dosis, gangguan pernapasan dan gangguan sirkulasi. Sementara itu, kematian dalam waktu yang lama terjadi karena kegagalan fungsi hati dan fungsi ginjal dalam mengeliminasi senyawa anestetikum Wirjoatmodjo 2000.

4.4 Kualitas Air