UIN SYARIF HIDAYATULLAH
4.5. HASIL ISOLASI DAN UJI KEMURNIAN SENYAWA
4.5.1 Kromatografi kolom ekstrak kental n-heksana Kromatografi kolom I Ekstrak kental n-heksana dilakukan pemisahan dengan metode
kromatografi kolom. Kolom kromatografi yang digunakan memiliki ukuran tinggi 130 cm dan diameter 4 cm. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 GF254
ukuran partikel 0,063-0.2 mm. Kolom yang akan digunakan dibersihkan dahulu lalu pada bagian dasarnya
diberikan kapas. Selanjutnya kolom dialiri dengan pelarut n-heksana dan kapas ditekan-tekan dengan batang pengaduk hingga tidak ada udara yang terjerap.
Buat bubur silika dengan menimbang serbuk silika gel sebanyak 200 gram lalu dispersikan dengan pelarut n-heksana hingga menjadi suspensi silika. Bubur
silika gel dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sedikit demi sedikit. Kolom dialiri dengan pelarut n-heksana, pelarut yang menetes, ditampung, kemudian
dimasukkan kembali ke dalam kolom sambil diketuk-ketuk. Proses ini dilakukan hingga silika gel mampat. Ekstrak kental n-heksana sebanyak 15 gram yang akan
dipisahkan sebelumnya dicampur dengan silika gel sebanyak 8 gram untuk preadsorbsi. Selanjutnya masukkan sedikit-sedikit ke dalam kolom dan masukkan
sumbat kapas. Sistem fase gerak yang digunakan yaitu campuran pelarut n-heksana dan etil
asetat yang kepolarannya dinaikkan secara bertahap dengan mengatur komposisi campuran masing-masing fraksi. Masing-masing fase gerak digunakan sebanyak
250 ml dengan perbandingan n-heksana dan etil asetat yang setiap gradien kepolarannya ditingkatkan sebanyak 10. Fraksinasi pertama dilakukan dengan
mengaliri kolom dengan fase gerak n-heksana 100 sebanyak 250 mL. Pelarut yang menetes ditampung dalam vial yang sebelumnya telah diberi nomor.
Fraksinasi dilakukan hingga fase gerak yang digunakan telah mencapai gradien akhir yaitu etil asetat 100. Pada tahap akhir kromatografi kolom, kolom
dicuci dengan mengaliri pelarut metanol 100 sebanyak 300 mL untuk membersihkan silika gel dari sisa ekstrak yang masih menempel. Dari hasil
kromatografi kolom, diperoleh fraksi sebanyak 250 fraksi. Setiap fraksi yang diperoleh, dilakukan kromatografi lapis tipis dan dilihat pola bercak yang
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
dihasilkan dibawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Pada plat KLT dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan menyemprot reagen
DPPH dengan konsentrasi 0,04. Fraksi yang memberikan bercak dengan nilai Rf yang sama di gabungkan
dalam satu vial yang selanjutnya akan dilakukan pemisahan kembali dengan kromatografi kolom. Dari 250 fraksi, diperoleh 14 sub fraksi antara lain F1.A
merupakan hasil fraksi No.1-22, F1.B merupakan gabungan dari fraksi No. 23-42, F1.C merupakan gabungan dari fraksi No.43-48, F1.D merupakan gabungan dari
fraksi No.49-57, F1.E merupakan gabungan dari fraksi No.58-72, F1.F merupakan gabungan dari fraksi No.73-81, F1.G merupakan gabungan dari fraksi No.82-93,
F1.H merupakan gabungan dari fraksi No.94-114, F1.I merupakan gabungan dari fraksi No. 115-122, F1.J merupakan gabungan dari fraksi No.123-140, F1.K
merupakan gabung dari fraksi No.141-161, F1.L merupakan gabungan dari fraksi No. 162-170. F1.M merupakan gabungan dari fraksi No. 171-214 dan F1.N
merupakan gabungan dari fraksi No. 215-250. Terdapat 14 sub fraksi yang memberikan pola bercak yang sama. Bercak
antioksidan yang akan dijadikan senyawa target untuk diisolasi terdapat pada fraksi F1.B dengan bobot 6,064 gram, sehingga fraksi tersebut dilakukan
pemisahan lebih lanjut dengan kromatografi kolom.
4.5.2 Kromatografi Kolom dari Fraksi F1.B kromatografi kolom II Dari uji bercak dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan
pemisahan yang baik dengan Rf yang berdekatan. Oleh karena itu, dilakukan lagi pemisahan fraksi F1.B sebanyak 6,064 gram untuk memperoleh senyawa yang
lebih murni. Fraksi F1.B merupakan minyak padat yang berwarna oranye. Pada kromatografi kolom II, kolom yang digunakan memiliki ukuran tinggi 75 cm dan
diameter 3 cm, serta silika gel yang digunakan sebanyak 60 gram. Fase gerak yang digunakan adalah n-heksana dan etil asetat dengan sistem gradien, setiap
gradien kepolarannya ditingkatkan sebanyak 10. Prosedur pengerjaan sesuai dengan kegiatan kromatografi kolom sebelumnya.
Dari hasil kromatografi kolom II diperoleh fraksi sebanyak 188 fraksi yang selanjutnya dilakukan KLT dan diuji aktivitas antioksidannya dengan DPPH
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
0,04. Dari 188 fraksi diperoleh 12 sub fraksi dari hasil gabungan fraksi yang memiliki pola bercak yang sama antara lain, F2.A merupakan hasil fraksi No.1-5,
F2.B merupakan gabungan dari fraksi No. 6-33, F2.C merupakan gabungan dari fraksi No. 34-39, F2.D merupakan gabungan dari fraksi No.40-49, F2.E
merupakan gabungan dari fraksi No.50-64, F2.F merupakan gabungan dari fraksi No. 65-76, F2.G merupakan gabungan dari fraksi No. 77-88, F2.H merupakan
gabungan dari fraksi No.89-106, F2.I merupakan gabungan dari fraksi No. 107- 136, F2.J merupakan gabungan dari fraksi No.137-151, F2.K merupakan gabung
dari fraksi No.152-157, dan F2.L merupakan gabungan dari fraksi No. 158-188. Dari 12 sub fraksi yang ada, Senyawa target yang memilki aktivitas
antioksidan yang kemungkinan kuat terdapat pada fraksi F2.B dengan bobot 3,658 gram. Oleh karena itu, fraksi tersebut dilkakukan pemisahan kembali untuk
memperoleh senyawa yang lebih murni.
4.5.3 Kromatografi Kolom Dari Fraksi F2.B kromatografi kolom III Pada kromatografi kolom III, kolom kromatografi yang digunakan memiliki
ukuran tinggi 75 cm dengan diameter 3 cm dan silika gel sebanyak 40 gram. Fase gerak yang digunakan sama dengan kromatografi kolom sebelumnya,
kepolarannya ditingkatkan sebanyak 10. Fraksinasi dilakukan dimulai dari fase gerak n-heksana 100 dan diakhiri dengan fase gerak etil asetat 100.
Dari hasil kromatografi kolom III diperoleh 113 fraksi yang kemudian dilakukan uji uv dan uji kualitatif antioksidan dengan DPPH 0,04 . Dari113
fraksi didapatkan 4 sub fraksi dari hasil gabungan fraksi yang memiliki pola bercak yang sama antara lain, F3.A merupakan hasil fraksi No.1-78, F3.B
merupakan gabungan dari fraksi No. 79-95, F3.C merupakan gabungan dari fraksi No. 96-102, dan F3.D merupakan gabungan dari fraksi No.103-113.
Dari 4 sub fraksi yang ada, Senyawa target yang memilki aktivitas antioksidan yang kemungkinan kuat terdapat pada fraksi F3.B dengan bobot 135
mg. Dari uji bercak dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan pemisahan yang baik dengan Rf yang berdekatan. Oleh karena itu, fraksi tersebut dilakukan
pemisahan kembali untuk memperoleh senyawa yang lebih murni.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
4.5.4 Kromatografi Kolom Dari Fraksi F3.B kromatografi kolom IV Pada kromatografi kolom IV, kolom kromatografi yang digunakan memiliki
ukuran tinggi 30 cm dengan diameter 1,5 cm dan silika gel sebanyak 4 gram. Fase gerak yang digunakan sama dengan kromatografi kolom sebelumnya, tetapi setiap
gradien, kepolarannya ditingkatkan sebanyak 1. Fraksinasi dilakukan dimulai dari fase gerak n-heksana 100 dan diakhiri dengan fase gerak n-heksana : etil
asetat 85 : 15. Dari hasil kromatografi kolom IV diperoleh 54 fraksi yang kemudian
dilakukan uji uv dan uji kualitatif antioksidan dengan DPPH 0,04 . Dari 54 fraksi didapatkan 3 sub fraksi dari hasil gabungan fraksi yang memiliki pola
bercak yang sama antara lain, F4.A merupakan hasil fraksi No.22, F4.B merupakan gabungan dari fraksi No. 23-40, dan F3.C merupakan gabungan dari
fraksi No.41-54. Dari uji bercak dengan kromatografi lapis tipis dan dilakukan uji uv dan
disemprot dengan DPPH 0,04. Fraksi F4.A merupakan minyak yang berwarna kuning dan pada uji KLT memberikan satu bercak pada pelat KLT. Oleh karena
itu, F4.A dilakukan kromatografi lapis tipis dua arah untuk mengetahui kemurniannya.
Pada fraksi F4.B yang berbobot 30 mg juga terdapat senyawa target tetapi tidak memberikan pemisahan yang baik dengan adanya Rf yang berdekatan. Oleh
karena itu, fraksi tersebut dilakukan pemisahan kembali untuk memperoleh senyawa yang lebih murni.
4.5.5 Kromatografi Kolom Dari Fraksi F4.B kromatografi kolom V Pada kromatografi kolom V, kolom kromatografi yang digunakan
memiliki ukuran tinggi 30 cm dengan diameter 1,5 cm dan silika gel sebanyak 2 gram. Fase gerak yang digunakan sama dengan kromatografi kolom sebelumnya,
tetapi setiap gradien, kepolarannya ditingkatkan sebanyak 1. Fraksinasi dilakukan dimulai dari fase gerak n-heksana 100 dan diakhiri dengan fase gerak
n-heksana : etil asetat 95:5.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Dari hasil kromatografi kolom V diperoleh 23 fraksi yang kemudian dilakukan uji uv dan uji kualitatif antioksidan dengan DPPH 0,04 . Setelah
dilakukan uji KLT diperoleh satu bercak pada pada fraksi No 4,5,6,7, dan 8. Keempat fraksi tersebut digabung F5.B lalu dilakukan uji kromatografi lapis
tipis dua arah untuk menguji kemurniannya. Terdapat isolat yang diperoleh dari kromatografi kolom IV yaitu pada fraksi
F4.A dan isolat yang diperoleh dari kromatografi kolom V yaitu pada fraksi F5.B. Karakteristik senyawa yang diperoleh tertera pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3. Karakteristik senyawa hasil isolasi Fraksi
Organoleptis Rf
Bobot F4.A
Bentuk: Minyak Warna: Kuning
0,5 5,1 mg
F5.B Bentuk: Minyak
Warna: Kuning 0,5
2 mg
Setelah dilakukan kromatografi lapis tipis, kedua isolat tersebut memiliki nilai Rf yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isolat dari kedua fraksi
tersebut merupakan senyawa yang sama. Kedua isolat tersebut dilakukan penggabungan NF.1 dan setelah dilakukan uji kemurnian dengan kromatografi
lapis tipis dua arah diperoleh bercak tunggal dengan nilai Rf 0,5. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut telah murni Lampiran 4.
4.6. PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA MURNI