Pengangkut Carrier Subjek dan Objek Pengangkutan Udara

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Sementara itu kebalikan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan dari untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan. Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa, subjek hukum pengangkutan adalah pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan. Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus badan hukum, persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan. Berikut adalah penjelasan dari beberapa subjek dalam pengangkutan: 18

1. Pengangkut Carrier

Pada perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah disepakati. Pada perjanjian pengangkutan penumpang, pihak pengangkut yaitu pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif ongkos angkutan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. 2. Pengirim Consigner Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar 18 http:mell-benu.blogspot.com201204buku-ajar-hukum-pengangkutan.html diakses tanggal 15 November 2012. Universitas Sumatera Utara pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut. 3. Penumpang Passanger Penumpang merupakan pihak yang berhak untuk memperoleh pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif angkutan sesuai yang ditetapkan. Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. 4. Penerima Consignee Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun terkadang pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang diangkut di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Adapun kriteria penerima menurut perjanjian, yaitu : 1. Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang; 2. Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan; 3. Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan. Universitas Sumatera Utara 5. Ekspeditur Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa Inggris disebut cargo forwarder. Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim atau pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur tersebut berfungsi sebagai pengantara dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim. 6. Agen Perjalanan Travel Agent Agen perjalanan biasanya dikenal dalam perjanjian pengangkutan penumpang. Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu perusahaan pengangkutan penumpang. Agen perjalanan berfungsi sebagai agen wakil dalam perjanjian keagenan agency agreement yang bertindak untuk dan atas nama pengangkut. Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan usahanya mencarikan penumpang bagi perusahaan pengangkutan, dalam hal pembahasan skripsi ini yaitu pesawat udara. Kesalahan dalam penanganan reservasi berpotensi menimbulkan terjadinya ketidaknyamanan ataupun terjadinya complain dari penumpang yang akhirnya berdampak pada citra perusahaan sehingga berpeluang hilangnya pendapatan perusahaan penerbangan. Mengenai yang menjadi tanggung jawab dari Agen Perjalanan sebagai kode etik dalam penanganan reservasi adalah sebagai berikut: 19 19 Agus Irianto, Managing Airline Reservation System,Jakarta, Rajawali Pers,2009, hal 69-71. Universitas Sumatera Utara a. Mematuhi ketentuan yang berlaku untuk setiap pemesanan baru new booking, pembatalan maupun perubahan. b. Booking hanya boleh dilakukan atas permintaan penumpang. c. Jika telah dilengkapi sarana online computer automated, harus tunduk pada ketentuan yang tertera dalam perjanjian penggunaan automated system tersebut. d. Tiket atau dokumen berharga lainnya harus dikeluarkan sesuai dengan status reservasi yang telah dimiliki. e. Tidak diperbolehkan mengeluarkan tiket dengan status confirmed, sebelum mendapat konfirmasi dari perusahaan penerbangan. f. Untuk permintaan group, diberikan time limit untuk pemberian nama- nama penumpang serta waktu pembelian tiket. Masuk ke pembahasan mengenai objek pengangkutan, pengertian dari objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran yang dimaksud dalam hal ini pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pengangkut, dan biaya angkutan. Jadi objek hukum pegangkutan adalah barang muatan, alat pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum pengangkutan niaga, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak secara benar, adil, dan bermanfaat. Berikut adalah penjelasan mengenai objek-objek pengangkutan: 1. Barang Muatan Cargo: Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh Undang-Undang. Dalam pengertian barang yang sah Universitas Sumatera Utara termasuk juga hewan. Secara fisik barang muatan dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu : 1. Barang berbahaya bahan-bahan peledak; 2. Barang tidak berbahaya; 3. Barang cair minuman; 4. Barang berharga; 5. Barang curah beras, semen,minyak mentah; dan 6. Barang khusus. Dari jenisnya, barang muatan dapat dibedakan sebagai berikut, yakni : a. General cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara membungkus dan mengepaknya dalam bentuk unit-unit kecil. b. Bulk cargo, adalah jenis barang yang dimuat dengan cara menempatkannya ke dalam kapal atau tanki. c. Homogeneous cargo, adalah barang dalam jumlah besar yang dimuat dengan cara membungkus dan mengepaknya. 2. Alat pengangkut Carrier Pengangkut berarti pengusaha yang menjalankan perusahaan pengangkutan, memiliki alat pengangkut sendiri, atau menggunakan alat pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkut di atas atas rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengangkut di darat disebut kendaraan bermotor yang dijalankan oleh supir. Alat pengangkut di perairan disebut kapal yang dijalankan oleh nahkoda. Sedangkan alat pengangkut di udara disebut pesawat udara yang dijalankan oleh pilot. Masinis, supir, Universitas Sumatera Utara nahkoda, dan pilot bukan pengangkut, melainkan karyawan perusahaan pengangkutan berdasarkan perjanjian kerja yang bertindak untuk kepentingan dan atas nama pengangkut. 3. Biaya pengangkutan ChargeExpense Tarif adalah salah satu yang menjadi objek dari pengangkutan, pemerintah menerapkan tarif yang berorientasi kepada kepentingan dan kemampuan masyarakat luas. Dengan berpedoman pada struktur dan golongan tarif tersebut, perusahaan umum, kereta api, perusahaan angkutan umum, perusahaan laut niaga, dan perusahaan udara niaga menetapkan tarif berorientasi kepada kelangsungan dan pengembangan usaha badan penyelenggara dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan serta perluasan jaringan angkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi cost of services atau ongkos menghasilkan jasa yaitu: 1. Jarak yang harus ditempuh dari tempat asal ke tempat tujuannya; 2. Volume dan berat daripada muatan barang yang diangkut; 3. Risiko dan bahaya dalam pengangkutan, berhubung karena sifat barang yang diangkut, sehingga diperlukan alat-alat service yang spesial; dan 4. Ongkos-ongkos khusus yang harus dikeluarkan berhubung karena berat dan ukuran barang yang diangkut yang ”luar biasa” sifatnya. 20 20 http:mell-benu.blogspot.com201204buku-ajar-hukum-pengangkutan.html diakses tanggal 15 November 2012. Universitas Sumatera Utara

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengangkutan Udara

Dokumen yang terkait

SKRIPSI PENERAPAN ASAS-ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN MENTERI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

0 2 12

PENDAHULUAN PENERAPAN ASAS-ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN MENTERI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

0 4 14

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

1 5 49

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Lion Air terhadap Penumpang atas Keterlambatan Penerbangan dihubungkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan 77/2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.

0 2 2

BAB II TINJAUAN MENGENAI PENGANGKUTAN UDARA A. Asas dan Tujuan Diselenggarakannya Pengangkutan Udara - Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pem

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada

0 0 15

Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada PT. Sriwijaya Air Medan)

0 0 9

Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada PT. Sriwijaya Air Medan)

0 0 32

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pa

0 0 15

Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada PT. Sriwijaya Air Medan)

0 0 9