III. METODOLOGI
3. 1 Kerangka Pemikiran
Perubahan status Kota Batu dari sifat perdesaan menjadi bersifat perkotaan, menyiratkan adanya harapan yang besar bagi terciptanya peluang yang lebih luas
untuk memfungsikan kemandirian kota dalam melayani kebutuhan masyarakat yang mayoritas masih tersebar di perdesaan. Tantangan ke depan yang dihadapi
oleh Pemerintah Kota Batu adalah bagaimana mengintegrasikan kebijakan- kebijakan pembangunannya dalam upaya meningkatkan keterkaitan perekonomian
perdesaan dan perkotaan yang saling memperkokoh satu sama lain. Apabila melihat potensi wilayah Kota Batu, secara umum kegiatan
agribisnis, terutama pada sektor agroindustrinya, masih dihadapkan pada kendala-kendala, seperti rendahnya daya saing produk pertanian, industri
pengolahan yang masih sangat terbatas, lemahnya posisi tawar petani, kurangnya permodalan, lemahnya pemasaran serta terbatasnya informasi bagi petani untuk
memperoleh akses pasar dan perbankan. Dengan pendekatan strategi pengembangan kawasan agropolitan yang ditempuh oleh Pemerintah Kota Batu,
diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayahnya. Keterkaitannya dengan sektor pariwisata merupakan nilai lebih tersendiri,
karena dengan berkembangnya sektor pariwisata ini dapat meningkatkan permintaan yang lebih besar terhadap sektor hilir agribisnis mencakup
agroindustri perdesaan, industri manufaktur makanan, pelayanan kebutuhan restoran dan hotel-hotel, hingga outlet-outlet agribisnis maupun toko
oleh-oleh dan cindera mata. Penguatan kelembagaan agroindustri perdesaan dan adanya peran pemerintah dalam memberikan stimulasi dan dukungan
terhadap pertumbuhan sektor hilir pertanian di perdesaan melalui kebijakan- kebijakan yang kondusif, dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
daerah, khususnya di perdesaan. Dalam penelitian ini, pengembangan agroindustri pangan olahan yang
tumbuh dan berkembang di Kota Batu sebagai unit-unit Usaha Kecil Menengah
berbasis agroindustri rakyat, diamati melalui aspek-aspek keragaan usaha, kelayakan usaha dan bagaimana efektifitas peran-peran kelembagaan yang ada.
Selanjutnya dengan menggunakan beberapa alat analisis yang ada, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang proses dan pola hubungan dalam kegiatan
agroindustri, distribusi marjin keuntungan dan faktor-faktor penentu kelembagaan, seperti terlihat dalam gambar diagram alir berikut:
Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Penelitian
3.2 Hipotesis