Batasan Operasional Kajian kelembagaan agroindustri pangan olahan di kawasan-kawasan agropolitan Kota Batu Provinsi Jawa Timur:

Dimana: 1 P = Peluang Memilih Kelembagaan Formal 2 P = Peluang Memilih Kelembagaan Informal - 2 1 P P Log = Logaritma Peluang Kelembagaan Formal terhadap Peluang Memilih Kelembagaan Informal 1 X = Umur Pelaku Usaha Agroindustri tahun 2 X = Pendidikan Formal Pelaku Usaha Agroindustri tahun 3 X = Pendidikan Informal Pelaku Usaha Agroindustri hari 4 X = Lama Usaha tahun 5 X = Jumlah Tenaga Kerja Produktif orang 6 X = Penguasaan Aset Usaha unit 1 D = Dummy Status Kepemilikan 1= milik; 0= lainnya 2 D = Dummy Kelompok Usaha 1= ikut; 0= lainnya 3 D = Dummy Informasi Harga Pendapat Pelaku Usaha Agroindustri 1= tahu; 0= lainnya 4 D = Dummy Prosedur Transaksi Pendapat Pelaku Usaha Agroindustri 1= mudah; 0 = lainnya 5 D = Dummy Resiko Tidak Terjual Pendapat Pelaku Usaha Agroindustri 1=sedikit; 0= lainnya I = Responden ke-i Β = Koefisien Regresi

3.6. Batasan Operasional

Pemakaian sejumlah batasan operasional dalam penelitian ini untuk menghindari adanya perbedaan dalam penafsiran terhadap konsep -konsep sebagai berikut: a. Usaha agroindustri pangan olahan meliputi proses produksi dan pemasarannya. b. Produksi agroindustri pangan olahan adalah jumlah produksi yang dihasilkan selama satu periode produksi tertentu. c. Studi kelayakan adalah penelitianpenelaahan tentang layak tidaknya suatu proyekkegiatan investasi untuk dilaksanakan sehingga akan menguntungkan baik secara ekonomis, finansial, sosial dan teknis. Dalam studi kelayakan yang banyak digunakan adalah analisisevaluasi proyek yang melihat studi kelayakan dari aspek ekonomis. d. Net present value NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi dan digunakan untuk menghitung selisih antara present value penerimaan dengan present value dari biaya. e. Internal rate return IRR adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah sekarang netto NPV sama dengan seluruh ongkos investasi proyek. f. Net BC adalah perbandingan antara nilai manfaat bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya saat ini. g. Kelembagaan usaha agroindustri pangan olahan merupakan status kelembagaan baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur saling berhubugan interrelationship antara principal dengan agent yang berkenaan dengan hak dan kewajiban dalam melakukan kontrak kerjasama dan transaksi. h. Kelembagaan formal merujuk pada kelembagaan agroindustri pangan olahan yang memiliki hierarki yang jelas seperti kelembagaan KUDkoperasi. i. Kelembagaan agroindustri pangan olahan informal adalah kelembagaan yang secara informal terjalin melalui suatu ikatan antara pelaku usaha sebagai produsen dengan pedagang perantara, pedagang perantara dengan pedagang besar. j. Principal adalah pelaku usaha agroindustri pangan olahan yang bertindak sebagai pemilik usaha dalam memproduksi komoditas agroindustri dan kemudian menjual kepada agent dalam suatu kontrak kerjasama. k. Agent adalah pedagang perantara atau badan usaha yang melakukan pembeliantransaksi komoditas dalam suatu kontrak kerjasama. l. Hubungan principal-agent adalah suatu bentuk hubungan keterikatan antara dua orangkelompok dimana satu pihak bertindak sebagai principal dan pihak lainnya sebagai agent yang didasarkan atas prinsip kerangka insentif ekonomi sebagai akibat dari adanya informasi yang asimetrik. m. Biaya transaksi didalamnya termasuk biaya agency adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari adanya keterikatan antara principal dengan agent dalam bentuk suatu kelembagaan untuk melakukan suatu transaksi yang meliputi biaya informasi, biaya negosiasi dan biaya monitoring. n. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga di tingkat produsen harga beli, harga di tingkat pedagang perantara, harga di tingkat toko pengecer, serta harga di tingkat konsumen harga jual, yang meliputi biaya tataniaga dari keuntungan kelembagaan tataniaga. o. Biaya tataniaga adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pelaku tataniaga untuk menggerakkan produk dari tingkat produsen ke tingkat pedagang perantara dan pedagang besar yang meliputi biaya pengumpulan, pengangkutan, bongkar muat, penyimpanan, pajakretribusi. p. Keuntungan kelembagaan tataniaga adalah keuntungan yang diperoleh setiap kelembagaan tataniaga yang terlibat dalam mengerakkan produk dari tingkat produsen sampai tingkat pedagang perantara dan pedagang besar. q. Harga di tingkat produsen adalah harga jual produsen kepada pedagang perantara. r. Harga di tingkat pedagang perantara adalah harga pedagang perantara kepada pedagang besar. s. Harga di tingkat pedagang besar adalah harga jual produk-produk agroindustri kepada konsumen baik lokal maupun ekspor. t. Prosedur transaksi adalah tahapan dalam transaksi agroindustri pangan olahan di Kota Batu.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak Geografis dan Administrasi

Letak geografis Kota Batu ± 100 Km sebelah Selatan Kota Surabaya. Secara geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7°55´30 sampai dengan 7°57´30 Lintang Selatan dan 150°7´0 sampai dengan 118°19´0 Bujur Timur. Topografi Kota Batu merupakan wilayah pegunungan dengan ketinggian 600- 3000 mdpl, dengan suhu udara antara 17° C - 25° C. Kota Batu memiliki luas 151,37 km 2 dan berpenduduk 159.617 jiwa, berbatasan dengan: - Sebelah Selatan : Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir - Sebelah Barat : Kecamatan Pujon - Sebelah Timur : Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Dau - Sebelah Utara : Kecamatan Pacet dan Kecamatan Prigen Kota Batu adalah kota pemekaran dari Kabupaten Malang, Jawa Timur. Status Kota administratif Batu menjadi Kota Batu ditetapkan sejak turunnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri pada akhir Oktober 2001 dan mulai aktif dalam kegiatan pemerintahan tahun 2002. Sampai saat ini, dalam format administrasi pemerintahan masih dalam pembenahan, hal tersebut terlihat jelas dari beberapa kantor Dinas Pemerintahan yang sampai sekarang masih bergabung antar satu dengan yang lain. Kota Batu memiliki 19 desa dan empat kelurahan yang tersebar di tiga Kecamatan Kecamatan Batu; empat Desa dan empat Kelurahan, Kecamatan Bumiaji; delapan Desa, Kecamatan Junrejo; tujuh Desa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,83 persen per tahun dari total penduduk pada tahun 2003 sebesar 158.854 jiwa Kota Batu, 2003.

5.2 Kondisi Umum Agroindustri Pangan Olahan